Moh. Ali Aziz
UIN Sunan Ampel Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Dakwah Da’i Nahdlatul Ulama dalam Mencegah Penyebaran Covid-19 Moh. Lukman Hakim; Moh. Ali Aziz
Anida (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah) Vol 20, No 2 (2020): Anida (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/anida.v20i2.10820

Abstract

ABSTRACTThe outbreak of Covid-19 as a global pandemic needs serious attention, especially for da’i as public figures and role models for society. This article aims to know how the da’i of Nahdlatul Ulama, including Gus Mus, Gus Miftah, and Gus Baha, provide advice and direction on the prevention of Covid-19 so that it can be used as material for public education through their da'wah on Youtube. Using a qualitative approach with the message analysis method, this study finds that the da’i are advised to always prioritize faith in Allah before worrying about Covid-19 and how Islam makes its own convenience due to the limited conditions caused by this pandemic, especially in some rituals. worship. The implication of this research is to prevent the spread of Covid-19 from the perspective of da’wah among the community.Keywords : Da’i, Nahdlatul Ulama, Covid-19ABSTRAKMewabahnya Covid-19 sebagai pandemi global perlu menjadi perhatian serius, khususnya bagi para da’i sebagai figur dan panutan publik bagi masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tokoh da’i Nahdlatul Ulama diantaranya adalah Gus Mus, Gus Miftah dan Gus Baha memberikan nasehat dan arahan tentang pencegahan Covid-19 agar dapat menjadi bahan edukasi masyarakat melalui dakwah mereka di Youtube. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis pesan, kajian ini menemukan bahwa para da’i tersebut berpesan untuk selalu mengutamakan keimanan terhadap Allah sebelum rasa khawatir akan Covid-19 serta bagaiamana Islam menjadikan kemudahan tersendiri sebab keterbatasan kondisi yang diakibatkan oleh pandemi ini, khususnya pada beberapa ritual ibadah. Implikasi penelitian ini sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 dalam perspektif dakwah di antara masyarakat.Kata Kunci : Da’i, Nahdlatul Ulama, Covid-19
PROBLEM SEMANTIS DAN SOLUSI PEMAHAMAN MULTIKULTURALISME, INTERKULTURALISME, DAN CROSS-CULTURAL Sokhi Huda; Moh. Ali Aziz
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 22 No. 3 (2020)
Publisher : LIPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmb.v22i3.1060

Abstract

A semantic problem arises around the terms Multiculturalism, Interculturalism, and Cross-Cultural. The first two terms are involved in intensive discussion, while the last term tends to be in the realm of praxis. Semantic problems begin with Multiculturalism as a term that has many meanings. This problem received a response in the form of multiculturalism as an approach to the clarity of its features. In the development of perspectives, a multiculturalism problem occurs when dealing with the term Interculturalism as a comparative approach. There are two perspective arguments; arguments that support Multiculturalism and responsive arguments. Discussion of the problem increases when “interculturalism” is used to show a specific model of “managing cultural diversity” in Quebec which is articulated in explicit opposition to Canadian multiculturalism, but differs from important respect from the European interculturalism model. The two approaches contain indications of strategic advantages in the shift to the term “interculturalism” because the term “multiculturalism” is seen as being politically tarnished over the past decade. At the height of the discussion there was criticism of the flow of Multiculturalism studies which almost completely ignored the contributions of primary disciplines, especially anthropology and social psychology, especially contact theory. Finally, three points of understanding solutions can be proposed; (1) Multiculturalism is a holistic concept and an ideological basis of recognition of cultural differences, (2) Interculturalism is a model of managing cultural differences according to different regional cultural bases, (3) Cross-cultural interaction patterns, action programs, skills, and conflict management instruments.
Komunikasi Antar Pribadi Ustadz Dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada Pondok Pesantren TMI Al-Amien Prenduan) Hasbul Hadi; Aulia Rini Fitriatul Khasanah; Syaifuddin; Moh. Ali Aziz
Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 8 No. 4 (2022): Pendidikan dan Studi Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v8i4.338

Abstract

Komunikasi merpakan kebutuhan primer bagi makhluk hidup, dengan berkomunikasi maka akan terjalin sosial yang baik, baik secara internal maunpun secara ekstenal khususnya komunikasi antarpribadi yang sangat penting dalam pembentukan karakter khususnya dalam dunia pondok pesantren yang mengedepankan nilai-nilai agama dan moral. Hal ini tentu  bertujuan untuk mebentuk karakter yang baik yang berlandaskan dengan nilai-nilai agama dan moral. Berangkat dari hal ini perlu dilakukan penelitian terkait komunikasi antarpribadi yang terjadi dipondok pesantren TMI Al-Amien Prenduan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif lapangan sesuai dengan teori pendekatan komunikasi antar pribadi dan strategi komunikasi antarpribadi Miller dan Stainberg yaitu pendekatan secara analisis psikologis, sosiologis dan cultural. dengan cara melakukan observasi dan wawancara secara mendalam kemudian mendokumentasikan hasil yang ditemukan dilapangan. Hasil dari penelitian ini asatidz memiliki srtategi secara persuasif dengan  mengetahui karakter santri, sehingga dengan demikian  materi yang sampikan oleh para Asatidz akan lebih mudah diterima dan dicerna oleh para santri, karakter tersebut dapat dilihat dari memahami aculturasi, sosiologi,dan psikologi santri agar lebih mudah mendeteksi dari arahmana kita dapat melakukan komunikasi yang dapat diterima oleh santri tersebut.