Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENERAPAN METODE STAGE-GATE® PADA INOVASI PRODUK KOPI CELUP DENGAN PEMANIS STEVIA Chandra, Andy; Witono, Judy Retti
Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmieb.v2i1.1607

Abstract

Pengembangan produk baru (New Product Development) diperlukan untuk membuat product life cycle (PLC) yang berkesinambungan. Inovasi harus didukung oleh proses analisis kreatif mendalam agar produk dapat diterima saat diluncurkan ke pasar. Solusi yang ditawarkan adalah manajemen inovasi di perusahaan dalam bentuk co-creation dan breakthrough pada PLC produk yang lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Metode inovatif yang digunakan adalah metode Stage-Gate®, dimana evaluasi proyek dilakukan secara terukur dan bertahap untuk meminimalkan risiko peluncuran produk baru dari ketidakpastian dan membuat penggunaan sumber daya menjadi lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode Stage-Gate® pada inovasi produk kopi celup manis. Produk ini merupakan minuman kopi Arabika dengan pemanis alami yaitu gula Stevia. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah pada setiap pengembangan produk baru, maupun diversifikasi produk yang telah ada, dapat dikembangkan melalui co-creation pada PLC dengan menerapkan metode Stage-Gate® termodifikasi yang dikombinasikan menggunakan perlengkapan lain seperti value proposition canvas dan business model canvas. Dari penerapan metode ini terlihat gambaran dari strategi bisnis yang terukur dan dapat dievaluasi secara bertahap. Pengembangan produk kopi celup manis ini juga dilakukan dengan penggunaan sumber daya yang minimal, yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan dari konsumen, serta telah memiliki pasar potensial sejak awal produk ditawarkan.               Kata kunci: Inovasi, PLC, Stage-Gate®, kopi celup, Stevia
Studi Awal Pertumbuhan dan Induksi Mikroalga Haematococcus Pluvialis Witono, Judy Retti B.; Miryanti, Y.I.P. Arry; Santoso, Herry; Kumalaputri, Angela Justina; Novianty, Valine; Gunadi, Alvin
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.902 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i3.2516

Abstract

ABSTRAKMunculnya makanan cepat saji dan polusi udara mendatangkan kerusakan tubuh akibat radikal bebas. Untuk melawan radikal bebas, antioksidan menjadi semakin populer di berbagai kalangan dan salah satunya astaxanthin. Haematococcus pluvialis merupakan sumber astaxanthin alami tertinggi. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pertumbuhan H. Pluvialis. Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah (1) konsentrasi inoculum awal yang berbeda (yaitu 10%-v/v dan 20%-v/v) terhadap kepadatan dan jumlah sel; (2) penambahan garam NaCl dan induksi cahaya terhadap rasio karotenoid dan klorofil. Mikroalga H. pluvialis secara fotoautotrof selama sembilan hari. Karotenogenesis diinduksi oleh penambahan NaCl 0,8%-b/v, diikuti oleh induksi di bawah intensitas cahaya tinggi. Kadar klorofil dan total karotenoid dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan H. pluvialis lebih baik dikulturkan dengan konsentrasi inokulum 10% dan diperoleh jumlah 70 x 105 sel/mL. Penambahan garam NaCl 0,8%-b/v disertai induksi intensitas cahaya tinggi dapat meningkatkan rasio kadar karotenoid terhadap klorofil sebesar 28,9%.Kata kunci:,Haematococcus pluvialis, induksi cahaya, karotenoid, klorofil, mikroalga.ABSTRACTFast food and air pollution lead to the production of free radicals in our body. To fight those, it is needed anti-oxidant. That is the reason why antioxidant become a popular supplement for many people and one of them is astaxanthin. Haematococcus pluvialis is the highest source of natural astaxanthin. The goal of this study is to observe the cell growth of H. pluvialis. The variables used in this research are (1) a different initial inoculum concentrations (i.e. 10%-v/v and 20%-v/v) to the density and number of cells; (2) the addition of salt NaCl and light induction to the ratio of carotenoids to chlorophyll. Microalgae H. pluvialis was cultured in batch mode and photoautotrophic cultivation for nine days. The carotenogenesis was induced by addition of NaCl 0.8%-b/v, followed by induction under high-light intensity. Chlorophyll levels and total carotenoids were analyzed using a spectrophotometer. It was observed that growth of H. pluvialis was preferable cultured with 10% inoculum concentration and obtained 70 x 105 cells/mL. The addition of NaCl 0.8%-b/v salt followed by high light intensity induction could increase the ratio of carotenoids to chlorophyll levels by 28.9%.Keywords: carotenoid, chlorophyll, Haematococcus pluvialis, light induction, microalgae.
EFEK JENIS DAN JUMLAH GLUTEN SUBSTITUTE SERTA PUTIH TELUR DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR KOMPOSIT Judy Retti Witono; Angela J Kumalaputri; Stephanus Ryan Supomo
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29591.117 KB)

Abstract

Peningkatan konsumsi roti oleh masyarakat di Indonesia saat ini mendorong tingginya importepung gandum. Seringkali pula ketersediaan tepung tsb. tidak parallel dengan kebutuhan.Masalah yang timbul apabila penggunaan tepung gandum dalam roti diganti dengan tepunglain adalah tidak adanya struktur jaringan yang bisa terbentuk untuk menahan gas CO2.Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan roti tawar komposit yang mengandung tepungsingkong dengan penambahan gluten substitute. Analisa terhadap karakteristik roti yangdihasilkan meliputi shelf life, kekerasan roti, densitas, daya kembang, struktur crumb danwarna crust. Metodologi penelitian yang dilakukan terdiri dari penentuan waktupencampuran, fermentasi I dan fermentasi II. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatanadonan roti dengan perbandingan penggunaan tepung terigu : tepung singkong = 2:1 dan 1:1.Pengganti gluten (gluten substitute) yang ditambahkan adalah carboxylmethylcellulose(CMC) dan xanthan gum (XG) dengan variasi 2% dan 3% serta variasi tanpa dan denganpenambahan 10% putih telur. Analisa terhadap kekerasan roti menggunakan TextureAnalyzer CT3-Brookfield dan menunjukkan hasil antara 41 – 465.5 g. Daya kembang rotidiukur secara metrik. Pertumbuhan jamur pada semua sample yang disimpan pada suhu ruangmuncul pada hari ketiga. Roti yang menunjukkan hasil terbaik dalam artian yang mempunyainilai kekerasan terendah, daya kembang tertinggi, warna crust dan struktur crumb yang dapatditerima adalah roti komposit dengan variasi ratio tepung terigu : tepung singkong = 2:1dengan penambahan 10% putih telur dan 2% CMC. Untuk mendapatkan roti yang berbasistepung singkong saja dengan karakteristik yang menyamai roti yang berbasis tepung terigumasih memerlukan penelitian lebih lanjut.
OPTIMASI RASIO TEPUNG TERIGU, TEPUNG PISANG, DAN TEPUNG UBI JALAR, SERTA KONSENTRASI ZAT ADITIF PADA PEMBUATAN MIE Judy Retti Witono; Angela Justina; Heidylia Stella Lukmana
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3185.146 KB)

Abstract

Penelitian ini berfokus pada diversifikasi pangan di Indonesia (dalam hal ini adalah mie)menggunakan alternatif bahan baku yang relatif murah dan tersedia berkelimpahan. Selaintepung terigu, akan digunakan tepung pisang dan tepung ubi jalar untuk substitusi parsial.Penelitian dimulai dengan analisis bahan baku (kadar karbohidrat, protein, serat, air, danabu); pembuatan mie dengan variasi rasio tepung terigu terhadap tepung campuran, variasijenis dan konsentrasi aditif (CMC dan xanthan gum). Produk mie dianalisis tekstur dan sifatfisiknya selama pemasakan (swelling index dan cooking loss). Faktor yang diamati adalahrasio dari tepung terigu dan campuran dan konsentrasi zat aditif. Sedangkan respon yangakan diamati adalah tingkat kekerasan mie, nilai swelling index, dan nilai cooking loss.Kondisi optimum ditentukan menggunakan standar mie di pasaran. Mie yang dianggapoptimum dianalisis karbohidrat, protein, serat kasar, abu, dan airnya. Hasil yang diperolehmenunjukan bahwa tepung pisang dan tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan bakupembuatan mie. Rasio tepung berpengaruh signifikan terhadap tingkat kekerasan mie, nilaiswelling index, dan nilai cooking loss mie kering. Sementara, konsentrasi zat aditif hanyaberpengaruh signifikan terhadap nilai cooking loss mie kering yang dihasilkan. Daripenelitian ini diharapkan dapat dikembangkan penelitian lanjutan dengan target modifikasipati sehingga tidak menggunakan tepung terigu sama sekali. Penelitian ini sendirimerupakan bagian dari penelitian besar dengan tujuan akhir bisa didapatkan re-assemblybaik di bidang pangan maupun non pangan.
STUDI KINETIKA DEHIDRASI OSMOTIK PADA IKAN TERI DALAM LARUTAN BINER DAN TERNER Judy Retti Witono; YIP Arry Miryanti; Lia Yuniarti
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1146.451 KB)

Abstract

Pengolahan ikan asin di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara tradisional dengan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini murah, namun dapat menurunkan kualitas produk karena laju dehidrasinya tidak dapat bersaing dengan laju pembusukan ikan. Sedangkan penggunaan garam sampai batas tertentu dapat meningkatkan kecepatan pengurangan air namun dapat menimbulkan masalah dengan tekstur dan rasa ikan asin. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kinetika dehidrasi osmotik ikan teri dalam proses pengawetannya sehingga dapat mengendalikan kecepatan pengurangan air dan penambahan solute (NaCl & C12H22O11).Metodologi penelitian ini meliputi analisis awal ikan teri segar (kadar air, kadar garam, dan tekstur), proses dehidrasi osmosis dan dilanjutkan dengan pengeringan. Proses dehidrasi osmosis dilakukan dengan variasi jenis larutan osmosis (larutan NaCl – larutan Biner dan NaCl + sukrosa – larutan Terner), variasi konsentrasi larutan Biner (15%, 24,24%-jenuh, dan 50%). Penggunaan larutan Terner hanya diterapkan pada konsentrasi NaCl 24,24% dengan penambahan sukrosa 30%. Seluruh percobaan dilakukan pada temperatur ruang dan 40oC. Sebagai perbandingan, juga dilakukan penggaraman kering 10% dan 35 %-berat. Analisis produk ikan asin meliputi kadar air, kadar garam, kadar abu tak larut dalam asam, tekstur (kekerasan dan kekenyalan) sesudah pengeringan, serta uji rasa dan kesukaan pada ikan yang digoreng.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hilangnya air karena difusi garam ke substrat ikan mengalami peningkatan secara paralel dengan peningkatan konsentrasi larutan osmosis dan temperatur. Namun pada konsentrasi NaCl yang sangat tinggi (50%), temperatur tidak berpengaruh secara signifikan. Selain itu, penggunaan larutan Terner akan meningkatkan hilangnya air dan juga mengurangi penetrasi garam. Koefisien difusivitas air berada dalam rentang 1,001x10-5 sampai 4,736x10-5 cm2 s−1, sedangkan koefisien difusivitas NaCl berada dalam rentang 1,25x10-4 sampai 2,929x10-5 cm2 s−1. Kekerasan ikan meningkat dan kekenyalan ikan berkurang setelah mengalami proses dehidrasi osmosis yang diteruskan dengan pengeringan.Kata kunci : dehidrasi osmosis, ikan teri, larutan Biner, larutan Terner
PEMURNIAN GARAM DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI BATCH Angela Martina; Judy Retti Witono
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.327 KB)

Abstract

Garam merupakan salah satu komoditi besar Indonesia.Garis pantai perairan Indonesia dapat menjadi salah satu modal untuk memproduksi garam dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Namun, kualitas garam industri di Indonesia masih menjadi kendala, sehingga kebutuhan garam industri masih mengandalkan garam impor, terutama dari Australia. Pengembangan teknologi pemurnian di Indonesia sendiri masih menggunakan bahan pengendap, dimana proses ini membutuhkan energi yang cukup besar dan hasilnya pun masih belum dapat memenuhi SNI. Penelitian ini bertujuan untuk mencari teknologi pemurnian garam yang dapat dilakukan dengan proses yang sederhana. Pemurnian garam dilakukan dengan proses hidroekstraksi secara batch, dimana kristal garam K2 berukuran kasar, -20+30 mesh, dan -10+20 mesh dicuci menggunakan larutan garam jenuh dengan F:S divariasikan 1:10, 1:20, dan 1:40. Proses ekstraksi dilakukan selama 10, 30, dan 60 menit. Kualitas garam hasil pemurnian ditentukan berdasarkan analisis kadar NaCl, Ca2+, dan Mg2+. Kadar NaCl tertinggi 98,34% diperoleh pada proses menggunakan kristal garam berukuran -20+30 mesh, F:S = 1:20, dan waktu ekstraksi selama 30 menit. Proses hidroekstraksi batch dapat menurunkan 78,21% Ca2+ dan 76,09% Mg2+.Kata kunci : garam, pemurnian, hidroekstraksi   
Pengembangan Adsorben Activated Fly Ash untuk Reduksi Ion Cu2+ dan Cr6+ dalam Limbah Cair Industri Tekstil Judy Retti B. Witono; Y.I.P Arry Miryanti
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1708.316 KB)

Abstract

Industri yang berkembang di daerah Bandung dan sekitarnya saat ini adalah industri tekstil. Pengolahan limbah cair dari industri tekstil tersebut. sampai saat ini belum berhasil dengan baik. Salah satu penyebabnya karena metode pengolahan yang banyak digunakan adalah metode lumpur aktif. Metode ini mempunyai banyak hambatan dalam pelaksanaannya, yaitu selain penggunaan lahan pengolahan yang cukup luas metode ini memerlukan penanganan yang tidak mudah. Hal lain yang cukup penting adalah metode ini tidak dapat mengeliminasi ion logam yang terdapat dalam limbah cair industri tekstil. Padahal hampir semua zat warna kimia yang digunakan mengandung logam berat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pengolahan limbah cair industri tekstil secara fisika yang biayanya relatif murah, operasinya mudah serta dapat menghilangkan semua kontaminan yang terdapat dalam limbah. Penelitian ini memilih sistim terpadu koagulasi dan adsorpsi. Selain proses ini mudah operasinya, secara khusus juga akan memfokuskan pada pemilihan koagulan dan pengembangan adsorben berbahan dasar murah. Khusus untuk adsorben akan dikembangkan menggunakan limbah bahan bakar industri yaitu batubara. Selain limbah yang dihasilkannya yaitu fly ash berbahaya bagi kesehatan bila dibiarkan, nilai jualnyapun tidak ada. Metoda penelitian yang akan digunakan adalah proses karbonisasi pada suhu tinggi (400˚C dan 600˚C) dalam tungku pembakar bebas udara dilanjutkan dengan aktivasi menggunakan konsentrat asam (HCl) atau basa (NaOH) pada fly ash yang dikumpulkan dari pabrik pabrik. Sedang koagulan yang akan digunakan adalah mineral sederhana yaitu Al2(SO4)3 (alum) dan FeSO4 serta campuran keduanya. Pengujian kinerja adsorben dan integrasi metode koagulasi dan adsorpsi dilakukan terhadap limbah artificial yang mengandung ion logam Cu2+ dan Cr6+ (karena keduanyan merupakan ion logam berat yang paling sering ditemukan dalam limbah cair industri tekstil). Sedangkan analisa morfologi dan kandungan komponen dalam fly ash dilakukan dengan Scanning Electron Microscopes (SEM) dan Energy Dispersive Spectrometry (EDS). Dan untuk keperluan aplikasi di lapangan di kemudian hari, juga akan dilakukan perhitungan kinetika laju adsorpsi.Kata kunci : adsorpsi, fly ash, logam berat, koagulasi, alum, FeSO4.
Sintesa Superabsorben dari Natrium Alginat dengan Metode Grafting-Crosslinking dengan dan Tanpa Komposit Michelle Fransiska Kezia; Judy Retti B Witono; Angela Martina
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2018: PROSIDING SNTKK 2018
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh Aerasi dan Penambahan Nitrogen terhadap Laju Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Felicia Wiryadi; Judy Retti B Witono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2018: PROSIDING SNTKK 2018
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Separasi Steviosida dan Rebaudiosida A dari Crude Glikosida Daun SteviaRebaudiana Bertoni Menggunakan Resin Makropori Eko Indra Permana; Judy Retti Witono; Andy Chandra
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2017: PROSIDING SNTKK
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sugar consumption in Indonesia always increase every year. The increase of sugar demand cannot be fulfilled by the increase of sugar production. Low calories and low prices make food industry attracted to artificial sweeteners. The consumption of artificial sweeteners in excessive amount can lead to health problem. Stevia sweeteners can be used as the solution. The content of stevioside and rebaudioside A in stevia leaf make stevia sweeteners have a sweet taste, low calories and classified as safe. The purpose of this research is to determine the effect of stevia leaves type, separation method using resin, and dilution of stevia extract to separation rate (in %) of stevioside and rebaudioside A. Leaves types used in this research are stevia leaf cultivated in Unpar (leaf A) which is dried with microwave and leaf cultivated in Central Java (leaf B) which is dried with sunlight. Mass of Stevia leaves used is 10 grams. Separation methods that used are batch and continuous. Dilution of stevia’s extract used are 0, 5, 10, 25, and 50 times. Analysis performed in this research are total sugar analysis using anthrone method, analysis of stevioside and rebaudioside A content using HPLC, turbidity analysis using turbiditimeter, color analysis using colorimeter, and gravimetry analysis. The results showed that leaf A with batch method and 50 times dilution give the highest separation rate.