Serafinah Indriyani
Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Brawijaya University, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.) novemprirenta, yuspamella chusnul; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.772 KB)

Abstract

ABSTRAK Penyakit karat daun yang disebabkan jamur Puccinia sorghi merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi sorgum. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon beberapa galur sorgum terhadap penyakit karat daun Puccinia sorghi. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI), Malang, mulai dari bulan September hingga Desember 2012. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), tiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam dari 13 galur sorgum yang diuji menunjukkan gejala infeksi penyakit karat, enam galur tersebut yaitu G1, G2, G5, G7, G9 dan G11. Masa inkubasi terpendek terjadi pada galur G1 dan G9, sedangkan intensitas penyakit penyakit karat yang terendah terjadi pada galur G5 dan G11. Penyakit karat berpengaruh langsung terhadap komponen hasil tanaman sorgum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa galur sorgum yang direkomendasikan untuk usaha pemuliaan tanaman guna meningkatkan toleransi tanaman terhadap infeksi penyakit karat adalah galur sorgum G3, G4, G6, G8, G10, G12 and G13. Kata kunci : intensitas penyakit, masa inkubasi, Puccinia sorghi, sorgum
Kerapatan dan Bentuk Kristal Kalsium Oksalat Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Hasil Penanaman dengan Perlakuan Pupuk P dan K pada Fase Pertengahan Pertumbuhan novita, meilisa dwi ayu; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.962 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kristal kalsium oksalat yang ditemukan, pengaruh dari pupuk P dan K terhadap kerapatan kristal kalsium oksalat pada bagian tepi dan tengah umbi porang, dan mengetahui dosis pemberian pupuk P dan K yang dapat menurunkan kerapatan total kristal kalsium oksalat. Penelitian dilakukan dengan RAK pola faktorial 4x4 menggunakan 3x ulangan. Pemberian level pupuk P dan K masing-masing yaitu 0; 2,16; 4,32; dan 6,36 g/12 kg tanah,. Pengamatan kristal kalsium oksalat dilakukan dengan membuat preparat semi permanen, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis kerapatan kristal kalsium oksalat yang meliputi bagian tepi dan tengah umbi. Data dianalisis statistik menggunakan ANOVA dengan α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan empat bentuk kristal kalsium oksalat yaitu rafida kecil, rafida besar, druse, dan X1. Perlakuan kombinasi pupuk P dan K tidak mempengaruhi  kerapatan total kristal kalsium oksalat. Perlakuan dengan dosis pupuk P tunggal yang menghasilkan kerapatan total kristal kalsium oksalat paling rendah adalah dosis 4,32 g/12 kg tanah, sedangkan perlakuan tanpa pemberian pupuk P atau dosis 0 g/12 kg tanah memiliki kerapatan total kalsium oksalat paling tinggi. Perlakuan dengan pupuk K  tunggal pada dosis 6,36 g/12 kg tanah memiliki kerapatan total kristal kalsium oksalat paling rendah, sedangkan kerapatan kristal kalsium oksalat paling tinggi terjadi pada perlakuan dengan dosis pupuk K 4,32 g/12 kg tanah. Perlakuan P secara tunggal memiliki pengaruh yang lebih baik untuk menurunkan kerapatan total kristal kalsium oksalat umbi porang pada fase pertengahan dibandingkan dengan pemberian pupuk K secara tunggal. Kata kunci : kerapatan kristal kalsium oksalat, kristal kalsium oksalat, porang , unsur K, unsur P
Kandungan Oksalat Umbi Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Hasil Penanaman dengan Perlakuan Pupuk P dan K Ardhian, Dhike; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.723 KB)

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu tanaman bergizi yang memiliki asam oksalat yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Pupuk P dan K diduga dapat digunakan untuk mereduksi kandungan oksalat pada porang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  pengaruh pemberian pupuk P dan K secara tunggal maupun kombinasi pada kandungan oksalat umbi porang dan mengetahui jenis dan dosis pupuk yang dapat mereduksi kandungan oksalat. Perlakuan terdiri dari kombinasi empat dosis pupuk K dan empat dosis pupuk P dengan dosis yang sama yaitu 0;2,16;4,32;dan 6,36 g/12 kg tanah yang diaplikasikan ke tanaman porang yang ditumbuhkan hingga empat bulan. Oksalat terlarut dianalisis dengan volumetri dan oksalat tidak terlarut dianalisis dengan spektrofotometri (AAS). Analisis statistik menggunakan ANOVA dilanjutkan uji Tukey α = 5%. Kombinasi pupuk P dan K serta pupuk P tunggal tidak mempengaruhi kandungan oksalat terlarut, tidak terlarut, dan total pada umbi porang. Pemberian pupuk K tunggal pada dosis 2,16 g/12 kg tanah mampu menurunkan kandungan oksalat total sebanyak 34,3 %. Dengan demikian dosis Pupuk K ini berpotensi untuk menurunkan kandungan oksalat total umbi porang.   Kata kunci : oksalat, pupuk K, pupuk P, spektrofotometri, volumetri
Keragaman Struktur Butir Amilum, Kadar Tepung, dan Clustering Delapan Taksa Tanaman Berumbi di Desa Simo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi Sari, Aprila Kumala; Indriyani, Serafinah; Ekowati, Gustini; Batoro, Jati
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.442 KB) | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2017.005.01.3

Abstract

Desa Simo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi memiliki banyak area kebun, ladang, dan sawah. Kondisi ini mendukung tumbuhnya berbagai umbi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keragaman struktur butir amilum, kerapatan sel idioblas, kadar tepung, dan clustering (pengelompokan) delapan taksa tanaman berumbi di Desa Simo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Sampel umbi yang digunakan 8 taksa umbi yaitu garut (Marantha arundinacea L.), suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.), ubi jalar (Ipomea batatas L.), ubi kayu (Manihot esculenta Cranzt), talas (Colocasia esculenta (L.) Schott.), gadung (Dioscorea hispida Dennst.), ganyong (Canna edulis Ker.), dan uwi (Dioscorea alata L.). Umbi yang sudah dikoleksi diamati karakter morfologi umbi, struktur butir amilum, kerapatan sel idioblas, kadar tepung, dan clustering (pengelompokan). Data kerapatan sel yang mengandung butir amilum dianalisis dengan SPSS16 for Windows. Analisis clustering (pengelompokan) menggunakan software PAST. Bentuk butir amilum delapan taksa umbi antara lain: bulat, oval, segitiga, setengah lingkaran, bersudut, dan tidak beraturan. Kerapatan sel yang mengandung butir amilum tertinggi umbi talas (66,33 ± 14,74) sel/mm2. Kadar tepung tertinggi umbi gadung (9,53 ± 2,08%). Berdasarkan analisis clustering terdapat enam kelompok yaitu kelompok pertama uwi, kedua suweg dan gadung, ketiga ubi jalar, keempat ubi kayu dan talas, kelima ganyong, dan keenam garut.
Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn) nafriana, dany wahyu; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.561 KB)

Abstract

Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang banyak mengandung karbohidrat. Rhizoctonia solani merupakan salah satu patogen tular tanah yang mampu menggagalkan panen sorgum. Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon beberapa galur sorgum koleksi Balai Penelitian Kacang - kacangan dan Umbi - umbian (Balitkabi) terhadap cendawan R. solani. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2012 sampai Juni 2013 di laboratorium dan rumah kasa hama penyakit Balai Penelitian Kacang – kacangan dan Umbi – umbian (Balitkabi). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 12 galur sorgum dengan perlakuan inokulasi cendawan R. solani diulang sebanyak 3 kali untuk tiap galurnya,  sedangkan untuk kontrol yaitu tanpa pemberian cendawan. Data dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi cendawan R. solani berlangsung dari 4 sampai 42 hari. Diperoleh tiga galur sorgum yang menunjukkan masa inkubasi terpendek, yaitu galur nomor 3 (4 hari), 4 (5 hari), dan 10 (6 hari). Berdasarkan tingkat serangan R. solani mengindikasikan bahwa galur nomor 1, 6, 7, 8 dan 12 merupakan galur yang sangat tahan terhadap cendawan R. solani. Galur rentan tidak didapatkan dalam penelitian ini.   Kata kunci :  rentan, Rhizoctonia solani, sorgum, tahan, 12 galur
Struktur Sel Sekretori dan Uji Mikroskopi Mikrokimiawi Metabolit Sekunder pada Daun dari Tujuh Taksa Tanaman Obat Antihipertensi Nindyawati, Dwi Lina; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.81 KB) | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2017.005.02.4

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah. Penggunaan tanaman obat untuk mengatasi hipertensi telah digunakan sejak zaman dahulu. Hal ini dapat terjadi karena di dalam tanaman tersebut mengandung metabolit sekunder yang dimanfaatkan sebagai obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan senyawa metabolit sekunder, struktur atau bentuk dan kerapatan sel sekretori senyawa metabolit sekunder berupa tanin, flavonoid, dan alkaloid. Sampel yang digunakan adalah daun mimba, belimbing wuluh, seledri, mahkota dewa, sambiloto, sambung nyawa, dan tempuyung (umur 4 bulan). Masing-masing sampel daun diambil tiga ulangan individu tanaman pada daun bagian median. Sampel diiris dengan dua metode irisan yaitu melintang dan paradermal. Irisan melintang dengan clamp on hand microtome dan irisan paradermal dengan preparat whole mount sebanyak tiga ulangan sampel daun. Masing-masing preparat diberi reagen spesifik yaitu tanin dengan potasium dikromat, alkaloid dengan reagen Wagner, dan flavonoid dengan NaOH 10 %; selanjutnya diamati dengan mikroskop. Sel sekretori pada belimbing wuluh ditemukan berbentuk capitate dan trikoma uniseluler panjang. Trikoma pada sambiloto ditemukan berbentuk kerucut dan juga ditemukan sel litosis. Pada mahkota dewa ditemukan sel idioblas dan pada mimba ditemukan sel trikoma uniseluler panjang dan sel sekretori berbentuk capitate. Pada sambung nyawa ditemukan sel trikoma capitate glandular, sel idioblas, dan sel trikoma multiseluler. Pada seledri dan tempuyung tidak ditemukan bentuk sel sekretori. Tanaman obat yang mengandung ketiga senyawa metabolit sekunder pada daunnya adalah belimbing wuluh, sambiloto, mahkota dewa, dan mimba. Kerapatan sel sekretori yang mengandung flavonoid dan tanin tertinggi yaitu belimbing wuluh berturut-turut sebesar 3,27±2,46 sel/mm2 dan 3,11±5,58 sel/mm2 sedangkan sambiloto mengandung alkaloid tertinggi sebesar 1,33±0,84 sel/mm2
Uji Daya Tumbuh Porang (Amorphophallus muelleri Blume) dari Berbagai Variasi Potongan Biji Turhadi, Turhadi; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.025 KB)

Abstract

Budidaya porang dapat dilakukan dengan metode perkecambahan poliembrioni yaitu pada satu biji dilakukan pembelahan untuk memisahkan bagian embrio yang ada di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan jumlah tunas, persentase tumbuh bagian biji bertunas, biji yang bertunas secara monoembrio dan poliembrio, serta bagian biji yang non-viable dari berbagai variasi potongan biji porang. Biji dengan berat 0,17±0,017 gram dipotong dengan berbagai variasi potongan yaitu biji dipotong tiga (P1) dan dua (P2) membujur, dipotong tiga (P3) dan dua (P4) melintang, dan biji utuh (P5), kemudian dikecambahkan selama tujuh minggu. Biji bertunas difiksasi dalam larutan alkohol 70 %untuk pengamatan lebih lanjut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dan tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Analisis data menggunakan ANOVA dan dilanjutkan uji Tukey (α = 0,05) menggunakan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tunas paling banyak terdapat pada perlakuan biji yang dibelah tiga melintang. Tunas yang muncul semuanya berasal dari bagian proksimal biji. Persentase tumbuh bagian biji bertunas paling tinggi terdapat pada perlakuan biji utuh (70,00±21,60 %). Biji porang yang bertunas secara poliembrio paling tinggi terdapat pada perlakuan biji porang utuh (35,00±10,00 %). Perlakuan pembelahan biji secara statistik tidak berpengaruh nyata dalam menghasilkan bibit porang poliembrio. Kata kunci: biji, poliembrio, porang, potongan, tunas
HUBUNGAN KERAPATAN DAN PANJANG TRIKOMA DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PREFERENSI PELETAKAN TELUR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) Sulistyadi, Febi Wahyu; Indriyani, Serafinah; Suharjono, Suharjono
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.243 KB)

Abstract

Groundnut crop which is widely used in various fields. However, there are some pests that attack peanuts, one of which is the whitefly pest that lays eggs on the leaves. Laying eggs on the leaves can cause some damage. This study aimed to determine the relationship of density and length of the peanut leaf trichomes against whitefly infestation preference laying eggs on the leaves of peanuts. The method used is to plant 16 varieties of groundnut in the usual places visited by whitefly infestation. After the age of groundnuts ± 1.5 months taken leaf samples of peanut varieties, each variety was taken three leaves as replicates. Further microscopic preparations were made for length and density of trichomes observed on the abaxial whitefly infestation and the number of eggs in each sample and leaf damage observed macroscopically. Data analysis was done by correlation test number nits whitefly trichome length and density with SPSS 16 for Windows as well as analysis and cause leaf damage. Based on the research and observations that have been made can be seen that there is a positive and highly significant correlation between the density of leaf trichomes peanut and egg laying whitefly infestation in peanut leaves by Pearson correlation values ​​respectively of 0.86 at 0.01 level. While long relationship peanut leaf trichomes and laying eggs on the leaf whitefly infestation peanuts have a positive and significant correlation based on the value of 0.597 at 0.05 level. Thus it is known that whitefly infestation happy laying eggs on the leaves of peanuts with a tight and long trichomes.
Struktur Embrio Porang (Amorphophallus muelleri Blume) dari Berbagai Variasi Ukuran Biji Dewi, Dita Fitriana Kusuma; Azriyaningsih, Rodliyati; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.706 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi dan penyebaran embrio pada berbagai ukuran biji porang, mengetahui pengaruh ukuran (kriteria) biji terhadap ukuran embrio, dan mengetahui ukuran biji yang paling baik sebagai bibit porang. Metode yang dilakukan meliputi, pengambilan sampel biji porang dari tongkol yang berasal dari lapang (Desa Rejosari Kecamatan Bantur) berumur 32 minggu, pengukuran berat biji porang, pengamatan anatomi embrio biji porang, pengukuran panjang dan lebar embrio porang, dan analisis data. Biji porang diklasifikasikan menjadi tiga kriteria, yakni besar (0,2 < x ≤ 0,3 g), sedang (0,1 < x ≤ 0,2 g), dan kecil (0,01 < x ≤ 0,1 g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio porang pada berbagai ukuran biji berada pada posisi atau bagian proksimal dari biji porang, bukan pada bagian distal dari biji porang. Uji ANOVA yang dilakukan menunjukkan bahwa ukuran biji tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap ukuran embrio (panjang x lebar). Biji berukuran besar mempunyai rata-rata panjang embrio tertinggi, yakni sebesar 1,0±0,8 mm sedangkan biji berukuran sedang mempunyai rata-rata lebar embrio tertinggi, yakni sebesar 0,7±0,4 mm. Biji poliembrio menunjukkan persentase sebesar 17,65±1,64 % dengan penyebaran embrio secara mengelompok atau berdekatan antara embrio satu dengan embrio lainnya. Biji berukuran sedang mempunyai potensi viabilitas tertinggi dalam perkecambahan karena menunjukkan biji poliembrio sebesar 38,46±17,55 % dan tidak ada biji yang tidak mengandung embrio (00,00±00,00 %).   Kata kunci: Anatomi, biji porang, embrio, porang
Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.) novemprirenta, yuspamella chusnul; Indriyani, Serafinah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.998 KB)

Abstract

Penyakit karat daun yang disebabkan jamur Puccinia sorghi merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi sorgum. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon beberapa galur sorgum terhadap penyakit karat daun Puccinia sorghi. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI), Malang, mulai dari bulan September hingga Desember 2012. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), tiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam dari 13 galur sorgum yang diuji menunjukkan gejala infeksi penyakit karat. Masa inkubasi terpendek terjadi pada galur G1 dan G9, sedangkan intensitas infeksi penyakit karat yang terendah terjadi pada galur G5 dan G11. Penyakit karat berpengaruh langsung terhadap komponen hasil tanaman sorgum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa galur sorgum yang direkomendasikan untuk usaha pemuliaan tanaman guna meningkatkan toleransi tanaman terhadap infeksi penyakit karat adalah galur sorgum G5 dan G11. Kata kunci : intensitas infeksi, masa inkubasi, Puccinia sorghi, sorgum