Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbandingan Penggunaan Gips Sintetik dan Gips Tradisional pada Pasien Fraktur Tertutup di Rehabilitasi Harapan Jaya Pematang Siantar Tahun 2014-2015 Tiorasi Pakpahan; Andrian Khu; Muhammad Rizal Renaldi; Tri Adi Mylano; Ade Arhamni; Oliviti Natali
PRIMER (Prima Medical Journal) Vol. 7 No. 1 (2022): Edisi April
Publisher : Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/pmj.v7i1.2789

Abstract

Immobilisasi adalah upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Immobilisasi biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur tertutup untuk mempertahankan posisinya dalam proses penyembuhan. Fraktur tertutup (closed) adalah tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Gips terdiri dari  dua jenis bahan yaitu sintetik dan tradisional. Data dari Riset Kesehatan Dasar 2007  di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam ataupun tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang tertinggi yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul. Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan gips Sintetik dan gips Tradisional di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya Pematang Siantar tahun 2014-2015. Metode: Desain penelitian adalah studi kasus dengan sampel 50 data yang dipilih secara purposive yaitu dengan menggunakan data yang paling lengkap. Hasil: Pada penelitian ini, kelompok umur tertinggi yang menggunakan gips akibat fraktur tertutup terdapat pada umur 26-45 tahun sebesar 26% dengan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki 58%.Penggunaan gips terbanyak pada fraktur tertutup adalah gips Tradisional sebanyak 64% dan lama penggunaan gips terbanyak 8-10 minggu (37,5%).Komplikasi terbanyak adalah berhubungan dengan immobilisasi 31,2% penggunaan gips Tradisional.
Hubungan Kualitas Tidur dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada Mahasiswa/i Kedokteran Universitas Prima Indonesia Tcanty Indrianti; Nathasya Nainggolan; Oliviti Natali; Rahmad Isnanta
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7357

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan derajat keparahan AV pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia. Penelitian ini studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia angkatan 2019-2021 yang menderita AV. Teknik penarikan sampel accidental sampling diperoleh sampel sebanyak 55 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan teknik analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi kualitas tidur buruk sebanyak 39 orang (70.9%) dan kualitas tidur baik sebanyak 16 orang (29.1%). distribusi frekuensi derajat keparahan AV derajat ringan sebanyak 43 orang (78.2%), derajat sedang dan berat masing-masing sebanyak 6 orang (10.9%). Uji bivariat diperoleh dari 55 responden derajat keparahan ringan pada pasien kualitas tidur buruk sebesar 54,5% dan kualitas tidur baik sebesar 23,6%, derajat keparahan sedang pada pasien kualitas tidur buruk dan baik masing-masing sebesar 5,5%, derajat keparahan berat pada pasien kualitas tidur buruk sebesar 10,9% dan pada pasien kualitas tidur baik tidak ada, nilai pvalue 0,021; nilai ? (0,05) maka (0,021 < 0,05). Kualitas tidur baik pada laki-laki sebesar 10,9% dan perempuan sebesar 18,2%, kualitas tidur buruk pada laki-laki sebesar 21,8% dan pada perempuan sebesar 49,1% dimana nilai pvalue 0,007; nilai ? (0,05) maka (0,007 < 0,05). Derajat keparahan ringan pada laki-laki sebesar 18,2% dan pada perempuan sebesar 60,0%, derajat keparahan sedang pada laki-laki sebesar 3,6% dan pada perempuan sebesar 7,3%, derajat keparahan berat pada laki-laki sebesar 10,9% dan derajat keparahan berat pada perempuan tidak ada dimana nilai p-value: 0,011; nilai ? (0,05) maka (0,011 < 0,05).
Perbandingan Efektivitas Daun Bandotan Dengan Lidah Buaya Dalam Perbaikan Luka Sayat Pada Tikus Wistar Oliviti Natali
Majalah Kedokteran Andalas Vol 46, No 1 (2023): Online Januari 2023
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v46.i1.p120-129.2023

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas perbaikan luka sayat menggunakan ekstrak daun bandotan dan lidah buaya. Metode: Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih dengan BB 150-200g yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok yang diberi salep Burnazin, kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan ekstrak bandotan 10%, dan kelompok perlakuan ekstrak lidah buaya 10%. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan True Experimental dengan Randomized Post-test only Control Group Design, dengan cara memberikan ekstrak daun bandotan dan lidah buaya konsentrasi 10% ke tikus yang telah diberi luka sayat. Hasil: Hasil uji statistik penyembuhan luka sayat pada kelompok ekstrak bandotan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tikus 1 dan 3 (p=0,014), tikus 1 dan 4 (p=0,010), tikus 2 dan 3 (p=0,006), tikus 2 dan 4 (p=0,004), dan tikus 2 dan 5 (p=0,027) sedangkan pada kelompok lidah buaya tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak daun bandotan dengan ekstrak lidah buaya terhadap penyembuhan luka sayat. Kesimpulan: Ekstrak lidah buaya memiliki aktivitas penyembuhan luka yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak daun bandotan.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Inneke Talya Br. Bangun; Djohan Djohan; Oliviti Natali
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 8 (2024): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i8.2745

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku wanita usia subur dalam melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara di Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional, penelitian ini melibatkan 100 responden. Hasil menunjukkan bahwa 79% responden memiliki pengetahuan baik, 93% memiliki sikap positif, dan 91% menunjukkan perilaku baik dalam melakukan SADARI. Analisis statistik menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) terhadap perilaku SADARI. Temuan ini menegaskan pentingnya edukasi dan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap positif yang mendukung perilaku SADARI sebagai langkah preventif dalam deteksi dini kanker payudara..