Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ASPEK BIOLOGI DAN PEMANFAATAN IKAN TENGGIRI PAPUA (Scomberomorus multiradiatus Munro, 1964) DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG DI PERAIRAN MERAUKE DAN SEKITARNYA Andina Ramadhani Putri Pane; Karsono Wagiyo; Ali Suman
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 3 (2019): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.343 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v11i3.26545

Abstract

Papuan mackerel (Scomberomorus multiradiatus) is a Papua endemic fish caught only in Merauke waters and adjacents. The exploitation of this fish by local people with the level of production has increased from year to year. In the management of Papuan mackerel fish populations, scientific studies are needed about biological aspects and their use by drifting gillnets. The study was conducted for 2 (two) years, March - December 2017 and April - December 2018 with survey methods assisted by enumerators monthly. Data on the composition of the catch of the gillnet drift dominantly demersal fish because it is operated in shallow waters that sweep to the bottom. Papuan mackerel is only about 6-10% of the total catch with a dominant size structure at 40 cm FL (fork length) and allometric positive growth pattern. The sex ratio of the fish is unbalanced with the male dominant compared to the female. The size of the first fish caught is getting smaller in size, namely 32.08 (2017) to 30.50 (2018) which can be an indication that the fish size is getting smaller. The growth rate (K) is around 0.64 which shows that the growth rate is relatively slow with the rate of death due to capture (F) higher than natural death (M). The exploitation of this fish has reached E = 0.70 or 140%, so a 40% reduction must be made from the current effort and by developing local wisdom so that the endemic fish population is maintained.
KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN SEBARAN IKTIOPLANKTON DI LAUTARAFURA [Abundance, composition, and distribution of ichthyoplankton in Arafura Sea] Karsono Wagiyo
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v7i2.214

Abstract

Study was conducted in Arafura Sea in 2006. The area was divided to four sub-areas; namely West of Aru Island, East of Aru Island, West of Mapi and Mimika, and Tanjung Dolak. In the west of Aru Island we found 26 families of ichthyoplankton, in which the dominant were Clupeidae, Labridae, and Teraponidae. Larvae abundance was mean 204 individuals/1000 m3, ranged from 16 ind./ 1000 m3 to 1138 ind./lOOO m3. Eggs abundance mean 119 /1000 m3, ranged from 9 eggs /1000 m3 to highest 590 eggs /1000 m3. Sub area East of Aru Island we found 24 families, in which dominant were Balistidae, Engraulidae, and Scaridae. Abundance of larvae mean 1126 ind/1000 m3, varied from 15 ind/1000 m3 to 3,844 ind/1000 m3. Mean abundance of eggs was 188 eggs/1000 m3, varied from 9 eg'gs/1000 m3 to 532 eggs/1000 m3. Sub area West Mapi and Mimika was found 24 families, in which the dominant are Engraulidae, Scaridae, and Clupeidae. Mean of larvae abundance 12.008 ind./lOOO m3, ranged from 13 ind./lOOO m3 to 39,356 ind./ 1000 m3. Mean abundance of eggs was 105 eggs/1000 m3, ranged from 0 /1000 m3 to 731 eggs /1000 m3. Sub area Tanjung Dolak was found 21 families, in which the dominant were Scianidae, Kyphosidae, and Clupeidae 16.35 %. Mean abundance of larva 1025 ind./lOOO m3, was least 3 ind./lOOO m3 and highest 6072 ind./lOOO m3. Mean abundance of eggs 33 /1000 m3, which it varied from 0 /1000 m3 to 149 eggs /1000 m3.
DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN CUMI-CUMI JAMAK (Photololigo duvaucelii Orbigny, 1848) DI TELUK JAKARTA Karsono Wagiyo; Tirtadanu Tirtadanu; Mohammad Fauzi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.4.2020.233-246

Abstract

Pemanfaatan cumi-cumi di Teluk Jakarta terus meningkat dilakukan secara artisanal. Untuk mendukung pengelolaan cumi-cumi di Teluk Jakarta, penelitian ini bertujuan memperoleh data dan informasi mengenai dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan cumi-cumi. Data diperoleh melalui sampling secara acak, enumerasi, observasi dan penelusuran data sekunder yang dilakukan di Cilincing-DKI Jakarta dan Cituis-Tangerang tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan cumi-cumi jamak (Photololigo duvaucelii) di Teluk Jakarta mempunyai rerata panjang mantel 8,3 cm dengan berat 24,9 gr dan pertumbuhan alometrik negatif. Nisbah kelamin jantan betina 1:1,1. Persentase gonad matang tertinggi teramati pada Maret sebesar 76,82 %. Rata-rata panjang mantel pertama tertangkap (Lc)= 8,19 cm dan rata-rata ukuran panjang mantel pertama matang gonad (Lm) =9,7 cm. Panjang mantel asimtotis (L) = 19,43 cm dan laju pertumbuhan (K) = 1,2/tahun. Laju kematian total (Z) cukup tinggi yaitu 6,2 /tahun, laju kematian alami (M) = 2,3/tahun) dan laju eksploitasi (E)= 0,63/tahun. Alat tangkap utama adalah cantrang, jaring apolo dan arad dengan kontribusi cumi-cumi jamak hasil tangkapan masing-masing 4,02 %, 13,07 % dan 3,07 %. Hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) pada unit penangkapan cantrang, tertinggi terjadi pada Maret yaitu 15 kg/trip/hari. Puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Juni. The exploitation of sguid in the Jakarta bay has improved intensity by artisanal fisheries. This research aims to obtain data and information on population dynamics and exploitation rate to support the management of squid resources in Jakarta Bay. Data obtained through random sampling, enumeration, observation and secondary data tracing conducted in landing site; Cilincing-DKI Jakarta and Cituis-Tangerang in 2016. The results of the study of Indian squid (Photololigo duvaucelii) in the Jakarta Bay showed have a mean mantle length of 8.3 cm, weight of 24.9 g and negative allometric growth. The sex ratio of males 1 and females 1.1. The highest prosentase of mature gonad in March was 76.82%. The mantle length of the first catch (Lc)= 8.19 cm and the mantle length of the first gonad maturity (Lm) = 9.7 cm. Asymptotic mantle length (L) = 19.43 cm and growth rate (K) = 1.2/year. High total mortality rate (Z) = 6.2/year, natural mortality rate (M) = 2.3/year and exploitation rate (E) = 0.63/year. The main fishing gear are danish seine, mini trawl and shrimp trawl with indian squid contributions each other are 4.02 %, 13.07% and 3.07%. The highest catch per unit effort (CPUE) of danish seine unit occurred in March 15 kg/trip/day, the peak of the fishing season in June. 
PARAMETER POPULASI, ASPEK BIOLOGI DAN PENANGKAPAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis Cantor, 1849) DI SELAT MALAKA Karsono Wagiyo; Andina Ramadhani Pane; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.914 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.4.2017.287-297

Abstract

Tongkol komo (Euthynnus affinis) merupakan komoditas perikanan ekonomis penting. Di Selat Malaka sumber daya tongkol komo merupakan stok bersama antara Indonesia dan Malaysia yang telah dimanfaatkan secara intensif dengan berbagai alat tangkap. Dalam rangka pengelolaan sumber daya  ikan tongkol komo di Selat Malaka supaya tetap lestari, penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi mengenai parameter populasi, aspek biologi dan aspek penangkapan. Penelitian dilakukan secara observasi, enumerasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan nilai berbagai parameter populasi; panjang maksimum tercapai (L) = 64,25 cmFL, laju pertumbuhan (K) = 0,96/tahun, laju kematian alami (M) = 1,38 /tahun, laju kematian karena penangkapan (F) = 1,41/tahun, panjang pertama tertangkap (Lc) = 34,5 cmFL dan panjang pertama matang gonad (Lm) = 41,02 cmFL dan laju pengusahaan (E) = 0,50. Dari aspek biologi diperoleh; nisbah kelamin betina : jantan =1 : 1,15, puncak gonad matang dan indek kematangan gonad terjadi pada Maret dan November, mangsa dominan ikan teri (Stolephorus sp.). Alat tangkap utama untuk penangkapan tongkol komo berupa pukat langgai (purse seine). Nilai CPUE tertinggi diperoleh pada Juli dengan musim penangkapan terjadi pada periode April-Juli. Kontribusi tangkapan ikan tongkol komo sebesar 17,42-27,20 % dari total tangkapan ikan. Jenis ikan tangkapan utama yang berinteraksi dengan tongkol komo adalah kembung (Rastrelliger sp.) dan layang (Decapterus sp). Parameter yang bersifat negatif  terhadap kelestarian populasi ikan tongkol komo, seperti ukuran ikan dan hasil tangkapan per unit usaha nilainya kecil. Parameter yang bersifat positif antara lain; rasio antara nilai kematian alami dengan nilai laju pertumbuhan masih dalam kisaran normal dan nilai tingkat pengusahaan masih dalam kisaran optimum. Penangkapan ikan tongkol komo di Selat Malaka masih dalam keadaan normal, tetapi perlu pengawasan terhadap mata jaring dan alat tangkap yang digunakan serta aktifitas penangkapan pada musim pemijahan. Adanya interaksi dengan jenis ikan pelagis kecil dan dominasi ikan teri dalam isi lambung, sehingga dalam pengelolaan ikan tongkol komo harus dilakukan bersama dengan kedua komoditi. Mackerel tuna (Euthynnus affinis) is an important economic fishery commodity. In the Malacca Strait, mackerel tuna  resource is a share stock between Indonesia and Malaysia that has been used intensively with various fishing gear. In order to manage the fish resources of  mackerel tuna  in the Malacca Strait to be sustainable, this research is conducted with the aim of obtaining information on parameteer population, biology aspects and fishing aspects. The research was conducted by observation, enumeration and interview. The results showed the values   of various population parameters: length infinity (L”) = 64.25 cmFL, growth rate (K) = 0.96/year, natural mortality rate (M) = 1.38 /year, capture mortality rate (F) = 1.41 /year, length of first captured (Lc) = 34.5 cmFL and length of first maturity (Lm) = 41.02 cmFL and exploitation rate (E) = 0,50. Biological aspect was obtained; sex ratio female : male = 1: 1.15, peak of mature gonad  and index gonad maturity occurred in March and November, main prey are anchovy (Stolephorus sp.). The main fishing gear for catching mackerel tuna is purse seine. The highest CPUE value was obtained in July with the fishing season occurring in the April-July period. The contribution of catch mackerel tuna are 17.42-27.20 % of the total catch of fish. The main species of fish that interact with mackerel tuna  are mackerel (Rastrelliger sp.) and sardine  (Decapterus sp). Negative parameters to sustainability of mackerel tuna population such as fish size and catch per unit effort are small. Positive parameters are the ratio between the value of natural mortality and the rate of growth is still within the normal range and the level of exploitations rate is still within the optimum range. The fishing of mackerel tuna in the Malacca Strait is still in normal condition, but it is necessary to monitor of the nets mesh size and fishing gear used and fishing activity on spawning season. The existence of interaction with small pelagic fish species and the dominance of anchovy in the contents of the stomach, so that in the management of mackerel tuna fish should be done together with the two commodities.
KELIMPAHAN, KOMPOSISI DAN SEBARAN LARVA IKAN DI LAUT SERAM, LAUT MALUKU DAN TELUK TOMINI (WPP 715) Karsono Wagiyo; Asep Priatna; Herlisman Herlisman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.333 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.1.2019.1-17

Abstract

Laut Seram, Laut Maluku dan Teluk Tomini secara ekologis berfungsi sebagai daerah pemijahan, asuhan dan tangkapan berbagai jenis sumberdaya perikanan. Mempelajari larva di wilayah ini sangat berguna untuk penerapan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari. Tujuan dalam studi larva ini adalah menganalisis kelimpahan, komposisi dan sebaran larva ikan ekonomis penting. Perolehan data dilakukan secara survai eksplorasi dengan sampling menggunakan bongo net dan wahana KR Baruna Jaya VII pada stasiun-stasiun, yang ditentukan secara “Systematic Cluster random sampling”. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan telur dan larva rata-rata di Laut Seram 4.041 ind/103 m3, di Teluk Tomini 1.978 ind/103 m3 dan di Laut Maluku 861 ind./103 m3. Pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 didapatkan 119 familia ikan. Komposisi larvae ikan ekonomis di Laut Seram adalah Carangidae 19 %, Scombridae 8 %, Labridae 8 %, Serranidae dan Lutjanidae 4 %, di Laut Maluku Carangidae 17 %, Labridae12 % , Mullidae7 %, Clupeidae 6 %, Scombridae dan Lutjanidae 4 %, di Teluk Tomini Labridae 16 %, Carangidae 12 %, Scombridae 5 %, Serranidae dan Clupeidae 4 % dan kontributor lainnya larva ikan kurang ekonomis. Larva ikan ekonomis di WPP 715 yang mempunyai sebaran habitat luas adalah Carangidae, Labridae, Scombridae, Clupeidae, Lutjanidae dan Serranidae, secara berurutan masing-masing dengan nilai konsistensi habitat 91,89 %, 89,19 %, 78,33 %, 70,27 %, 62,16 % dan 54,05 %. Larva ikan kurang ekonomis dengan penyebaran luas adalah Platycephalidae dan Creedidae dengan nilai konsistensi habitat 62,16 % dan 59,46 %. Di WPP 715 Carangidae merupakan larva ikan yang dominan dan mempunyai sebaran terluas/konsisten). Perairan WPP 715 merupakan daerah pemijahan berbagai jenis ikan. Seram sea, Mollucas sea and Tomini bay have fisiohidrographic function as spawning area, nursery area and fishing ground of various fish. Studying the larvae in this region is very useful for the implementation of the management and sustainable use. Interest in the study are the larvae; abundance, composition and distribution of economically important fish larvae. Acquisition of data exploration survey conducted by sampling using Bongo net and KR Baruna Jaya VII rides on the stations, which determined by “Cluster stratified random sampling”. The result showed the average abundance of eggs and larvae are 4.041 ind/103 m3 in Seram Sea, 1.978 ind/103m3 in the Tomini Bay and 861 ind./103 m3 in Mollucas Sea. In the Fishery Management Area (FMA) 715 have 119 familia of fish larvae. The Composition of economically fish larvae, in the Seram Sea include 19 % Carangidae, 8 % Scombridae, 8 % Labridae, 4 % Serranidae and 4 % Lutjanidae. Mollucas sea covers 17 % Carangidae, 12 % Labridae, 7 % Mullidae, 6 % Clupeidae, 4 % Scombridae and 4 % Lutjanidae. Tomini bay include 16 % Labridae, 12 % Carangidae, 5 % Scombridae, 4 % Serranidae and 4 % Clupeidae and others less economically fish larva. Economical fish larvae in FMA 715 which have broad habitat distribution are Carangidae, Labridae, Scombridae, Clupeidae, Lutjanidae and Serranidae, respectively with values of habitat consistency of 91.89%, 89.19%, 78.33%, 70, 27%, 62.16% and 54.05%. Fish larvae are less economical with wide spread are Platycephalidae and Creedidae with habitat consistency values of 62.16% and 59.46%.. In FMA 715 Carangidae is the dominant fish larva and has the widest / most consistent distribution. The waters of FMA 715 are spawning areas of various types of fish.
STRUKTUR UKURAN, ASPEK REPRODUKSI, PARAMETER POPULASI, KELIMPAHAN DAN DAERAH TANGKAPAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguensis) DI SEKITAR TELUK JAKARTA Karsono Wagiyo; Apidatul Hasanah; Tirtadanu Tirtadanu; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.2.2021.57-70

Abstract

Perairan Teluk Jakarta merupakan area dengan aktiftas tinggi, sehingga sumberdaya ikan didalamnya mengalami tekanan ekploitasi dan degradasi habitat. Udang jerbung (Penaeus merguensis) merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting dari Teluk Jakarta yang perlu dikelola supaya tetap lestari. Pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dasar dan informasi terkini mengenai struktur ukuran, aspek reproduksi, parameter populasi, kelimpahan dan daerah tangkapan udang jerbung di sekitar Teluk Jakarta. Pengambilan data melalui observasi dan enumerasi. Hasil penelitian didapatkan udang jerbung dari Teluk Jakarta mempunyai panjang karapas 19 - 64 mmCL dengan modus 30 mmCL, panjang karapas tertinggi di P. Harapan. Hubungan panjang-berat menunjukan sifat pertumbuhan allometrik negatif degan nilai b = 2,3044 dan R2 = 0.8021. Panjang karapas pertama kali tertangkap; jaring arad 33 mmCL, jaring rampus 32 mmCL, jaring cantrang 30 mmCL dan pertama kali matang gonad 34 mmCL. Nisbah kelamin mempunyai rasio jantan : betina = 1 : 1,07. Komposisi gonad matang tertinggi (puncak musim pemijahan) pada bulan Maret dan Oktober. Laju pertumbuhan (K) = 1,33 per tahun dan panjang infinity(L∞) = 54,35 mmCL. Laju kematian total (Z) = 5,89, kematian alami (M)= 1,85/tahun, laju kematian karena penangkapan (F)= 4,04/tahun dan tingkat pengusahaan (E)= 0,69. Indeks kelimpahan/Hasil tangkapan per unit usaha (CPUE) 1,71 - 4,18 kg/trip/hari dengan rerata 2,57 kg/trip/hari. Musim penangkapan pada Februari-Mei dan paceklik pada Juni-Desember. Untuk menjaga kelestarian udang jerbung di Teluk Jakarta perlu meningkatkan lebar mata jaring dan penutupan penangkapan di area pemijahan pada puncak musim pemijahan. Jakarta Bay waters are an area with high activity so that the fish resources in it are under exploitation pressure and habitat degradation. White shrimp (Penaeus merguensis) is one of the important economic resources of Jakarta Bay that needs to be managed to sustain. This study aims to obtain basic data and up-to-date information; size structure, reproductive aspects, population parameter, abundance and fishing ground of white shrimp in around Jakarta Bay. The data were collected through observation and enumeration. The results showed that white shrimp from Jakarta Bay had a carapace length of 19 - 64 mmCL with a mode of 30 mmCL, the highest carapace length in Harapan Island. The length-weight relationship shows negative allometric growth with the values of b = 2.3044 and R2 = 0.8021. The length first captures by of mini bottom trawl 33 mmCL, by gillnet 32 mmCL and by danish seine 30 mmCL and the length first gonad maturity 34 mmCL. The sex ratio has a male : female = 1 : 1,07. The highest ripe gonad (peaks spawning season) was in March and October. The growth rate (K) = 1.33/year and the infinity (L∞) length = 54.35 mmCL. Total mortality rate (Z) = 5.89/year, natural mortality (M) = 1.85/year, fishing mortality (F) = 4.04/year and exploitation rate (E) = 0.69. Catch per unit effort (CPUE) 1.71 - 4.18 kg/trip/day with an average of 2.57 kg/trip/day. The fishing season in February-May and famine in June-December. To maintain the sustainability of white shrimp in Jakarta Bay, it is advisable to increase the width of the mesh size and the closure of fishing in the spawning area at the peak spawning season.
PARAMETER POPULASI, ASPEK REPRODUKSI DAN PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN TANGERANG Karsono Wagiyo; Heri Widiyastuti; Yoke Hany Restiangsih
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.12.2.2020.91-101

Abstract

Ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) mempunyai nilai ekonomi tinggi di Indonesia dan Asia Tenggara. Pemanfaatannya sudah berlangsung lama secara intensif, sehingga memerlukan data dan informasi terkini. Dalam makalah ini mengkaji parameter populasi, aspek reproduksi dan aspek penangkapan sebagai bahan pengelolaan sumberdaya ikan kembung. Penelitian dilakukan di Wilayah Tangerang dengan perolehan data dan informasi melalui enumerator dan observasi pada periode Januari-Desember 2016. Hasil penelitian didapatkan panjang cagak ikan kembung 10,4-20,5 cmFL, rerata15,9 cmFL, panjang pertama kali tertangkap 15,54 cmFL, panjang pertama matang gonad 14,1 cmFL dan panjang asimtotik(L)=21,26 cmFL. Laju pertumbuhan (K) = 1,33/tahun, laju kematian total 6,18/tahun, laju kematian alami (M)=2,37/tahun dan laju kematian karena penangkapan (F) = 3,81/tahun, laju eksploitasi (E)=0,62/tahun. Nisbah kelamin betina berbanding jantan= 1: 1,3. Persentase gonad matang dan indeks kematangan gonad tertinggi terjadi Februari dengan dugaan pemijahan terjadi pada Maret. Indeks kelimpahan (CPUE) tertinggi terjadi Mei dan puncak penangkapan terjadi September. Alat tangkap utama jaring insang dengan kontribusi ikan kembung rerata 23,38 %. Kontribusi produksi ikan kembung terhadap produksi perikanan total cenderung meningkat. Penangkapan ikan kembung dengan jaring insang dapat terus dilakukan dengan tidak menambah upaya.Short mackerel (Rastrelliger brachysoma) has high economic value in Indonesia and Southeast Asia. Intensive exploitation has been going on for a long time, so it requires the latest data and information. This research to study population parameters, reproductive aspects and fishing aspects to support for short mackerel resource management. The research was conducted in the Tangerang area with data and information acquisition through enumerators and observations in the period January-December 2016. The results showed that the fork length of short mackerel was 10.4-20.5 cmFL, the average was 15.9 cmFL, the length of the first caught was 15.54 cmFL, the length of the first mature gonads was 14.1 cmFL and the asymptotic length (L)=21.26 cmFL. Growth rate (K)=1.33/year, total mortality rate 6.18/ year, natural mortality rate (M) = 2.37/year and fishing mortality rate (F) =3.81/year, exploitation rate (E)=0.62/year. Sex ratio of female against male = 1: 1.3. The highest percentage of mature gonads and maturity index of gonads occurred in February, with suspicion that spawning occurred in March. The highest abundance index (CPUE) occurred in May and the peak of fishing occurred in September. The main fishing gear of the gill nets with an average contribution of short mackerel 23.38%. The contribution of short mackerel production to total fishery production tends to increase. Catching short mackerel with gill nets can be continued without increasing effort.