Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

STATUS PEMANFAATAN PERIKANAN KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN MIMIKA DAN SEKITARNYA, PAPUA Andina Ramadhani Putri Pane; Reza Alnanda; Ali Suman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 11 No. 1 (2020): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v11i1.28168

Abstract

Red mud crab (Scylla olivacea) is an economic commodity that is traded into foreign countries such as China, Malaysia, and Singapore so that fishing activities are carried out intensively. Therefore, we need scientific information about the status of red mud crab fishery stock. Information about the natural mortality, fishing mortality, and the exploitation level of crabs can be used as the basis for crab fisheries management. The study was conducted for 2 (two) years, February to October 2017, and March to December 2018 using the survey method. The results showed that 36% of the crabs were caught below the 120 mm size as regulated in Regulation of the Minister of Marine Affairs and Fisheries No. 12 Year 2020. The carapace width of the first capture (CWc) is smaller than the size of the carapace width of the first gonad maturity (CWm). This shows that the crab has been captured before the first gonad maturity (CWc < CWm). The growth rate (K) is 0.65 per year with fishing mortality (F) higher than natural mortality (M). Exploitation level (E) 0.70 which indicates that the status fisheries of red mud crab in Mimika have been overexploited. Efforts need to be done by the Regional Government in collaboration with local community leaders in providing counseling and information about the size of red mud crabs that can be caught and reduce efforts to use crabs by as much as 40% of what is currently done. Keywords: status explotation, red mud crabs, Mimika, FMA 718
ASPEK BIOLOGI DAN PEMANFAATAN IKAN TENGGIRI PAPUA (Scomberomorus multiradiatus Munro, 1964) DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG DI PERAIRAN MERAUKE DAN SEKITARNYA Andina Ramadhani Putri Pane; Karsono Wagiyo; Ali Suman
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 3 (2019): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.343 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v11i3.26545

Abstract

Papuan mackerel (Scomberomorus multiradiatus) is a Papua endemic fish caught only in Merauke waters and adjacents. The exploitation of this fish by local people with the level of production has increased from year to year. In the management of Papuan mackerel fish populations, scientific studies are needed about biological aspects and their use by drifting gillnets. The study was conducted for 2 (two) years, March - December 2017 and April - December 2018 with survey methods assisted by enumerators monthly. Data on the composition of the catch of the gillnet drift dominantly demersal fish because it is operated in shallow waters that sweep to the bottom. Papuan mackerel is only about 6-10% of the total catch with a dominant size structure at 40 cm FL (fork length) and allometric positive growth pattern. The sex ratio of the fish is unbalanced with the male dominant compared to the female. The size of the first fish caught is getting smaller in size, namely 32.08 (2017) to 30.50 (2018) which can be an indication that the fish size is getting smaller. The growth rate (K) is around 0.64 which shows that the growth rate is relatively slow with the rate of death due to capture (F) higher than natural death (M). The exploitation of this fish has reached E = 0.70 or 140%, so a 40% reduction must be made from the current effort and by developing local wisdom so that the endemic fish population is maintained.
Sebaran Spasial, Kelimpahan dan Struktur Komunitas Zooplankton di Estuari Sungai Siak serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Khairul Amri; Asep Ma&#039;mun; Asep Priatna; Ali Suman; Eko Prianto; Muchlizar Muchlizar
Akuatika Indonesia Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v5i1.26504

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pola sebaran, kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan estuari Sungai Siak. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan (April-Nopember 2015) dengan jumlah stasiun pengambilan sampel sebanyak 16 titik. Hasil penghitungan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui pola sebaran, jumlah jenis, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi dan indeks keseragaman. Hasil analisis data, diperoleh jumlah jenis zooplankton yang ditemukan sebanyak 21 jenis terdiri dari kelompok Crustacea sebanyak 8 jenis, Ciliata sebanyak 11 jenis dan Sarcodina sebanyak 2 jenis. Kelimpahan zooplankton di masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 1.570-38.512 ind/m3. Struktur komunitas zooplankton di muara Sungai Siak ditandai dengan indeks keanekaragaman yang tinggi (>3), keseragaman tinggi dan indek dominansi yang rendah. Terdapat dua jenis zooplankton dominan di estuari Sungai Siak yaitu Tintinnopsis radix dan Leprotintinnus nordgvisti masing-masing ditemukan pada November dan Juni. Kelimpahan zooplankton dipengaruhi tingkat kecerahan perairan. Pada saat kecerahan rendah, jumlah jenis zooplankton di perairan ini sangat rendah. Secara umum, kondisi lingkungan perairan estuari Sungai Siak masih mendukung kehidupan zooplankton.
STRUKTUR UKURAN, ASPEK REPRODUKSI, PARAMETER POPULASI, KELIMPAHAN DAN DAERAH TANGKAPAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguensis) DI SEKITAR TELUK JAKARTA Karsono Wagiyo; Apidatul Hasanah; Tirtadanu Tirtadanu; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.2.2021.57-70

Abstract

Perairan Teluk Jakarta merupakan area dengan aktiftas tinggi, sehingga sumberdaya ikan didalamnya mengalami tekanan ekploitasi dan degradasi habitat. Udang jerbung (Penaeus merguensis) merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting dari Teluk Jakarta yang perlu dikelola supaya tetap lestari. Pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dasar dan informasi terkini mengenai struktur ukuran, aspek reproduksi, parameter populasi, kelimpahan dan daerah tangkapan udang jerbung di sekitar Teluk Jakarta. Pengambilan data melalui observasi dan enumerasi. Hasil penelitian didapatkan udang jerbung dari Teluk Jakarta mempunyai panjang karapas 19 - 64 mmCL dengan modus 30 mmCL, panjang karapas tertinggi di P. Harapan. Hubungan panjang-berat menunjukan sifat pertumbuhan allometrik negatif degan nilai b = 2,3044 dan R2 = 0.8021. Panjang karapas pertama kali tertangkap; jaring arad 33 mmCL, jaring rampus 32 mmCL, jaring cantrang 30 mmCL dan pertama kali matang gonad 34 mmCL. Nisbah kelamin mempunyai rasio jantan : betina = 1 : 1,07. Komposisi gonad matang tertinggi (puncak musim pemijahan) pada bulan Maret dan Oktober. Laju pertumbuhan (K) = 1,33 per tahun dan panjang infinity(L∞) = 54,35 mmCL. Laju kematian total (Z) = 5,89, kematian alami (M)= 1,85/tahun, laju kematian karena penangkapan (F)= 4,04/tahun dan tingkat pengusahaan (E)= 0,69. Indeks kelimpahan/Hasil tangkapan per unit usaha (CPUE) 1,71 - 4,18 kg/trip/hari dengan rerata 2,57 kg/trip/hari. Musim penangkapan pada Februari-Mei dan paceklik pada Juni-Desember. Untuk menjaga kelestarian udang jerbung di Teluk Jakarta perlu meningkatkan lebar mata jaring dan penutupan penangkapan di area pemijahan pada puncak musim pemijahan. Jakarta Bay waters are an area with high activity so that the fish resources in it are under exploitation pressure and habitat degradation. White shrimp (Penaeus merguensis) is one of the important economic resources of Jakarta Bay that needs to be managed to sustain. This study aims to obtain basic data and up-to-date information; size structure, reproductive aspects, population parameter, abundance and fishing ground of white shrimp in around Jakarta Bay. The data were collected through observation and enumeration. The results showed that white shrimp from Jakarta Bay had a carapace length of 19 - 64 mmCL with a mode of 30 mmCL, the highest carapace length in Harapan Island. The length-weight relationship shows negative allometric growth with the values of b = 2.3044 and R2 = 0.8021. The length first captures by of mini bottom trawl 33 mmCL, by gillnet 32 mmCL and by danish seine 30 mmCL and the length first gonad maturity 34 mmCL. The sex ratio has a male : female = 1 : 1,07. The highest ripe gonad (peaks spawning season) was in March and October. The growth rate (K) = 1.33/year and the infinity (L∞) length = 54.35 mmCL. Total mortality rate (Z) = 5.89/year, natural mortality (M) = 1.85/year, fishing mortality (F) = 4.04/year and exploitation rate (E) = 0.69. Catch per unit effort (CPUE) 1.71 - 4.18 kg/trip/day with an average of 2.57 kg/trip/day. The fishing season in February-May and famine in June-December. To maintain the sustainability of white shrimp in Jakarta Bay, it is advisable to increase the width of the mesh size and the closure of fishing in the spawning area at the peak spawning season.
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SELAR BENTONG (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) DI PERAIRAN NATUNA, LAUT CINA SELATAN Moh Fauzi; Isdradjad Setyobudiandi; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.949 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.2.2018.105-117

Abstract

Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang cukup dominan tertangkap di perairan Natuna, Laut Cina Selatan. Pemanfaatan yang semakin intensif oleh perikanan pukat cincin dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan populasinya. Pengetahuan tentang biologi ikan selar bentong penting sebagai dasar pertimbangan pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakter biologi reproduksi ikan selar bentong di perairan Natuna, meliputi nisbah kelamin, ukuran rata-rata pertama kali matang gonad, ukuran rata-rata tertangkap (L50%), tingkat kematangan gonad dan dugaaan musim pemijahan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan ikan contoh hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPN Pemangkat Kalimantan Barat selama 5 tahun (2012-2016). Hasil penelitian menunjukkan Nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah 1:1.05. Sebagian besar ikan dalam stadium pematangan (ripening, TKG 3). Ikan bentong mengalami dua musim pemijahan yakni pada awalmusim timur (Juni-Juli) dan awal musim barat (Desember-Januari). Ukuran rata-rata tertangkap (L50%) sebesar 18 cm FL lebih kecil dari nilai pertama kali matang gonad (Lm) yakni 20,2 cm FL. Nilai Lc yang lebih kecil daripada nilai Lm mengindikasikan terjadinya growth overfishing.Bigeye scad (Selar crumenophthalmus) dominantly caught by fishers in the Natuna watersof South China Sea. The intensive exploitation rate of this species by purse seiner led to population decrease. The understanding on biological aspect of bigeye scad is important as a consideration on arranging a proper management. This study aims to analyze biological reproduction of bigeye scad in the Natuna waters, such as sex ratio, length at first maturity, length at first capture, gonad maturity stage and the estimation of spawning season. This research is conducted by sampling the fishes that caught by purse seine fleets which is landed in AFP Pemangkat, West Borneo for 5 years (2012 to 2016). The result showed that sex ratio of males and females were balance by 1:1,05. It dominated by fish that are ripening stage. Spawning season happens twice per year which are in the beginning of east season on June to July and at the beginning of west season on December to January. Length at first capture (L50%) is 18 cmFL lower than length at first maturity (Lm = 20,2 cmFL) this condition indicated growth overfishing occurred in this fishery.
IMPLEMENTASI PENUTUPAN AREA DAN MUSIM PENANGKAPAN UNTUK PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA Wijopriono, Wijopriono; Ngurah N Wiadnyana; Dharmadi Dharmadi; Ali Suman
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 11, No 1 (2019): (Mei) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.918 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.11.1.2019.11-21

Abstract

Kajian penutupan area dan waktu penangkapan udang telah dilakukan, menyusul pemberlakuan moratorium perizinan usaha perikanan tangkap dan pelarangan pengoperasian trawl di Laut Arafura. Kajian ini diperlukan untuk memberikan perspektif pilihan strategi dalam upaya pemulihan stok, dengan pertimbangan manfaat ekonomi dan keberlanjutan sumberdaya udang di Laut Arafura. Dalam status lebih tangkap yang tinggi, lebih banyak diterapkan strategi penutupan musim pada periode pemijahan dan masa perekrutan untuk melindungi induk dan juvenile udang. Dari data biologi, runut kehidupan, dan pola penangkapan udang, diperoleh dua pilihan strategi, yaitu: penutupan sepanjang tahun area penangkapan di sisi barat laut Arafura yang diketahui sebagai habitat pemijahan udang, atau menghentikan seluruh kegiatan pengoperasian pukat udang dan pukat ikan di Laut Arafura pada musim puncak pemijahan, yaitu periode Februari dan Agustus-September. Keputusan pemilihan kedua strategi tersebut memiliki konsekuensi yang berbeda dari sisi biologi, ekonomi dan sosial. Penutupan musim akan efektif jika disertai tindakan lain seperti kontrol tangkapan dan pembatasan jumlah armada/alat tangkap serta kebijakan teknis lainnya seperti kewajiban penggunaan by-catch reduction device (BRD) pada pukat udang dan ikan, penempatan observer diatas kapal, kewajiban penggunaan peralatan vessel monitoring system (VMS) dan sistem pelaporannya.Assement of seasonal and area closure of fishing has been conducted, following the enactment of moratorium on the capture fisheries business and the prohibition of trawling operations in the Arafura Sea. This work is needed to provide a strategic option perspective in the efforts of rebuilding stock, taking into consideration the economic benefits and sustainability of shrimp resources in the Arafura Sea. In situation ofheavy over-exploited, more seasonal closing strategies are adopted during the spawning period and recruitment periods to protect broodfish and juveniles. Based on biological data including life history and shrimp fishing patterns, two strategic options are obtained, i.e., year-round closing of fishingareas on the western side of Arafura Sea known as shrimp spawning habitat, or stop shrimp and fish trawl fishing activities in all areas of the Arafura Sea duringpeak spawning season, i.e., in February and August-September. Decisions on the selection of these two strategies have different biological, economic and social consequences. Seasonal closure will be effective if accompanied by other measures such as catch control and fleet/fishing gear restrictions and other technical policies such as obligation to install by-catch reduction device (BRD) on shrimp and fish trawls, placement of observer onboard of the vessels, obligation to install the equipment of vessel monitoring system (VMS) and their reporting systems.
PERTUMBUHAN LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus Olivier, 1791) DI PERAIRAN SIMEULUE, BARAT SUMATERA THE GROWTH RATE OF SPINY LOBSTER (Panulirus penicillatus Olivier, 1791) IN WATERS OF SIMEULUE, WEST SUMATERA Helman Nur Yusuf; Tegoeh Noegroho; Ali Suman
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 2, No 2 (2019): JKPT Desember 2019
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.856 KB) | DOI: 10.15578/jkpt.v2i2.7390

Abstract

Lobster batu (Panulirus penicillatus) merupakan komoditas perikanan yang penting dan telah diekspolitasi sejak paska tsunami di perairan Simeulue. Peningkatan pemanfaatan lobster telah menyebabkan tekanan terhadap populasi lobster; untuk itu perlunya data aspek biologi seperti pertumbuhan sebagai landasan dalam penentuan pengelolaan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2015 di perairan Simeulue untuk menduga laju pertumbuhan lobster batu di perairan Simeulue. Hasil penelitian diperoleh rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = 64 mmCL untuk lobster batu betina dan 65 mm CL untuk lobster batu jantan. Laju pertumbuhan (K), panjang karapas asimtotik (CL∞) dan umur lobster batu betina pada panjang ke-0 (t0) sebesar 0,51 per tahun, 159,2 mm CL dan -0,049921 tahun, sedangkan lobster batu jantan sebesar 0,41 pertahun, 145,8 mm CL dan -0,040776 tahun. Laju mortalitas alami (M), laju kematian akibat penangkapan (F), laju kematian total (Z) dan tingkat eksploitasi (E) lobster batu betina sebesar 0,91 per tahun, 0,73 per tahun, 1,64 pertahun dan 0,55 pertahun. Sedangkan lobster batu jantan sebesar 0,81 pertahun, 0,76 per tahun, 1,57 pertahun dan ekploitasi sebesar 0,51 pertahun atau pemanfaatan sumberdaya lobster batu telah optimum. Untuk itu perlu adanya pembatasan upaya penangkapan lobster batu di Simeulue dengan menerapkan close season pada puncak musim pemijahan yaitu pada Mei dan Juni.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU DAN SEKITARNYA (LAUT ARAFURA) SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENGELOLAANNYA SECARA BERKELANJUTAN Ali Suman; Duranta Diandria Kembaren; Muhammad Taufik
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 14, No 1 (2022): (Mei) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.35-46

Abstract

Pemanfatatan sumber daya udang jerbung (Penaeus merguiensis) di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat intensif. Untuk menjaga keberlanjutannya, dibutuhkan opsi pengelolaan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji status stok dan kemungkinan pengelolaan udang jerbung di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada periode survei 2013-2017 dengan metode survei dan diperkaya dengan sintesis hasil-hasil penelitian di perairan Kepulauan Aru, Laut Arafura. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur ukuran udang jerbung berkisar antara 16-54 mm dengan perbadingan kelamin didominasi udang betina, sementara pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Ukuran udang jerbung yang tertangkap pada umumnya belum memijah. Laju pertumbuhan (K) udang jerbung sebagai 1,3/tahun dengan panjang karapas maksimum (Loo) 60,0 mm. Laju kematian total (Z) dan laju kematian alamiah (M) masing-masing 3,79/tahun dan 1,57/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebagai 2,22/tahun dan laju pengusahaan (E) sekitar 0,59/tahun, sementara spawning potential ratio (SPR) adalah 3 %. Dengan demikian status stok udang jerbung sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Untuk menjamin keberlanjutannya, maka perlu disusun opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Maret, melakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 18 % dari kondisi saat ini dan penetapan ukuran udang jerbung terkecil yang boleh ditangkap yaitu pada ukuran panjang karapas 38,8 mm. The exploitation level of banana prawn (Penaeus merguiensis) resources in Aru Island and surrounding waters has been done very intensive for a long time and until now. To preserve the banana prawn resources, it needs management options to sustain the use of these resources. The aim of this study was to identify the stock status and management of banana prawn in Aru Island and surrounding waters. The research was conducted during 2013 to 2017 using survey methods and supplemented by the synthesis of investigation results from Aru Island waters. Results show that the banana prawn’s size structure ranged between 16-54 mm, the sex ratio was dominated by female and the growth pattern was negative allometric. Most of the banana prawn were caught in immature condition. The growth rate (K) was 1.3/year with maximum carapace length (L∞) of 60.0 mm. Total mortality (Z) and natural mortality (M) was 3.79/year and 1.57/year respectively. The fishing mortality (F) was at 2.22/year and exploitation level (E) was around 0.59/year, while the spawning potential ratio (SPR) was 3 %. Hence the banana prawn stock in Aru Island and surrounding waters is in overfishing condition. Management options are proposed in order to keep the sustainability of the resources, such as: closed area/season in April, reducing effort to 18% from current condition, and legal-size catch limitation at 38,8 mm.
Aspek biologi dan dinamika populasi ikan tenggiri (Scomberomorus commerson Lacepede 1800) di Perairan Arafura Andina Ramadhan Putri Pane; Siti Mardlijah; Budi Nugraha; Ali Suman
Depik Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.203 KB) | DOI: 10.13170/depik.9.1.15797

Abstract

Abstract. The Arafura waters are rich in fishery resources such as shrimp, demersal fish, pelagic fish, and crustaceans. The Tenggiri fish (Scomberomorus commerson) is the mainstay of pelagic fisheries and is dominant landed in 2 (two) locations in Poumako (Mimika) and Dobo (Aru Islands). The number of samples measured during the study was 2,645 species derived from the waters of Arafura. The production of fisheries increased to be an indication that it is necessary to manage the intensive utilization of fish resources to keep the population. Management requires basic scientific study of biological aspects and population dynamics of Narrow-bareed mackerel. The study was conducted from March to December 2017 in Poumako and Dobo. The 35-130 cmFL fish size structure is dominant at a size of 95 cmFL with negative allometric growth. The length at the first catch is 78 cmFL with a growth rate of (K) = 0.86 per year and an infinitive length (L∞) = 136.5 cmFL. Fish were first to catch at the age of 10 months, and the age reached infinitive (L∞) is 9.5 years old. The recruitment of the fish from August (11.82%) up to October (18.13%) with a peak of September at 23.75%. The fishing mortality (F) is higher than that of natural mortality (M) so that the exploitation rate (F) = 0.67, which indicates that overfishing has occurred in this area. One form of fisheries management that can be done is to limit the fishing season to provide the opportunity of fish to reproduce and recruitment to restore the population.Keywords: Biological aspects, dynamic population, Scomberomorus commerson, Arafura, Poumako, Dobo Abstrak. Perairan Arafura kaya akan sumberdaya perikanan baik udang, ikan demersal, ikan pelagis dan krustasea. Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) menjadi andalan perikanan pelagis dari perairan ini dan dominan didaratkan pada dua lokasi yaitu di Poumako (Mimika) dan Dobo (Kepulauan Aru). Jumlah sampel yang diukur selama penelitian adalah 2.645 ekor ikan tenggiri. Adapun tujuan dari kajian ini untuk perencanaan pengelolaan terhadap pemanfaatan ikan tenggiri yang semakin pasif dieksploitasi sehingga populasinya tetap terjaga. Oleh karena itu pengelolaan ini memerlukan dasar kajian ilmiah berupa aspek biologi dan dinamika populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari Maret hingga Desember 2017 di Poumako dan Dobo. Hasil analisis distribusi panjang ikan menunjukkan nilai antara 35-130 cmFL, dimana dominan yang tertangkap pada ukuran 95 cmFL dengan pola pertumbuhan allometrik negatif. Ukuran pertama kali ikan tertangkap adalah 78 cmFL dengan laju pertumbuhan (K) = 0,86 per tahun dan panjang infinitif (L∞) = 136,5 cmFL. Ikan pertama kali tertangkap diestimasikan pada usia 10 bulan dan umur saat mencapai panjang infinitif (L∞) adalah 9,5 tahun. Rekruitmen ikan ini diestimasikan berlangsung pada Agustus (11,82%) hingga Oktober (18,13%) dengan puncak rekruitmen terjadi pada bulan September sebesar 23,75%. Nilai kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan dengan kematian alamiah (M) sehingga tingkat pemanfaatannya (F) = 0,67 yang artinya ikan sudah mengalami overfishing. Salah satu bentuk pengelolaan perikanan ikan tenggiri yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi musim penangkapan agar memberikan kesempatan ikan melakukan reproduksi dan rekruitmen di perairan sehingga dapat memulihkan populasi.Kata kunci: Aspek biologi, dinamika populasi, Scomberomorus commerson, Arafura, Poumako, Dobo
Aspek biologi dan dinamika populasi ikan tenggiri (Scomberomorus commerson Lacepede 1800) di Perairan Arafura Andina Ramadhan Putri Pane; Siti Mardlijah; Budi Nugraha; Ali Suman
Depik Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.1.15797

Abstract

Abstract. The Arafura waters are rich in fishery resources such as shrimp, demersal fish, pelagic fish, and crustaceans. The Tenggiri fish (Scomberomorus commerson) is the mainstay of pelagic fisheries and is dominant landed in 2 (two) locations in Poumako (Mimika) and Dobo (Aru Islands). The number of samples measured during the study was 2,645 species derived from the waters of Arafura. The production of fisheries increased to be an indication that it is necessary to manage the intensive utilization of fish resources to keep the population. Management requires basic scientific study of biological aspects and population dynamics of Narrow-bareed mackerel. The study was conducted from March to December 2017 in Poumako and Dobo. The 35-130 cmFL fish size structure is dominant at a size of 95 cmFL with negative allometric growth. The length at the first catch is 78 cmFL with a growth rate of (K) = 0.86 per year and an infinitive length (L∞) = 136.5 cmFL. Fish were first to catch at the age of 10 months, and the age reached infinitive (L∞) is 9.5 years old. The recruitment of the fish from August (11.82%) up to October (18.13%) with a peak of September at 23.75%. The fishing mortality (F) is higher than that of natural mortality (M) so that the exploitation rate (F) = 0.67, which indicates that overfishing has occurred in this area. One form of fisheries management that can be done is to limit the fishing season to provide the opportunity of fish to reproduce and recruitment to restore the population.Keywords: Biological aspects, dynamic population, Scomberomorus commerson, Arafura, Poumako, Dobo Abstrak. Perairan Arafura kaya akan sumberdaya perikanan baik udang, ikan demersal, ikan pelagis dan krustasea. Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) menjadi andalan perikanan pelagis dari perairan ini dan dominan didaratkan pada dua lokasi yaitu di Poumako (Mimika) dan Dobo (Kepulauan Aru). Jumlah sampel yang diukur selama penelitian adalah 2.645 ekor ikan tenggiri. Adapun tujuan dari kajian ini untuk perencanaan pengelolaan terhadap pemanfaatan ikan tenggiri yang semakin pasif dieksploitasi sehingga populasinya tetap terjaga. Oleh karena itu pengelolaan ini memerlukan dasar kajian ilmiah berupa aspek biologi dan dinamika populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilakukan dari Maret hingga Desember 2017 di Poumako dan Dobo. Hasil analisis distribusi panjang ikan menunjukkan nilai antara 35-130 cmFL, dimana dominan yang tertangkap pada ukuran 95 cmFL dengan pola pertumbuhan allometrik negatif. Ukuran pertama kali ikan tertangkap adalah 78 cmFL dengan laju pertumbuhan (K) = 0,86 per tahun dan panjang infinitif (L∞) = 136,5 cmFL. Ikan pertama kali tertangkap diestimasikan pada usia 10 bulan dan umur saat mencapai panjang infinitif (L∞) adalah 9,5 tahun. Rekruitmen ikan ini diestimasikan berlangsung pada Agustus (11,82%) hingga Oktober (18,13%) dengan puncak rekruitmen terjadi pada bulan September sebesar 23,75%. Nilai kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan dengan kematian alamiah (M) sehingga tingkat pemanfaatannya (F) = 0,67 yang artinya ikan sudah mengalami overfishing. Salah satu bentuk pengelolaan perikanan ikan tenggiri yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi musim penangkapan agar memberikan kesempatan ikan melakukan reproduksi dan rekruitmen di perairan sehingga dapat memulihkan populasi.Kata kunci: Aspek biologi, dinamika populasi, Scomberomorus commerson, Arafura, Poumako, Dobo