Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

SISTEM SAPAAN BAHASA BALI MENURUT HUBUNGAN KEKERABATAN I Nyoman Suwija
Sosiohumaniora Vol 20, No 2 (2018): SOSIOHUMANIORA, JULI 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.958 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v20i2.16731

Abstract

Sebagai bahasa ibu suku Bali, bahasa Bali masih diajarkan sebagai mata pelajaran muatan lokal pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Mengamati eksistensi bahasa Bali seperti itu, penyusunan artikel ini bertujuan untuk memerikan sistem sapaan bahasa daerah Bali. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik Fishman (1986). Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan metode wawancara. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode distribusional. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal, dibantu dengan teknik induktif dan deduktif. Kata sapaan dalam bahasa Bali cukup banyak dan bervariasi. Hal itu disebabkan oleh beberapa bentuk hubungan kekerabatan yang meliputi faktor: (1) usia partisipan, (2) kedudukan dalam keluarga, (3) jenis kelamin, dan (4) hubungan keluarga langsung. Bentuk sapaan bahasa Bali tergantung situasi dan status sosial para partisipan. Artinya, pada keluarga wangsa jaba atau orang kebanyakan berbentuk basa andap atau bahasa tingkatan biasa, sedangkan untuk keluarga triwangsa atau bangsawan menggunakan kata-kata bahasa Bali yang halus atau kruna alus.
TINGKAT-TINGKATAN BICARA BAHASA BALI (DAMPAK ANGGAH-UNGGUH KRUNA) Inyoman Suwija
Sosiohumaniora Vol 21, No 1 (2019): SOSIOHUMANIORA, MARET 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.178 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19507

Abstract

Bahasa daerah Bali masih eksis sebagai muatan lokal wajib pada jenjang pendidikan dasar dan menangah.Sistem bicara bahasa Bali yang unik dengan anggah-ungguh basa-nya merupakan warisan budaya Bali yang patut diselamatkan.Mengingat bahasa daerah Bali memiliki peran yang strategis sebagai wahana dan akar budaya Bali, maka bahasa daerah Bali patut dipelihara, dibina, dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat-tingkatan bicara bahasa Bali sebagai dampak dari adanya anggah-ungguh kruna bahasa Bali.Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik Fishman (1986). Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan metode wawancara.Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif analitis. Berdasarkan anggah-ungguh kruna sebagai pembentuknya, tingkatan bahasa Bali dibedakan atas (1) basa kasar (kasar jabag dan kasar pisan, (2) basa andap, (3) basa madia, dan (4) basa alus (alus singgih, alus sor, alus mider). 
NILAI –NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA BALI I Nyoman Suwija
Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 3, No. 1 (2012)
Publisher : LPPM Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpk.v0i1.1453

Abstract

Abstrak: Materi pembelajaran bahasa Bali sangat kental dengan nilai-nilai budaya Bali yang dijiwai oleh ajaran agama Hindu cukup banyak mengandung nilai-nilai karakter bangsa. Materi pelajaran yang meliputi bidang sastra, linguistik, dan sosiolinguistik, termasuk paribasa Bali, tembang Bali, dan lagu-lagu pop Bali sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Hal itulah yang perlu dipahami, serta digali lebih jauh, akhirnya direvitalisasi dan disampaikan kepada para anak didik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, para guru bahasa Bali dapat ikut berperan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter. Kata Kunci: pendidikan karakter, revitalisasi, dan bahasa Bali CHARACTER EDUCATION VALUES IN BALINESE LANGUAGE LEARNING Abstract: Balinese language learning material which is strongly related to Balinese cultural values imbued by the teachings of Hindu religion which has pretty much contains of the nation’s cultural values. Subject matter which include in literature, linguistics, and sociolinguistics including Balinese proverb, Balinese song, and Balinese pop songs has educational values of the nation's character. That is what needs to be understood, and explored further, eventually revitalized and presented to the students in the process of learning. Thus, the Balinese language teachers can play a role in the cultivation of the values of character education. Keywords : character education, revitalization, and Balinese language
WACANA KRITIK SOSIAL WAYANG CENK BLONK, JOBLAR, DAN SIDIA I Nyoman Suwija; Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S.; Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna S.U.; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.
e-Journal of Linguistics Vol. 2. Mei 2008 No. 1
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.982 KB)

Abstract

Wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yang termasuk pertunjukan wayang kulit Bali kreasi baru dan diminati oleh masyarakat belakangan ini cukup banyak mengkomunikasikan wacana-wacana kritik sosial.Penelitian ini bertujuan untuk membahas enam permasalahan berkenaan dengan wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yaitu: (1) eksistensi dan pe-minggiran kedudukan wayang kulit Bali, (2) Kemasan wacana kritik sosial, (3) bentuk wacana kritik sosial, (4) fungsi wacana kritik sosial, (5) sasaran dan amanat wacana kritik sosial, dan (6) tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia.Landasan teori penelitian ini adalah teori wacana naratif, teori resepsi sastra, dan teori dekonstruksi. Penerapan teori-teori tersebut disertai dengan metode pengumpulan data: (1) observasi, (2) wawancara, (3) studi dokumen; Metode dan teknik analisis datanya, deskriptif kualitatif; dengan metode penyajian hasil penelitian formal dan informal.Analisis bentuk wacana kritik sosial menghasilkan temuan bahwa wacana kritik sosial dapat dikomunikasikan melalui: (1) dialog antarpenasar, (2) dialog penasar dengan ksatria, (3) dialog atman dengan dewa, (4) dialog punakawan dengan raksasa, dan (5) dialog dewa dengan raja. Kajian bentuk kebahasaannya meliputi: (1) alternatif pemilihan tata ungkapan, (2) pemakaian paribasa Bali, (3) pepatah bahasa Indonesia, dan (4) pelesetan lagu pop Bali. Tingkatan bahasa Bali yang digunakan: (1) basa kasar, (2) basa andap, dan (3) basa madia.Analisis fungsi wacana kritik sosial menghasilkan temuan: (1) fungsi hiburan, (2) fungsi pendidikan, (3) fungsi informatif, dan (4) fungsi pelestarian budaya. Kritik sosial para dalang mencapai sasaran: (1) pemimpin, (2) masyarakat pemilih, (3) calon DPR/DPR, (4) seorang anak, (5) hakim/penegak hukum, (6) balian atau dukun, (7) penjudi, (8) seorang suami. dan (9) masyarakat luas lainnya. Amanat yang tersirat di dalamnya meliputi: (1) amanat kepemimpinan; (2) amanat hutang dan yadnya anak; (3) amanat petuah dan nasihat; (4) amanat kepribadian dan (5) amanat seni budaya. Tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial yang dikomunikasikan para dalang sangat positif.
BENTUK KEMASAN WACANA KRITIK SOSIAL PERTUNJUKAN WAYANG KULIT CENK BLONK LAKON DIAH GAGAR MAYANG I Nyoman Suwija
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 19 (2012): March 2012
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.939 KB)

Abstract

Pada sekitar tahun 1990-an mulai terkenal nama sebuah pertunjukan wayang kulit Cénk Blonk yang digagas oleh I Wayan Nardayana, dalang muda dari Desa Belayu, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Dia berhasil membuat wayang kulit Bali diminati kembali oleh penontonnya akibat kepiawaiannya melakukan inovasi dalam teatrikal pertunjukannya dan juga dalam menata wacana lelucon yang dapat menghibur serta penuh dengan tuntunan dan kritik sosial. Sampai saat ini wayang Cénk Blonk masih sangat eksis dan laris di Bali dengan bayaran pementasan yang cukup tinggi dan setiap pementasannya selalu dipadati penonton. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mendeskripsikan, bagaimana sang dalang mengemas wacana kritik sosial dalam pementasannya, khususnya dalam pementasan Lakon Diah Gagar Mayang yang merupakan lakon terlaris pada puncak kejayaannya. Berdasarkan pengamatan yang cermat terhadap wacana-wacana kritik sosial yang dikomunikasikan terutama lewat tokoh-tokoh punakawannya, dapat diketahui bahwa wacana kritik sosial dikemas dalam bentuk (1) perumpamaan, (2) plesetan berbentuk singkatan, dan (3) berbentuk paribasa Bali (sesenggakan, sloka, bebladbadan).
TINGKAT-TINGKATAN KALIMAT BAHASA BALI (PERSPEKTIF ANGGAH-UNGGUH BASA) I Nyoman Suwija
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 1 (2018): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.653 KB)

Abstract

ABSTRAK Sampai dengan saat ini bahasa daerah Bali masih eksis sebagai muatan lokal wajib pada jenjang pendidikan dasar dan menangah. Sistem bicara bahasa Bali yang unik dengan anggah-ungguh basanya merupakan warisan budaya Bali patut diselamatkan. Mengingat bahasa daerah Bali memiliki peran yang strategis sebagai wahana dan akar budaya Bali, maka bahasa daerah Bali patut dipelihara, dibina, dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat-tingkatan kalimat bahasa Bali sebagai dampak dari adanya anggah-ungguh kruna dalam bahasa daerah Bali. Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik Fishman (1986). Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan metode wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif analitis. Berdasarkan anggah-ungguh kruna sebagai pembentuknya, kalimat bahasa Bali dibedakan atas: (1) kalimat alus singgih, (2) kalimat alus sor, (3) kalimat alus mider, (4) kalimat alus madia, (5) kalimat andap, dan (6) kalimat kasar. Kata kunci: kalimat bahasa Bali, anggah-ungguh kruna, sosiolinguistik.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER POSITIF PADA LIRIK TEMBANG BALI Ni Nyoman Ari Suryati; I Nyoman Suwija
Widyadari Vol. 25 No. 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59672/widyadari.v25i2.4120

Abstract

Balinese songs, both traditional and modern, are creative literary works that are appreciative, inspirational, and contain many positive character education values. Balinese song literature was deliberately created as an entertainment as well as an educational medium. Many positive characters can be formed through appreciation of Balinese songs. The aim of this research is to determine the existence of appreciation for Balinese songs and describe the positive character values ​​implied in the lyrics of Balinese songs. The research data was taken from a number of traditional and modern Balinese songs lyric which are often listened by the Balinese people and are commonly used as teaching materials for Balinese literature. These songs are observed, read carefully, and the essence of their positive character is extracted, then presented as the analysis results. Based on the research and analysis that has been carried out, it can be concluded that appreciation activities for Balinese songs are still widely carried out in the formal and informal sectors for the purposes of entertainment, preservation and moral ethics education. It turns out that quite a lot of traditional and modern Balinese songs lyric contain positive character education values ​​to improve the moral ethics of the nation's children.
The Death of Kedis Cangak for Its Greedy (Function And Values Analysis) Ni Made Suarningsih; I Nyoman Suwija; I Ketut Suar Adnyana; Anak Agung Gede Putera Semadi; I Gusti Agung Laksmi Swaryputri
Mimbar Ilmu Vol. 28 No. 3 (2023): December
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mi.v28i3.67621

Abstract

Balinese society is affluent in oral literature, among which there are satua or Balinese folk tales. Recently, it has been felt that the Masatua tradition has declined dramatically. The increasingly busy level of parents causes this. Entertainment on social media has defeated oral traditions. This research aims to analyze the function and value of the  Death of Kedis Cangak for Its Greedy. This study uses a qualitative method. The data collection method for this research is the observation method using reading and note-taking techniques. The research results were analyzed using analytical descriptive methods and presented using informal processes. The research analysis uses the matching process. The research results show that the functions of the "Death of Kedis Cangak for Its Greedy" unit are entertainment, educational, and social sanctions or punishment functions. Values analysis, which focuses on religious values, found values such as tattwa (philosophy) and moral values (ethics). There is an entertainment function, an educational function, and a social sanction or punishment function. Values such as tattwa (philosophy) and moral values (ethics) are found in value analysis, which focuses on religious matters. Regarding philosophical issues, we found the application of the karma phala law, one of the Panca Sradha teachings. The law of karma befalls the character I Kedis Cangak. The value of morals is also reflected in the behavior of the main character, which is contrary to the teachings of morals.