Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

GAMBARAN KONTRAINDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2014 Payung, Heny; Anindita, Pritartha S.; Hutagalung, Bernat S. P.
JURNAL KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN TROPIK JKKT Volume 3 Nomor 3 (2015)
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencabutan gigi terkadang tidak bisa dilakukan karena adanya kontraindikasi, seperti kelainan sistemik dan kondisi tertentu. Kontraindikasi ini bisa bersifat mutlak atau relatif tergantung pada kondisi umum pasien. Pengetahuan atau keterampilan dokter gigi yang tidak cukup untuk menangani komplikasi yang mungkin terjadi, maka dokter gigi akan membatalkan atau menunda pencabutan gigi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kontraindikasi pencabutan gigi di RSGM Unsrat tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif retrospektif. Populasi yang digunakan yaitu seluruh kartu rekam medik pasien yang datang untuk pencabutan gigi dengan kontraindikasi di RSGM Unsrat tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Besar sampel pada penelitian ini setelah melihat kriteria inklusi dan ekslusi menjadi 136 kartu rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pencabutan gigi yang tercatat pada kartu rekam medik umum dan bagian bedah mulut di RSGM Unsrat pada tahun 2014 berjumlah 576 pasien. Pasien yang datang tanpa adanya kontraindikasi berjumlah 440 orang (76,39%), sedangkan yang datang dengan adanya kontraindikasi berjumlah 136 orang (23,61%). Kontraindikasi hipertensi dengan persentase tertinggi pada laki-laki sebesar 10,56%,  dan perempuan sebesar24,22%. Persentase kontraindikasi asma tertinggi pada kelompok umur 0-11 sebesar 3,11%, dan 12-25 tahun sebesar 7,45%. Persentase kontraindikasi hipertensi tertinggi pada kelompok umur 26-45 tahun sebesar 8,07%, dan 46-65 tahun sebesar 14,29%. Kontraindikasi fisiologis tertinggi yaitu usia lanjut dengan persentase 10,56%. Kontraindikasi pencabutan gigi tertinggi di RSGM Unsrat tahun 2014 yaitu hipertensi (34,78%), kemudian diikuti oleh asma (19,88%), diabetes mellitus (10,56%), usia lanjut (10,56%), dan penyakit jantung (7,45%).   Kata Kunci: Pencabutan Gigi, Kontraindikasi
Gambaran Karies Gigi pada Penyandang Diabetes Melitus di Rumah Sakit Kalooran Amurang Ampow, Falen V.; Pangemanan, Damajanty H. C.; Anindita, Pritartha S.
e-GiGi Vol 6, No 2 (2018): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.6.2.2018.20598

Abstract

Abstract: Dental caries is caused by certain bacteria that have acid-forming properties. Due to these bacteria, a low pH in the oral cavity is achieved which may cause slow enamel demineralization and form a ferocious focus. Diabetes mellitus (DM), a metabolic disorder characterized by hyperglycemia, is one of the predisposing factors of dental caries. This study was aimed to obtain the profile of dental caries in people with diabetes mellitus. This was a descriptive study with a cross sectional design. Subjects were diabetic patients at the Internal Medicine Department of Kalooran Hospital Amurang. There were 50 patients in this study obtained by using total sampling technique. Diabetic status was determined by using random blood glucose level (Perkeni 2011) meanwhile caries status was assessed by using DMF-T score. Data were processed by using SPSS and then were presented in tabular form. The results showed that very high caries index was found in 16.0% of subjects with good blood glucose control, 30.0% with moderate blood glucose control, and 36.0% with poor blood glucose control; the total number was 82.0% of subjects. Most subjects had diabetes for 5-10 years (44.0%) with very high caries index (40.0%). Conclusion: Most diabetic patients had very high caries index with the highest percentage in patients with DM for 5-10 years and in patients with poor blood glucose control.Keywords: diabetes mellitus, blood glucose level, dental caries Abstrak: Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat membentuk asam sehingga terjadi pH rendah yang dapat menyebabkan pelarutan mineral enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan. Diabetes melitus (DM) yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karies gigi pada penyandang DM. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah penyandang DM di Poliklinik Penyakit Dalam RS Kalooran Amurang yang berjumlah 50 orang, diambil dengan teknik total sampling. Status DM dinilai melalui kadar glukosa darah sewaktu (Perkeni 2011), sedangkan status karies dinilai menggunakan skor DMF-T. Data diolah menggunakan SPSS kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menda-patkan kategori indeks karies sangat tinggi ditemukan pada 16,0% subyek dengan kontrol gula darah baik, 30,0% dengan kontrol gula darah sedang, dan 36,0% dengan kontrol gula darah buruk; jumlah total 82,0% subyek. Subjek terbanyak ialah penyandang DM 5-10 tahun (44,0%) dengan kategori indeks karies sangat tinggi (40,0%). Simpulan: Sebagian besar penyandang DM memiliki kategori indeks karies sangat tinggi dengan persentase tertinggi pada penyandang DM 5-10 tahun dan penyandang DM dengan kontrol gula darah yang buruk.Kata kunci: diabetes melitus, kadar gula darah, karies gigi
Hubungan Status Gizi dengan Erupsi Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Bawah pada Anak Usia 6-7 Tahun di SD Negeri 12 Manado Sitinjak, Agnes C. H.; Gunawan, Paulina N.; Anindita, Pritartha S.
e-GiGi Vol 7, No 1 (2019): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.7.1.2019.23308

Abstract

Abstract: Nutritional status is resulted from consumption of food and use of nutrients. If nutrient intake is not fulfilled, the growth pattern of children, generally and specifically in permanent tooth eruption, would be disturbed or associated with delayed eruption. This study was aimed to determine the relationship between nutritional status and first permanent mandibular molar eruption in children aged 6-7 years at SD Negeri 12 (elementary school) Manado. This was an analytical study using a cross-sectional design. Samples were obtained by using total sampling method. This study was conducted by measuring nutritional status using BMI-for-age and by examining the 36 and 46 tooth eruption. Data were analyzed univariately and bivariately, and then were further analyzed by using the Kolmogorov-Smirnov test. Of 60 subjects, 61.7% were classified as normal nutritional status and 95% belonged to the category of erupted first permanent mandibular molar. The Kolmogorov-Smirnov test and the Fisher’s exact test showed the p-values of 0.989 and 0.275 (>0.05). Conclusion: There is no relationship between nutritional status and first permanent mandibular molars eruption in children aged 6-7 years at SD Negeri 12 Manado.Keywords: nutritional status, first permanent mandibular molars eruption Abstrak: Status gizi merupakan keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Jika asupan zat gizi tidak terpenuhi maka pola pertumbuhan anak, baik secara umum maupun khusus pada erupsi gigi permanen akan terganggu atau terlambat erupsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan erupsi gigi molar pertama permanen rahang bawah pada anak usia 6-7 tahun di SD Negeri 12 Manado. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran status gizi melalui indeks massa tubuh (IMT/U) dan memeriksa erupsi gigi 36 dan 46. Analisa hasil penelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat kemudian diolah menggunakan uji Chi-square. Dari 60 subyek penelitian, 61,7% tergolong status gizi normal dan 95% tergolong dalam kategori gigi molar pertama permanen rahang bawah telah erupsi. Hasil analisis bivariat terhadap hubungan antara status gizi dan erupsi gigi molar pertama permanen rahang bawah menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Fisher’s exact menunjukkan nilai p=0,989 dan p=0,275 (>0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan erupsi gigi molar pertama permanen rahang bawah pada anak usia 6-7 tahun di SD Negeri 12 Manado.Kata kunci: status gizi, erupsi molar pertama permanen rahang bawah.
PENGGUNAAN PEER ASSESMENT RATING INDEX PADA EVALUASI HASIL PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN TEKNIK BEGG Anindita, Pritartha S.; Dewanto, Harkati; Suparwitri, Suparwitri
Jurnal Biomedik : JBM Vol 1, No 3 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.1.3.2009.834

Abstract

Abstract: The aim of orthodontic treatment is to reach the best functional and esthetic occlusion. Because there are differences of opinions among clinicians about orthodontic treatment outcomes, the evaluation of orthodontic treatment outcomes will be more accurate and objective if we apply specific criteria that can be measured. Recently, only PAR Index (Peer Assessment Rating Index) can be accepted universally as reliable and valid in order to evaluate orthodontic treatment outcomes. The aim of this study was to evaluate the outcomes of orthodontic treatment using the Begg Appliance by Peer Assessment Rating Index. The object of this study consisted of 248 pairs of dental casts that contained 124 dental casts before treatment and 124 dental casts after treatment, which information were  obtained from the patient case archive of those treated with the Begg Appliance at the Orthodontic Clinical Faculty of Dentistry, Gadjah Mada University 1996-2004. Dental casts that fulfilled the requirements were measured using the PAR Ruler and then assessed using the PAR Index. Scoring was applied to each component. The score of each component was weighted, and then the difference of score was calculated before and after treatment. That represents the degree of improvement as a result of orthodontic treatment. The result revealed that PAR Index can be used to evaluate orthodontic treatment outcomes using the Begg Appliance. Keyword: PAR Index, orthodontic treatment outcomes.     Abstrak: Tujuan perawatan ortodontik adalah mendapatkan kemungkinan oklusi terbaik secara fungsional maupun secara estetik. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan antar klinisi dalam evaluasi hasil perawatan ortodontik. Oleh karena itu evaluasi ini akan lebih akurat dan objektif jika menggunakan kriteria tertentu yang dapat diukur. Dewasa ini satu-satunya indeks untuk menilai hasil perawatan ortodontik yang telah diterima secara universal, reliabel dan valid adalah PAR Index (Peer Assessment Rating Index). Tujuan penelitian adalah untuk mengukur dan menilai secara objektif penggunaan Peer Assesment Rating Index pada  evaluasi hasil perawatan ortodontik  dengan Teknik Begg. Objek penelitian terdiri dari 248 pasang model studi rahang atas dan bawah, yaitu 124 pasang model studi sebelum perawatan dan 124 pasang model studi sesudah perawatan. Objek penelitian diperoleh dari arsip kasus pasien yang dirawat dengan Alat Ortodontik Cekat Teknik Begg di Klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Tahun 1996-2004. Model studi yang memenuhi persyaratan tersebut diukur menggunakan PAR Ruler dan kemudian dinilai menggunakan PAR Index. Dilakukan penghitungan skor untuk tiap komponen, dilakukan penghitungan dengan pembobotan, kemudian dihitung selisih skor sebelum dan sesudah perawatan, yang menggambarkan derajat perbaikan dan keberhasilan perawatan ortodontik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAR Index dapat digunakan untuk evaluasi hasil perawatan ortodontik dengan Teknik Begg. Kata kunci: PAR Index, hasil perawatan ortodontik.
Gambaran Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut dan Gigi Berjejal Anterior pada Siswa SD Negeri 46 Manado Manalip, Pansy H.; Anindita, Pritartha S.; Tendean, Lydia E. N.
e-GiGi Vol 8, No 1 (2020): E-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.8.1.2020.28689

Abstract

Abstract: Mouth breathing habit during growth and development can affect dentocraniofacial growth. Mouth breathing can cause stunted development of the lower and upper jaws which makes the jaws narrower resulting in crowding teeth. It is a condition of differences in the sizes of the teeth and the arch of the jaw causing teeth overlapping. This study was aimed to obtain the mouth breathing habit and crowding teeth among students of SD Negeri 46 (elementary school) Manado. It was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling. Examinations of mouth breathing and crowding teeth were performed on the students and data were analyzed by using percentages. The results showed that 17.2% of students had mouth breathing habit; 78.5% of them had crowding teeth. In conclusion, the majority of students of SD Negeri 46 Manado that had mouth breathing habit had crowded teeth.Keywords: mouth breathing, anterior teeth crowding Abstrak: Kebiasaan bernafas melalui mulut yang berlangsung selama masa tumbuh kembang dapat memengaruhi pertumbuhan dentokraniofasial. Bernapas melalui mulut dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan rahang bawah dan rahang atas sehingga rahang menjadi lebih sempit yang berakibat terjadinya gigi berjejal. Kondisi ini merupakan keadaan terdapatnya perbedaan ukuran gigi dan ukuran lengkung rahang, sehingga menyebabkan posisi gigi saling tumpang tindih Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan bernapas melalui mulut dan gigi berjejal anterior pada anak di SD Negeri 46 Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan bernapas melalui mulut dan pemeriksaan gigi berjejal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian mendapatkan 17,2% subjek penelitian bernapas melalui mulut; 78,5% di antaranya memiliki gigi berjejal anterior. Simpulan penelitian ini ialah mayoritas anak di SD Negeri 46 Manado yang bernapas melalui mulut memiliki gigi berjejal anterior.Kata kunci: bernapas melalui mulut, gigi berjejal anterior
Kebiasaan Merokok dan Terjadinya Smoker’s Melanosis Revien, Iin; Supit, Aurelia S. R.; Anindita, Pritartha S.
e-GiGi Vol 8, No 2 (2020): E-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.8.2.2020.29903

Abstract

Abstract: Smoking can lead to a variety of systemic diseases as well as abnormal signs in the oral cavity inter alia smoker’s melanosis. This study was aimed to obtain the description of smoking habit and the occurrence of smoker’s melanosis in general viewed from three smoking indicators, as follows: frequency of smoking, duration of smoking, and types of cigarettes. This was a literature review study. There were 22 literatures consisting of 20 cross sectional studies dan 2 case control studies. The results showed that smoker’s melanosis was more frequent in smokers than in non smokers. Based on the frequency of smoking, smoker’s melanosis was most frequent in heavy smokers, followed by moderate smokers, and light smokers. Based on the duration of smoking, smoker’s melanosis was most frequent in 10-year smokers, followed by 5-to-10-year smokers, and less-than-five-year smokers. Based on the types of cigarettes, smoker’s melanosis was most frequent in smokers of clove/non filter cigarette, followed by smokers of white/filter cigarette, and smokers of both types of cigarette. In conclusion, smoker’s melanosis was more frequent in smokers than in non smokers. The majority of cases were heavy smokers, had duration of smoking more than 10 years, and the type of cigarette consumed was clove/non filter cigarette.Keywords: cigarettes, smoker’s melanosis. Abstrak: Merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Berbagai penyakit sistemik di dalam tubuh dan tanda abnormal di rongga mulut dapat diakibatkan kebiasaan merokok, salah satunya smoker’s melanosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok dan terjadinya smoker’s melanosis secara umum dilihat dari tiga indikator merokok, yaitu frekuensi merokok, durasi merokok, dan jenis rokok. Jenis penelitian ini ialah studi pustaka. Pustaka yang digunakan berjumlah 22 buah, terdiri dari 20 cross sectional study dan 2 case control study. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa smoker’s melanosis lebih banyak ditemukan pada individu yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Berdasarkan frekuensi merokok, smoker’s melanosis paling banyak ditemukan pada perokok berat, diikuti perokok sedang, dan perokok ringan. Berdasarkan durasi merokok, smoker’s melanosis paling banyak ditemukan pada perokok dengan durasi >10 tahun, diikuti durasi 5-10 tahun, dan durasi <5 tahun. Berdasarkan jenis rokok, smoker’s melanosis paling banyak ditemukan pada perokok dengan jenis rokok kretek/non filter/sigaret kretek, diikuti perokok dengan jenis rokok putih/filter, dan perokok dengan jenis keduanya. Simpulan penelitian ini ialah smoker’s melanosis lebih banyak ditemukan pada perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok, Mayoritas kasus ialah perokok berat, durasi merokok >10 tahun, dan mengonsumsi jenis rokok kretek/non filter/sigaret kretek.Kata kunci: kebiasaan merokok, smoker’s melanosis
Hubungan antara Gigi Berjejal dan Status Gizi pada Remaja Andries, Agnes M.; Anindita, Pritartha S.; Gunawan, Paulina N.
e-GiGi Vol 9, No 1 (2021): E-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.9.1.2021.32308

Abstract

Abstract: Malocclusion is one of the most common dental and oral health problems after caries and periodontal disease. Most of the malocclusions occur in adolescence and manifest as crowding teeth. Malnutrition can inhibit the growth and development of the skull and jaw bones, therefore, the permanent teeth have lack space to erupt resulting in crowding teeth. This study was aimed to determine the relationship between crowding teeth and nutritional status among adolescents in Indonesia. This was a literature review study using three databases, Google Scholar, GARUDA, and Pubmed. Keywords used were crowding, malocclusion, malnutrition, adolescent, Height for Index, BMI, nutritional status, adolescents. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, a critical appraisal was carried out and obtained 8 cross-sectional study literatures. The review showed that there were more literatures stating that there was no relationship between crowding teeth and nutritional status among adolescents. Apart from nutritional status, there were several other factors that could affect crowding teeth in adolescents such as bad habits, history of crowding deciduous teeth, heredity, and socioeconomic status. In conclusion, crowding teeth in adolescents is influenced by nutritional status as well as other factorsKeywords: crowding, nutritional status, adolescents. Abstrak: Maloklusi telah menjadi salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai setelah karies dan penyakit periodontal. Sebagian besar maloklusi terjadi pada usia remaja dalam bentuk gigi berjejal. Status gizi yang kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tulang tengkorak maupun rahang yang menyebabkan gigi permanen kekurangan ruang untuk erupsi dan terjadi gigi berjejal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gigi berjejal dan status gizi pada remaja di Indonesia. Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database yaitu Google Scholar, GARUDA, dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan yaitu crowding, malocclusion, malnutrition, BMI, adolescent, maloklusi, TB/U, IMT, Status Gizi, Remaja. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, dilakukan critical appraisal dan didapatkan 8 literatur cross-sectional study. Hasil kajian menunjukkan terdapat lebih banyak literatur yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara gigi berjejal dan status gizi pada remaja. Selain status gizi, faktor lainnya yang dapat memengaruhi terjadinya gigi berjejal pada remaja ialah kebiasaan buruk, riwayat gigi desidui berjejal, keturunan, dan status sosial ekonomi orang tua.. Simpulan penelitian ini ialah gigi berjejal pada remaja tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi saja namun dapat disebabkan oleh faktor lain juga.Kata kunci: gigi berjejal, status gizi, remaja
Hubungan Pemakaian Alat Ortodontik Cekat dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa SMA Kristen 1 Tomohon Rambitan, Wulan K. D.; Anindita, Pritartha S.; Mintjelungan, Christy N.
e-GiGi Vol 7, No 1 (2019): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.7.1.2019.23309

Abstract

Abstract: Fixed orthodontic devices are the most commonly used orthodontic appliances in the community especially adolescent because they have become an important part of lifestyle. Albeit, users of fixed orthodontic appliances do not realize that fixed orthodontic appliances could become a risk factor for poor dental and oral hygiene. This study was aimed to determine the relationship between the use of fixed orthodontic devices and the dental and oral hygiene status of students at SMA Kristen 1 Tomohon (senior high school). This was an analytical observational study with a cross sectional design. Subjects were 43 students who used fixed orthodontics appliances obtained by using total sampling method. The results showed that most subjects used fixed orthodontic appliance for less than one year (58.1%). Moreover, the dental and oral hygiene status of most subjects were in the moderate category. The Chi-square showed a p-value of 0,060 for the relationship between the use of fixed orthodontic devices and the dental and oral hygiene status. Conclusion: There was no significant relationship between the duration of use of fixed orthodontic devices and the dental and oral hygiene status of students at SMA Kristen 1 TomohonKeywords: fixed orthodontic appliances, oral hygiene, adolescents Abstrak: Alat ortodontik cekat merupakan peralatan ortodontik yang paling sering dipakai oleh masyarakat khususnya remaja karena sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Namun pemakai alat ortodontik cekat tidak menyadari bahwa alat ortodontik cekat merupakan faktor risiko terganggunya kebersihan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian alat ortodontik cekat dengan status kebersihan gigi dan mulut siswa SMA Kristen 1 Tomohon. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian yaitu 43 siswa yang memakai alat ortodontik cekat yang diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukkan pemakaian alat ortodontik cekat terbanyak yaitu di bawah satu tahun (58,1%) dan status kebersihan gigi dan mulut berada dalam kategori sedang. Hasil uji Chi-square terhadap hubungan antara pemakaian alat ortodontik cekat dengan status kebersihan gigi dan mulut subyek penelitian mendapatkan nilai p=0,060. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama pemakaian alat ortodontik cekat dengan status kebersihan gigi dan mulut siswa SMA Kristen 1 Tomohon.Kata kunci: alat ortodontik cekat, kebersihan gigi dan mulut, remaja
Hubungan antara Status Gizi dengan Gigi Berjejal pada Anak Usia 11 sampai 12 Tahun di SD Negeri 45 Manado Richter, Ciwinan H.; Anindita, Pritartha S.; Kawengian, Shirley E. S.
e-GiGi Vol 9, No 2 (2021): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.9.2.2021.33705

Abstract

Abstract: Nutrition has a very important role during growth and development. It is a collection of biochemical substances that generally come from food used for the process of producing energy, growth, development, and maintenance of the body function. Poor nutrition will have an impact on the growth and development of teeth and mouth such as the occurrence of dental malformations, easily injury of soft tissues, and obstructed development of facial bones and jaws. This study was aimed to determine the relationship between nutritional status and crowded teeth in children aged 11 to 12 years. This was a descriptive and analytical study with a cross sectional design. This study was conducted at Elementary School 45 in Manado using a total sampling method. There were 39 subjects that were analyzed by using BMI/A anthropometry. The chi-square obtained a p-value of 0.376 for the relationship between nutritional status based on BMI/A and crowded teeth. In conclusion, there was no relationship between nutritional status based on BMI/A and crowded teeth in students of Elementary School 45 aged 11-12 years in Manado.Keywords: nutritional status; crowded teeth; children  Abstrak: Gizi memiliki peran yang sangat penting selama masa tumbuh kembang karena gizi merupakan kumpulan zat biokimia yang umumnya berasal dari makanan yang digunakan untuk proses menghasilkan energi, pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan tubuh. Gizi yang kurang baik akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut seperti terjadi malformasi gigi, mudah terjadi cedera pada jaringan lunak, serta terhambatnya perkembangan tulang wajah dan rahang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan gigi berjejal pada anak usia 11 sampai 12 tahun. Jenis penelitian ialah analitik deskriptif dengan desain potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 45 Manado menggunakan total sampling dengan subjek penelitian berjumlah 39 orang, dianalisis menggunakan antropometriIMT/U. Hasil uji chi-square mendapatkan nilai p=0,376 terhadap hubungan antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan gigi berjejal. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan gigi berjejal pada anak usia 11 sampai 12 tahun di SD Negeri 45 Manado.Kata kunci: status gizi; gigi berjejal; anak
Gambaran Karies Gigi Sulung pada Anak Stunting di Indonesia Aviva, Novia N.; Pangemanan, Damajanty H. C.; Anindita, Pritartha S.
e-GiGi Vol 8, No 2 (2020): E-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.8.2.2020.29907

Abstract

Abstract: Dental caries, as well as stunting in children, is still a worldwide problem including in Indonesia. Malnutrition can cause stunting and abnormal growth and development of teeth causing the child's teeth become more susceptible to caries. This study was aimed to obtain the description of primary dental caries among stunting children in Indonesia. This was a literature review study. Three databases used in this study, as follows: Pubmed, ClinicalKey, and Google Scholar. The keywords were stunting AND caries AND Indonesia. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, a critical appraisal was carried out that obtained 5 literatures consisting of 4 cross-sectional studies and 1 cohort study. The results showed that stunting children had higher percentage of primary dental caries than normal children, with moderate to high caries severity reaching 80%. Children who suffered from high dental caries severity had a high chance of suffering from stunting in the future. In conclusion, stunting children in Indonesia suffered from caries of primary teeth categorized as high severity caries. There was a relationship between caries of primary teeth and stunting in children.Keywords: Primary dental caries, stunting, child. Abstrak: Seperti halnya karies gigi, stunting pada anak masih menjadi masalah dunia termasuk Indonesia. Kekurangan gizi pada masa-masa kritis dapat menyebabkan stunting pada anak serta tumbuh kembang gigi yang tidak normal sehingga gigi anak lebih rentan mengalami karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karies gigi sulung pada anak stunting di Indonesia. Jenis penelitian ialah studi pustaka. Pencarian data menggunakan tiga database yaitu Pubmed, ClinicalKey, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu stunting AND caries AND Indonesia. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, dilakukan critical appraisal dan didapatkan 5 literatur terdiri dari 4 cross-sectional study dan 1 cohort study. Hasil penelitian menunjukkan anak stunting memiliki pengalaman karies gigi sulung lebih tinggi daripada anak normal dengan tingkat keparahan karies sedang sampai tinggi mencapai 80%. Anak yang menderita pengalaman karies gigi sulung parah, memiliki peluang tinggi menderita stunting di kemudian hari. Simpulan penelitian ini ialah anak stunting di Indonesia memiliki pengalaman karies pada gigi sulung dan terbanyak pada tingkat keparahan karies yang tinggi. Terdapat hubungan antara karies pada gigi sulung dan stunting pada anak.Kata kunci: karies gigi sulung, stunting, anak.