Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KULTUR EMBRIO MERBAU (Intsia bijuga OK.) PADA MEDIA MURASHIGE & SKOOG (MS) DIPERKAYA DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH BAP, GA3 dan IBA Samuel Bram Sainawal; Julius D. Nugroho; Francina F. Kesaulija
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol3.Iss2.168

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mencari konsentrasi dan kombinasi zat pengatur tumbuh (IBA, BAP dan GA3) yang cocok guna pertumbuhan embrio dari tanaman Merbau (Intsia bijuga OK.) pada media Murashige & Skoog (MS) untuk mendapatkan tanaman yang sempurna melalui teknik kultur jaringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan teknik observasi menggunakan perhitungan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan eksplan embrio merbau (Intsia bijuga OK.) yang terbaik adalah menggunakan media dengan zat pengatur tumbuh pada media MS + GA3 2 ppm dengan persen hidup 100% dan memiliki persen eksplan kontaminasi 0%. Pertumbuhan tunas pada perlakuan ini terjadi pada umur 86 hari dengan rata-rata pertumbuhan tunas sebesar ± 0,2 cm, persen eksplan bertunas 0%, pada pertumbuhan terbentuknya akar pada minggu ketujuh dari pengamatan.
Morphological Characteristics of Ectomycorrhizas on Merbau [Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze] JULIUS DWI NUGROHO; IRDIKA MANSUR; AGUS PURWITO; ENDANG SUHENDANG
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 17 No. 2 (2010): June 2010
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.072 KB) | DOI: 10.4308/hjb.17.2.68

Abstract

Merbau [Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze] is one of valuable timber tree in south-east Asia which has been known having ectomycorrhizae (EcM) though being ignored. Identification of the ectomycorrizae is prime important for being basis of further studies. This study investigated the EcM fungi associated with Merbau by using both sporocarp morphology and EcM morphotypes. Morphological characters of sporocarps and basidiocarps of the fungi and EcM morphotypes obtained from seedlings and trees from natural and plantation stands of merbau, as well as from nurseries were compared to the description of those resulted from baiting method. Only one species of ectomycorrhizal fungus was found associated with merbau [Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze] which has not been described yet. The fungus formed mycorrhizae with monopodial pinnate branching. The fungus was identified belonging to the genus of Scleroderma. The fungus was more common to occur beneath merbau seedlings than trees. The sporocarps may be yielded under greenhouse condition and could be cultured in MMN agar media, thus it facilitates to the production of inoculums used for further studies.
Propagation of Dendrobium antennatum Lindl via Seed Culture In Vitro Using Simple Medium: Fertilizer and Complex Organic Based Medium Julius Dwi Nugroho; Agustina Yohana Setyarini Arobaya; Evelyn Anggelina Tanur
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 26 No. 3 (2019): July 2019
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.329 KB) | DOI: 10.4308/hjb.26.3.133

Abstract

A New Guinea Orchid, Dendrobium antennatum Lindl urgently needs to conserve. The availability of in vitro germination technique for this orchids is significantly important to present the useful tool for conservation effort. This study aimed to find a simple media that consists of Growmore 10-55-10, a foliar fertilizer and complex organic i.e. coconut water, banana pulp, onion spring extract, and carrot juice. Five in vitro medium for seed germination and four in vitro sub-culture medium for planlet growth were formulated and used in this study. Our findings revealed that seed germination in vitro of Dendrobium antennatum well occured on the medium of Growmore 10-55-10 supplemented with 10% coconut water (GCw) and of Growmore 10-55-10 supplemented with 50 g/l extract spring onion. The seed germination process from sowing the seed to plantlet production ready to transfer to sub-culture medium for further growth took time 140 days. The embryo became pale green at the day 11 on the germination media. It could be used as a tool for detection of viability of the seeds. Both seed germination medium could be used also as sub-culture medium for enhancing the growth of the plantlets but not for multiplication of shoots.
ANALISIS VEGETASI PADA HUTAN KORIDOR CAGAR ALAM PEGUNUNGAN TAMRAU UTARA DAN SUAKA MARGA SATWA JAMURSBA-MEDI SORONG Krisma Lekitoo; Julius D Nugroho; Rocky CH Metalmety
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 2, No 4 (2005): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2005.2.4.303-317

Abstract

Cagar  Alam Pegunungan  Tamrau Utara dan Suaka Margasatwa  Jamursba  Medi adalah dua kawasan konservasi  yang terdapat diPapua.    Kedua kawasan konservasi  inimulai tahun 2000 telah diusulkan untuk digabungkan  menjadi satu yaitu kawasan Taman  Nasional  Pegunungan  Tamrau Utara- Pantai Jarnursba-Medi.   Sebagai kawasan  konservasi  kedua kawasan itu   memiliki beberapa   prioritas  yang berdasarkan  pada  kekayaan jenis,  keanekaragaman habitat, dan nilai keunikan. Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui  struktur dan komposisi jenis tumbuhan berkayu  pada hutan dataran rendah koridor Cagar Alam (CA) Pegunungan TamrauUtara dan Suaka Margasatwa  (SM) Jamursba-MediSorong.Metode yang digunakan dalam penelitian in iadalah metode deskriptif dengan teknik survey. Pengambilan contoh vegetasi menggunakan  petak  contoh Witthaker yang telah di modifikasi.  Peletakan petak contoh dilakukan secara  purposif dengan memperhatikan faktor kelerengan,  ketinggian tempat, danjarak dari sungai.Hasilpenelitian menunjukkan  bahwa populasi hutan  dikoridor C.A. Pegunungan  Tamrau Utara S.M.Pantai Jamursba-Medi  tersusun atas 52 jenis pohon, 23 jenis tiang, 28 jenis pancang, dan 42 jenis anakan.  Pada tingkat pohon terdapat 23 famili,tingkat tiang 15 famili, tingkat pancang  18 famili,dan tingkat anakan 30famili.Padatingkat permudaan semaivegetasi berkayu (pohon) yangdominan adalah Drypetes longifolia,Meme cylonsp.,dan Sizygiumsp.;pada tingkat permudaan  pancang jenis  yang dominan adalah Canarium indica,Vaticap apuana,dan Lithocarpusr ufovillosus; tingkat permudaan tiangjenis  yang dorninan adalah L.rufovillosus, Reinwardtiodendronsp., dan Urandra brasii;sedangkan pada tingkat pohon jenis yang dominan adalah L.rufovillosus ,Intsiapalembanica ,dan Pometiapinnata.
Diameter Increment of Remnant Stands in Logged-Over Forest in Papua relawan kuswandi; Julius Dwi Nugroho
Jurnal Wasian Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPLHK)Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jwas.v6i2.4620

Abstract

Diameter increment is an important information used to set silvicultural prescription that plays a crucial role in sustainable forest management. Therefore, this research was aimed to analyze diameter increment of remnant stands in selectively logged forest in Papua.  The dataset was acquired from permanent sample plots in logging concessions of PT  Tunas Timber Lestari (TTL), PT  Wapoga Mutiara Timber (WMT) dan PT Manokwari Mandiri Lestari (MML). The diameter measurements were conducted annually for 6 – 9  years on three 1 ha permanent plots. Diameter increment was calculated by measuring a gap between trees diameter in year t+1 and year t. The results showed that the average diameter increment of commercial species groups in those areas were 0.56 cm/yr, 0.59 cm/yrand 0.65 cm/yr, respectively. These increments were smaller than the increment assumption of Indonesian Selective Logging (TPTI) i.e. 1.00 cm/yr. The diameter increment distribution based on diameter classes showed different patterns among sites. The diameter increment distribution in PT MML and WMT increased with the increasing diameter, otherwise those in PT TTL tend to decrease with the increasing diameter class.Keywords: logged-over forest, species group, Papua, diameter increment
BIOMASSA DAN PENYERAPAN KARBON OLEH LAMUN Enhalus acroides DI PESISIR TELUK GUNUNG BOTAK PAPUA BARAT Ferawati Runtuboi; Julius Nugroho; Yahya Rahakratat
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 2 No 2 (2018): November
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.805 KB) | DOI: 10.30862/jsai-fpik-unipa.2018.Vol.2.No.2.47

Abstract

Seagrass is a high level and a flowering plant that is fully adapted to life in the coastal and has ability to store carbon by 10% of the carbon content in the oceans. The research doing at Gunung Botak Bay Coastal South Manokwari Regency with objective of research to estimate seagrass density and to estimate rate accumulation of carbon from Enhalus acroides. Some the stages of the research done is density sample as long to period 2015 (April and Mei) into (September and Ocktober). Other sampling to collecting seagrass to estimate carbon storage in part like daun, rhizome root and substrat. Result to showing average carbon accumulation of seagrass in above below ground is rhizome part and higher in Statiun1 (13.16±3.8),stasiun 3 (5.4±2.9) dan stasiun 5 (6.2±1.1) or the generally accumulation carbon in the three is 8.24 kg from Enhalus acroides. Future more, accumulation carbon in sediment as a 1664,2 in dept 0-20 cm and 20-60 cm. Seagrass carbon storage capabilities will assist in mitigation efforts to reduce the impact of climate change in Indonesia, especially in West Papua.
Penurunan Stok Tegakan Alami Masohi [Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm] di Kabupaten Nabire Julius Nugroho; Jimmy Wanma; Cicilia Susanti; Susilo Husodo; Nouke Mawikere
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.11-18

Abstract

Masohi [Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm.] tergolong dalam famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi untuk dijadikan antikanker, antimikroba dan peningkat rasa. Eksploitasi tegakan alam Masohi untuk diambil kulitnya telah lama dilakukan karena harga yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi stok tegakan alamiMasohi di Nabire melalui identifikasi kulit kayu yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul ke luar Nabire pada periode 2012-2015 dan menelusuri keberadaan tegakan alami Masohi di habitatnya. Interview terhadap informan kunci yang bersangkutpaut dengan aktivitas pengambilan kulit kayu Masohi dan survey lapangan dilakukan untuk tujuan tersebut. Data yang diperoleh mengungkapkan bahwa produksi kulit kayu kayu Masohi turun secara dramatis yaitu hingga 68% dalam periode 2012 -2015. Produksi kulit kayu sebagian besar terlacak berasal dari pohon muda (56%) berdiameter <18 cm. Hal ini mengindikasikan telah terjadi penurunan stok tegakan Masohi alam di Nabire. Oleh karena itu pengembangan penanaman Masohi dalam skala besar sangat dibutuhkan.
Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Tanah Rhizosfir pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Semai Damar (Agathis labillardieri Warb.) Jeffry Cornelis Angkotta; Julius Dwi Nugroho; Nurhaida I. Sinaga
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol8.Iss1.283

Abstract

Agathis labillardieri Warb. adalah salah satu species Agathis endemik Papua. Beberapa tulisan menyebutkan jenis ini pada tingkat semai memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh pemupukan dan pemberian tanah rhizosfir pada media tanam terhadap pertumbuhan semai A. labillardieri Warb. di persemaian dengan metode eksperimen/percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Hasil penelitian menunjukkan walaupun perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata, namun terdapat kecenderungan pemberian tanah rhizosfir pada media tanam memberikan pengaruh yang relaitif lebih baik terhadap pertumbuhan semai A. labillardieri. apabila tidak disertai dengan pemupukan pada konsentrasi yang tinggi.
Potensi 'Kelapa Hutan' (Pandanus Spp.) di Kawasan Hutan Lanny Jaya dan Etnobotaninya dalam Kehidupan Suku Lani, Papua Roby Kogoya; Nurhaidah Iriany Sinaga; Julius Dwi Nugroho
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol8.Iss1.288

Abstract

Pandanus merupakan salah satu tanaman penting dalam kehidupan masyarakat Suku Lani di Kabupaten Lany Jaya Provinsi Papua. Orang Lani memanfaatkan tanaman kelapa hutan sebagai bahan makanan, untuk membuat tas tradisional, payung, pakaian, serta memiliki nilai-nilai social dalam masuyarakat. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui etnobotani dan potensi jenis kelapa hutan. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif dengan mewawancarai responden dan surveu potensi jenis tanaman kelapa hutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat nama lokal menurut bahawa Lani yakni Helak/Wormonggen yang berarti bahwa tumbuhan yang mempunyai bagian empulut putih seperti kelapa. Terdapat 2 jenis tumbuhan kelapa hutan yakni Woromo (P. julianettii Mart) dan Gawen (P. brosimos Merr). Indeks nilai penting untuk jenis P. julianettii pada fase pohon = 152,61%, fase tiang = 164,58%, fase pancang =103,40%, dan fase semai =115,16%. Jumlah jenis per hektar ditemukan sebanyak 168 tanaman. Sementara indeks nilai penting untuk jenis P. brosimos pada fase pohon = 147,39%, fase tiang = 135,42%, fase pancang = 96,60% dan fase semai = 84,84%. Indeks nilai penting menunjukan indikasi populasi yang baik dari kedua jenis walaupun masyarakat tradisional secara terus menerut memanfaatkan kedua jensi tumbuhan tersebut. Masyarakat juga menanam kedia jenis tanaman kelapa hutan di sekitar pekarangan mereka dan kebun untuk kebutuhan pangan.
Estimasi Produksi dan Peredaran Kayu Olahan Lokal Berdasarkan Penerbitan Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu di Provinsi Papua Barat Niklas M. Merindakang; Wahyudi; Julius Dwi Nugroho
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol8.Iss1.290

Abstract

Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu adalah ijin pemungutan hasil hutan kayu dari hutan produksi pada hutan negara untuk pemenuhan kayu olahan lokal bagi pembangunan daerah, kelompok dan individu/perorangan, serta kesejahteraan masyarakat pemilik ulayat dalam volume, luasan dan waktu tertentu, dan tidak diperjualbelikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan luasan IPHHK selama 2018-2019 di Provinsi Papua Barat, penyebaran IPHHK dominan kabupaten kota/distrik, komposisi jenis kayu olahan berdasarkan surat keterangan sahnya hasil hutan, keragaman ukuran kayu olahan lokal, dan perkiraan penerimaan iuran kehutanan dari kayu olahan lokal di Provinsi Papua Barat. Penelitian dirancang dengan studi kasus, data dianalisis dari dokumen Dinas Kehutanan provinsi Papua Barat, dan wawancara responden kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPHHK pada 2018 sebanyak 1.101 izin dengan luasan 5.505 Ha dan volume bahan baku/log 55.050 m3, setara dengan 27.525m3, akan tetapi jumlah izin menurun 38% pada 2019. Empat kabupaten dominan pemegang izin ialah Manokwari, Sorong, Manokwari Selatan, dan Teluk Bintuni. Kayu olahan lokal berdasarkan Surat keterangan sahnya hasil hutan kayu, didominasi kelompok Merbau (90%), diikuti kelompok Meranti (8%), Rimba Campuran (2%) dan nihil untuk kelompok kayu Indah. Merbau berkontribusi sangat signifikan terhadap provisi sumber daya hutan Rp3.2 milyar/tahun. Karakteristik kayu olahan lokal untuk stand kayu lebih bersifat seller market dan untuk mebel bersifat buyer market atau pesanan. Penanaman jenis komersil endemik bagi pemegan ijin perlu dimonitor dan di evaluasi di masa mendatang. Peredaran kayu olahan lokal pada 2018 masih dapat dipenuhi dari penerbitan 1.101 izin pemungutan hasil hutan kayu di Provinsi Papua Barat.