Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Peningkatan Asam Lemak Tak Jenuh (Pufas) Dengan Menggunakan Rhizopus Oryzae Dalam Fermentasi Bekatul Eli Sahara; F. Yosi; Sofia Sandi
Jurnal Lahan Suboptimal : Journal of Suboptimal Lands Vol. 5 No. 1 (2016): JLSO
Publisher : Research Center for Sub-optimal Lands (PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.352 KB) | DOI: 10.33230/JLSO.5.1.2016.235

Abstract

Sahar et al, 2016. Increasing of Polyunsaturated Fatty Acids (Pufas) by Using Rhizopus Orizae in the  Fermented Bran. JLSO 5(1):79-85.This study aimed to determine 1) the volume of inoculums and the optimum incubation time during the fermentation process; 2) the types of polyunsaturated fatty acids during fermentation; and 3) the presence of omega-3 essential fatty acids in bran fermentation. The study used fermentation method using R. oryzae. Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) was used to determine the type of polyunsaturated fatty acids and omega-3 contained in the fermented bran. This study used 9 treatments, V3H3, V3H6, V3H9, V5H3, V5H6, V5H9, V7H3, V7H6, and V7H9. The results showed 1) the volume of inoculums and the fermentation time V7H3 was the most optimum result; 2) there were 13 types of polyunsaturated fatty acids, and 3) there was the content of omega-3 in bran fermented.
Performa Ayam Broiler dengan Penambahan Enzim Fitase dalam Ransum Eli Sahara; Erfy Raudhaty; Febrika Maharany
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Peternakan Sriwijaya
Publisher : Department of Animal Sciences, Faculty of Agriculture, Sriwijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.227 KB) | DOI: 10.36706/JPS.1.1.2012.1202

Abstract

Kecernaan dan daya cerna pakan sangat menentukan dalam menentukan kecukupan nutrien yang diterima tubuh dalam meningkatkan pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah memicu pertumbuhan ayam broiler dengan penambahan enzim fitase ke dalam pakan. Penelitian ini menggunakan  DOC sebanyak 72 ekor, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam broiler DOC. Terdapat 5 tingkatan dosis enzim fitase dalam perlakuan yaitu; P0= kotrol tanpa pemberian enzim fitase (RB), P1= RB + enzim fitase 500 FTU/kg, P2= RB + enzim fitase + 600 FTU/kg, P3 = RB + enzim fitase 700 FTU/kg, P4 = RB + 800 FTU/kg dan P5 = RB + 900 FTU/kg.  Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan serta konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim fitase sampai level 900 FTU/kg ransum menunjukkan rataan yang hampir sama terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum (P>0,05).  Namun dari keseluruhan perlakuan pemberian enzim fitase 900 FTU/kg ransum menunjukkan kecenderungan nilai peforma yang lebih baik dengan angka konversi yang paling rendah.Kata kunci : Enzim fitase, ransum, peforma, ayam broile
Peranan Kitosan dalam Menghasilkan Produk Ternak Unggas yang Sehat Eli sahara; sofia sandi; fitra yosi
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol 8, No 2 (2019): JURNAL PETERNAKAN SRIWIJAYA
Publisher : Department of Animal Sciences, Faculty of Agriculture, Sriwijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.554 KB) | DOI: 10.36706/JPS.8.2.2019.10083

Abstract

Kecenderungan masyarakat memilih bahan pangan yang sehat semakin meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran konsumen terhadap pentingnya kesehatan. Bahan pangan berupa daging dan telur merupakan sumber protein hewani asal unggas. Telur dan daging unggas merupakan bahan pangan utama yang dipilih masyarakat karena bergizi tinggi dengan harga terjangkau. Untuk mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap kualitas daging dan telur maka, perlu dijaga nilai keamanan bahan pangan asal unggas ini dari cemaran residu, dan infeksi kuman.
Perubahan Kandungan Neutral Detergent Fiber, Acid Detergent Fiber dan In-Vitro True Digestibility Hijauan Rawa dengan dan tanpa Silase sofia sandi; riswandi riswandi; saka puspa wijaya; asep indra munawar ali; eli sahara; Apriansyah Susanda; Nasir Rofiq; asmak asmak
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol 9, No 2 (2020): JURNAL PETERNAKAN SRIWIJAYA
Publisher : Department of Animal Sciences, Faculty of Agriculture, Sriwijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/JPS.9.2.2020.12560

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perubahan kandungan neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), dan in-vitro true digestibility (IVTD) pada pembuatan silase hijauan Kumpai tembaga (KT, Hymenchne amplexicaulis (Rudge) Nees), Kemon air (KA, Neptunia oleracea Lour), dan Kombinasi keduanya (KO, 50% KT dan 50% KA, berdasarkan bahan segar). Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan silase menurunkan kandungan NDF pada KT dan KO tetapi pada KA terjadi peningkatan kandungan NDF. Kandungan ADF yang lebih tinggi ditemukan pada semua hijauan yang tersilase sedangkan nilai IVTD lebih rendah pada hijauan KT dan KA. Silase KA memiliki nilai NDF yang terendah dan IVTD yang tertinggi dibandingkan silase KA dan KO.
The Effect of Fermentation Bran and Chitosan in Ration to Percentage of Tegal Duck Digestive Tract Weight Eli Sahara; Sofia Sandi; Fitra Yossi
IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry) Vol 4, No 1 (2019): February 2019
Publisher : IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24845/ijfac.v4.i1.25

Abstract

Duck productivity is largely determined by the optimization of bodily functions. The food consumed greatly determines the development of digestive organs and internal organs of livestock. Digestive organs that are well developed and function optimally will be very decisive in turning feed into meat and eggs. Chitosan is a crustacean waste product known as animal fiber and is antimicrobial. Whereas fermented bran contains natural fiber rich in nutrients and is hypocholesterol. The aim of the study was to look at the role of chitosan and bran fermented on the weight percentage of digestive organs of ducks. The study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Each test consists of 2 ducks as a unit of experiment. The treatment is R0 = 45% corn + 35% concentrate + 20% bran without fermentation, R1 = 45% corn + 35% concentrate + 20% fermented bran, R2 = 45% corn + 35% concentrate + 19.5% fermented bran + 0.5% chitosan and R3 = 45% corn + 35% concentrate + 17.5% fermented + 2.5% chitosan bran. The variable measured is the weight percentage of the digestive organs (gizzard, small intestine and pancreas) in ducks. Data was processed using SAS Windows 16. The results showed that the administration of fermented chitosan and bran gave an average percentage of gizzard weight (ventriculus) and pancreatic weight percentage was not significantly different between treatments (P> 0.05), while treatment R1 (20% fermented bran) It was shown that the percentage of small intestine weight was higher (31.85%) than control R0.
The Effect of Chitosan Addition to the Digestibility of Dried Matter, Organic Matter and Crude Protein of Tegal’s Duck Rations Eli Sahara; Tuti Widjastuti; Rostita L Balia; Abun Abun
IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry) Vol 3, No 2 (2018): June 2018
Publisher : IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24845/ijfac.v3.i2.35

Abstract

The optimum performance of duck farm can be achieved by providing them with good quality rations. Rations with good digestibility will increase the productivity due to large amount intake of nutrients. Chitosan is type of animal fibre which assisted the growth of useful microbes in digestive system. Addition of chitosan in cattle rations will improve the ecologic of duck digestive system to be more conducive.  The aimed of the research was to evaluate rations digestibility with the addition of chitosan. The research was used completely randomized design with 4 treatments and 5 repetitions. Each repetition consists of 2 ducks. The treatments are R0 stands for rations without chitosan and R1-R3 with addition of chitosan 0.5%, 2% and 2.5% respectively. Parameter measured were dried matter digestibility, organic matter and crude protein. Data processing was conducted by using SAS Windows 16. Result showed chitosan addition at 0.5% and 2.5% gave dried matter digestibility and crude protein does not higher than control (P>0.05) while chitosan addition at 2% gave result lower than control. Organic matter digestibility displays balanced in value.Keywords: Chitosan, Dried matter digestibility, organic matter, crude protein, rations.
PERAN JAMU HEWAN UNTUK ANTISIPASI PENYAKIT ND (NEWCASTEL DESEASE) PADA TERNAK UNGGAS Eli Sahara
Jurnal Pengabdian Sriwijaya Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37061/jps.v8i2.12434

Abstract

Salah satu penyakit menular utama pada ternak unggas adalah ND (newcastel desease). Penyakit disebabkan oleh pergantian musim (panca roba) dari musim panas ke hujan atau sebaliknya, sanitasi atau biosecurity yang kurang bagus, nutrisi yang tidak cukup akan memicu datangnya bibit penyakit. Untuk itu perlu diantisipasi dengan meningkatkan daya imun tubuh ternak. Bahan-bahan alam asal tumbuhan yang mempunyai banyak manfaat, sangat perlu dilestarikan seperti kunyit, temu lawak, kencur, jahe, bawang putih dan lain-lain. Bahan-bahan ini umumnya mengandung zat aktif yang ampuh membunuh kuman karena bersifat sebagai antimikroba. Kecuali itu, ada kandungan zat aktif lain yang bermanfaat untuk menambah nafsu makan. Hal ini sangat positif jika dimanfaatkan untuk pembuatan jamu hewan. Jamu hewan dengan kandungan zat aktif atimikroba akan bermanfaat untuk meningkatkan daya imun tubuh ternak. Metode yang bisa diterapkan adalah 1) melalui pencampuran ke dalam ransum 2) melalui pencampuran ke dalam air minum. Jamu yang ditambahkan dalam ransum atau melalui air minum sama-sama bertujuan untuk meningkatkan imun tubuh serta menstimulasi pertumbuhan agar produktivitas ternak meningkat. Jamu yang dikonsumsi bersama ransum atau air minum masuk melalui saluran pencernaan. Saluran pencernaan ternak unggas yang diisi oleh kehidupan mikroflora (mikroflora bersifat menguntungkan dan tidak menguntungkan), akan menjadi kondusif dan sehat dengan adanya zat antimikroba asal jamu. Jamu hewan sangat perlu dipromosikan kepada masyarakat peternak karena sifatnya mudah diperoleh dan dibuat melalui tanaman herbal yang mengandung zat aktif berupa anti mikroba. Tanaman herbal ini akan diintroduksikan ke masyarakat supaya menanamnya di sekitar pekarangan rumah atau yang disebut dengan apotik hidup. Peternak bisa mencampurkan jamu yang berbahan dasar TOGA (Tanaman Obat Keluarga) tersebut dalam campuran air minum atau campuran ransum.
Peningkatan Indeks Warna Kuning Telur dengan Pemberian Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Kepala Udang dalam Pakan Itik Eli Sahara
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.5.1.13-19

Abstract

ABSTRAKTelur itik yang berasal dari pemeliharaan intensif banyak yang pucat, sehingga kurang disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh perobahan pola pemeliharaan dari sistem gembala ke sistem terkurung karena pada sistem terkurung pakan yang diberikan adalah campuran konsentrat, menir dan dedak. Sumber pigmen penguning warna kuning telur dapat diperoleh dari hijauan seperti daun katuk, lamtoro, kaliandra dan kangkung serta dari hewani seperti limbah udang. Pada penelitian ini digunakan 30 ekor itik umur ± 6 bulan yang dibagi dalam 3 perlakuan dan 10 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 1 ekor itik. Perlakuan 1 adalah RB 100%, perlakuan 2 adalah RB + K 6% + CU 3% dan perlakuan 3 adalah RB + K 6% + CU 6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan R1 (ransum basal + 6% kaliandra + 3% kepala udang) dapat meningkatkan indeks warna kuning telur dengan skor 11, dan perlakuan R2 (ransum basal + 6% kaliandra + 6%kepala udang) dengan skor 10. Tidak terdapat pengaruh perlakuan kaliandra dan kepala udang terhadap konsumsi ransum dan efisiensi ransum, sedangkan untuk produksi telur terdapat variasi antar individu itik untuk masing-masing perlakuan yaitu itik pada perlakuan R0 hanya 40% yang bertelur, itik pada perlakuan R1 60% yang bertelur dan itik pada perlakuan R2 80% yang bertelur. Kalau dilihat untuk masing-masing perlakuan, itik yang berproduksi telur tinggi untuk perlakuan R0 adalah 75%, R1 yang berproduksi tinggi adalah 66.7% danR2 yang berproduksi tinggi hanya 50%.Kata Kunci : Itik, daun kaliandra, kepala udang, indeks warna kuning telur
Kualitas Kimia Telur Asin Itik Pegagan dengan menggunakan Larutan Indigofera sp Meisji liana Sari; sofia sandi; Eli Sahara; Riswandi Riswandi; Pungky Oktavia
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol 11, No 1 (2022): JURNAL PETERNAKAN SRIWIJAYA
Publisher : Department of Animal Sciences, Faculty of Agriculture, Sriwijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/JPS.11.1.2022.14232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan larutan Indigofera sp. terhadap kualitas kimia telur asin itik Pegagan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Adapun telur yang digunakan pada penelitian ini diambil dan dikumpulkan dari kelompok ternak itik pegagan di Desa Kotadaro Tanjung Raja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan jika terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan digunakan sebanyak 5 butir telur. Perlakuan terdiri atas : P0 (pengasinan tanpa larutan Indigofera sp.); P1 (pengasinan menggunakan larutan Indigofera sp. 25%); P2 (pengasinan menggunakan larutan Indigofera sp. 50%); dan P3 (pengasinan menggunakan larutan Indigofera sp. 75%). Parameter yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan Indigofera sp. berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air dan kadar protein, tetapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar abu dan kadar lemak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan larutan Indigofera sp. sampai konsentrasi 75% mampu mempertahankan kadar air, kadar protein, namun menurunkan kadar abu dan kadar lemak.Kata kunci: Indigofera sp, Kualitas gizi, Pengasinan, Telur itik Pegagan.
Pengaruh Pemberian Probiotik dan Tepung Kunyit dalam Ransum Terhadap Saluran Pencernaan itik Pegagan: The Impact of Adding Probiotics and Turmeric Flour to Ducks' Meals on Their Digestive Systems Meisji Liana Sari; Sofia Sandi; Eli Sahara; Asep I. M. Ali; Relti Relti
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol. 12 No. 2 (2022): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Ve
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v12i2.237

Abstract

Abstract  Probiotic and turmeric powder is a combination of supplements which usually used to improve intestines microfology of livestocks and give the positive effect to the digestion. This study aims to look at the effect of probiotic and turmeric powder in the diet to the amount of  Lactic Acid Bacteria in the ceccem, intestine’s weight, intestine’s length and intestine’s diameter of  Pegagan ducks. Forty Pegagan ducks were used in this research. Diet used is basal diet which contains 10% protein and ME 2900 kkal/kg. This study used a CRD (Completely Randomized Design) with 5 treatments and 4 repititions. P0 basal diet (control), P1 (basal diet + probiotic 10-6 /ml +turmeric powder 2,5%), P2 (basal diet + probiotic 10-7 /ml +turmeric powder 2,5%), P3 (basal diet + probiotic 10-8 /ml +turmeric powder 2,5%), P4 (basal diet + probiotic 10-9 /ml +turmeric powder 2,5%). The parameters wich observed include amount of Lactic Acid Bacteria in the cecum, intestine’s weight, intestine’s length and intestine’s diameter of Pegagan ducks. Results showed that giving probiotic until 10-9 /ml and turmeric powder 2,5% in the ration effect the amount of bacteria in cecum, but not affect the intestine’s  length and intestine’s diameter of Pegagan ducks. Keywords: Digestive Tract; Pegagan ducks; Probiotic; Tumeric Powder.   Abstrak  Probiotik dan tepung kunyit merupakan kombinasi suplemen yang digunakan untuk memperbaiki mikrofologi usus dari ternak dan memberikan efek yang positif pada saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian probiotik dan tepung kunyit dalam ransum terhadap jumlah bakteri asam laktat dalam sekum, berat usus, panjang usus dan diameter usus itik Pegagan. Materi yang digunakan yaitu 40 ekor itik Pegagan. Ransum yang dipergunakan adalah ransum basal dengan kandungan protein 16% dan ME 2900 kkal/kg. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu P0 (ransum basal), P1 (ransum basal + probiotik pengenceran 10-6/ml + tepung kunyit 2,5%), P2  (ransum basal + probiotik pengenceran 10-7/ml + tepung kunyit  2,5%), P3      (ransum basal  + probiotik pengenceran 10-8/ml + tepung kunyit2,5%), P4 (ransum basal  + probiotik pengenceran 10-9/ml + tepung kunyit 2,5 %). Parameter yang diamati meliputi jumlah bakteri pada sekum, berat usus, panjang usus, dan diameter usus pada itik Pegagan.  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik hingga 10-9 /ml + tepung kunyit 2,5% dalam ransum berpengaruh terhadap jumlah bakteri asam laktat dalam sekum, panjang usus itik Pegagan. Kata kunci: Itik Pegagan; Probiotik; Saluran Pencernaan; Tepung Kunyit.