Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali Dwi Budi Wiyanto; Elok Faiqoh
Journal of Marine and Aquatic Sciences Vol 1 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.588 KB) | DOI: 10.24843/jmas.2015.v1.i01.1-7

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi fisik, biologi maupun sosial ekonomi. Akibat meningkatnya kebutuhan hidup sebagian manusia telah mengintervensi ekosistem tersebut. Hal ini dapat terlihat dari adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, permukiman, areal industri dan sebagainya.Salah satu kawasan hutan mangrove di Bali adalah Teluk Benoa. Tujujan penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur dan vegetasi dan jenis-jenis mangrove yang dominan di hutan mangrove Teluk Benoa-Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample survey method atau survey di lapangan. Pada setiap stasiun pengamatan sepanjang transek garis, dibuat petak (plot) dengan ukuran 10 meter x 10 meter sebanyak 3 plot untuk tiap stasiun. Selanjutnya pada setiap plot dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah individu mangrove per spesies yang ditemukan. Untuk keperluan analisis data, masing-masing individu pohon, anakan dan semai dicatat nama jenis dan keliling batang setinggi dada, sedangkan untuk vegetasi strata seedling dicatat nama jenis dan jumlah individu masing-masing jenis. Vegetasi mangrove yang ditemukan yaitu 11 spesies mangrove sejati dan 1 jenis mangrove ikutan yaitu Waru Laut (Thespesia popunema). Pada stasiun I, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INP) sebesar 130.61, tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora mucronata (INP) sebesar 246.11. Pada stasiun II, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Rhizophora mucronata (INP) sebesar 109.59, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora stylosa (INP) sebesar 91.60. Pada stasiun III, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Rhizophora apiculata (INP) sebesar 92.26, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora apiculata (INP) sebesar 82.89. Pada stasiun IV, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INP) sebesar 93.77, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Avicennia marina (INP) sebesar 103.04. Pada stasiun V, vegetasi mangrove tingkat pohon didominasi oleh Bruguira gymnorrhyiza (INP) sebesar 115.31, sedangkan tingkat anakan didominasi oleh Rhizophora stylosa (INP) sebesar 136.62.
Peranan Padang Lamun Selatan Bali Sebagai Pendukung Kelimpahan Ikan di Perairan Bali Elok Faiqoh; Dwi Budi Wiyanto; I Gede Budi Astrawan
Journal of Marine and Aquatic Sciences Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1273.358 KB) | DOI: 10.24843/jmas.2017.v3.i01.10-18

Abstract

Seagrass ecosystem is providing feeding ground, nursery ground, spawning ground , habitat and shelter area. The threat of physical destruction such as the reclamation, pollution, sedimentation and tourism activities decreasing the diversity and the abundance of fishery commodities. The purpose of this study was to describe the condition of seagrass, determine the composition and abundance of seagrass fish in the three Southern coast of Bali and assess the association of fish-sea grass. Samples were taken from three coastal areas, Samuh, Shindu and Serangan coastal area. The results are in Samuhthere are 6 types of seagrass, in Shindu there are 7 types and in Serangan there are three types, whichdominates with Cymodocea rotundata and Syringodium isoetifolium. From the three coastal areas,we found 21 families of fish, where the family Pomacentridaehas the highest species abundance in Samuh, Apogon sp in Serangan and Terapon sp. found in Shindu. We can see the interaction between the seagrass ecosystems of coral reefs in the waters of South Bali and ecological role of seagrass from the family and species of fish.
Pemetaan Sosial Dampak Keberadaan Terminal BBM Pertamina di Kecamatan Camplong Sampang Madura Dwi Budi Wiyanto; Parmadi Parmadi
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 12, No 1: April 2019
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.952 KB) | DOI: 10.21107/pamator.v12i1.5176

Abstract

KARAKTERISTIK SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP Indah Nurainie; Dwi Budi Wiyanto
Juvenil Vol 2, No 3 (2021)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v2i3.11713

Abstract

ABSTRAKPerairan Kalianget merupakan daerah ujung timur dari Pulau Madura dengan kondisi pesisir telah mengalami banyak perubahan. Aktifitas masyarakat dan proses hidrooseanografi dapat mempengaruhi karakteristik lapisan dan pola sebaran sedimen dasar di perairan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik lapisan sedimen dasar dan pola sebaran sedimen yang dihubungkan dengan pola pergerakan arus. Penentuan lokasi dilakukan dengan metode purposive sampling. Data primer berupa sampel sedimen dasar yang tersebar di 11 titik dan data sekunder berupa arus. Metode analisa ukuran butir sedimen menggunakan metode pengayakan dan pemipetan. Analisa sedimen menggunakan segitiga Shepard dan Sieve Graph. Pengolahan data menggunakan Surfer 11.0, ArcMap 10.3 dan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sedimen terdiri dari mean size berupa pasir kasar, pasir sedang, pasir halus dan lumpur sedang, sortasi berupa pemilahan sangat baik, dan cukup baik, skewness berupa kemiringan sangat halus dan kurtosis berupa keruncingan sangat tumpul.Kata Kunci: Karakteristik Sedimen, Sebaran Sedimen, Perairan KaliangetABSTRACTKalianget waters is an area at the eastern end of Madura Island with coastal conditions that have undergone many changes. Community activities and hydrooceanographic processes can affect the characteristics of layers and distribution patterns of bottom sediments in these waters. The purpose of this study was to determine the characteristics of the bottom sediment layer and the pattern of sediment distribution associated with the pattern of current movement. Determination of the location is done by purposive sampling method. Primary data in the form of basic sediment samples spread over 11 points and secondary data in the form of currents. Sediment grain size analysis method uses sieving and pipetting methods. Sediment analysis using Shepard's triangle and Sieve Graph. Data processing used Surfer 11.0, ArcMap 10.3 and SPSS 16. The results showed that the sediment characteristics consisted of mean size in the form of coarse sand, medium sand, fine sand and medium mud, sorting in the form of very good sorting, and quite good, skewness in the form of very fine slope and kurtosis in the form of a very blunt tapering. Keywords: Sediment Characteristics, Sediment Distribution, Kalianget WatersKeywords: Sediment Characteristics, Sediment Distribution, Kalianget Waters
Analisa Keberlanjutan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Perairan Selat Madura Jawa Timur Zainul Hidayah; Nike Ika Nuzula; Dwi Budi Wiyanto
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfs.53099

Abstract

Selat Madura merupakan perairan yang memisahkan antara Pulau Madura dengan daratan Pulau Jawa bagian timur. Sejak tahun 2010 status penangkapan ikan di perairan ini telah melebihi batas lestarinya (over-fishing). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dan pengaruhnya terhadap lingkungan serta masyarakat di perairan Selat Madura. Waktu penelitian ini adalah bulan Februari sampai dengan Oktober 2018. Metode Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan analisa terhadap 5 dimensi (lingkungan, ekonomi, teknologi, sosial dan kelembagaan) digunakan untuk mengetahui status keberlanjutan pengelolaan perikanan. Data diperoleh dari beberapa sumber, antara lain berasal dari laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, studi-studi terdahulu yang dilakukan di Selat Madura dan wawancara dengan responden kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dimensi ekologi, ekonomi dan teknologi, pengelolaan perikanan di Selat Madura berada pada status kurang berkelanjutan (skor <50). Sementara itu untuk dimensi sosial dan kelembagaan berada pada status cukup berkelanjutan hingga berkelanjutan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan pengelolaan sumber daya perikanan di Selat Madura diperlukan upaya rehabilitasi lingkungan pesisir, bantuan subsidi atau modal bagi nelayan dan pemanfaatan teknologi untuk membantu aktivitas penangkapan ikan
STRUKTUR KOMUNITAS MIKROALGA EPIFIT PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN PULAU SERANGAN, BALI I Putu Sugiana; Elok Faiqoh; Dwi Budi Wiyanto
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10603

Abstract

Mikroalga epifit merupakan organisme yang berperan penting sebagai produsen di lingkungan perairan. Organisme ini hidup menempel selamanya pada suatu substrat sehingga dapat menjadi bioindikator kesehatan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit dan hubungannya dengan parameter lingkungan. Metode substrat buatan digunakan sebagai media tempat menempel mikroalga epifit, yang kemudian dianalisis indeks struktur komunitasnya. Struktur komunitas mikroalga epifit terdiri dari kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi, sedangkan parameter perairan diukur yakni suhu, pH, salinitas, total padatan terlarut, nitrat dan fosfat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kelimpahan mikroalga epifit yakni 112,62 ± 230,25 sel/mm2 dan 50,77 ± 85,34 sel/mm2 berturut-turut pada substrat kasar dan halus. Secara keseluruhan, nilai indeks keanekaragaman mikroalga epifit termasuk dalam kategori sedang, indeks keseragaman kategori tinggi dan indeks dominansi rendah. Salinitas dan fosfat merupakan parameter yang berhubungan signifikan dengan kelimpahan mikroalga epifit. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kondisi perairan di Pulau Serangan masih tergolong bagus bagi pertumbuhan mikroalga epifit.
Karakteristik dan Distribusi Spasial Bahan Organik Pada Sedimen Dasar Perairan Teluk Pacitan Jawa Timur Alindya Eka Puspita Dewi; Zainul Hidayah; Akhmad Farid; Dwi Budi Wiyanto
Journal of Marine and Aquatic Sciences Vol 8 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jmas.2022.v08.i02.p11

Abstract

Pacitan Bay is one of the semi-enclosed waters on East Java's south coast. This area is well-known for having a large fishing port as well as a beach tourism area. The dynamics of Pacitan Bay's waters due to the influence of currents, waves, and the input of water masses from the mainland are thought to affect the characteristics of the waters' bottom sediments. The objective of this study was to map the characteristics of bottom sediments and the distribution of organic substance. This research also analyzed the relationship between sediment characteristics and the concentration of organic subtance in the sediment. The sediment's characteristics were determined using granulometric analysis, and the organic matter content was determined using the Loss of Ignition (LOI) method. The analysis results show that sandy substrates dominate the bottom sediments of Pacitan Bay by an average of 82.22%. The distribution of sandy substrate dominates the bay's north and west. Distance from the shoreline has a significant effect on organic subtance distribution (One Way ANOVA, F = 6.05; p 0.05). The organic matter content of sediments dominated by sand is lower (R2 = 0.76) compared to substrates with softer grain size (silt or mud) and tighter pores, making organic matter efficient to precipitate.
Struktur Komunitas Karang Lunak Pada Kedalaman Berbeda di Teluk Jemeluk Amed, Kabupaten Karangasem, Bali Putu Adi Prawira; Dwi Budi Wiyanto; I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa
Journal of Marine and Aquatic Sciences Vol 8 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jmas.2022.v08.i02.p16

Abstract

Reef is ecosystem in tropical waters which rich of biota constituent, with high species diversity. One of biota that compiler coral reefs are soft corals (Octocorallia, Alcyionacea). The aim of this research is to know the soft coral community structure at different depths and the influence of the limiting factors of soft corals. Soft coral data retrieval is done in 3 observation points. Each depth research carried out by installing 6 transects quadrants through 100 meter transect line parallel to the shoreline. Data retrieval of water quality carried out on site research and laboratory testing. The water quality data taken include; temperature, brightness, salinity, pH, flow velocity, DO, depth, nitrate and phosphate. Retrieving data using the soft coral community structure. The highest density values found in every station a depth of 5 meters and the lowest at each station a depth of 15 meters. According to Odum (1971), the value of diversity in the research area included in the high category of H' ? 3.0, as well as to the value of uniformity in the high category at stations 1 and 3 on each depth of H ? 0.6 and at station 2 for each depth in the low category of E ? 0.4. According to Odum (1971), the value of dominance classified in the high category of 0.75 to 1.00, which means that there are species that dominate that Sinularia flexibillis except at a depth of 15 meters which is rated as moderate dominance. The observation of the condition of the community structure is still relatively good, as the limiting factor in the study area is very suitable for soft corals.
Pemodelan Spasial Genangan Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Selatan Kabupaten Tulungagung Jawa Timur Zainul Hidayah; Sastra Ardi Agamis Ilhami; Abdurrahman As-Syakur; Dwi Budi Wiyanto; Harish Wirayuhanto
Jurnal Kelautan Nasional Vol 18, No 1 (2023): APRIL
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v18i1.10796

Abstract

Kenaikan muka air laut menjadi fenomena alam yang tidak dapat dihindari sebagai dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim. Akumulasi kenaikan muka air laut, air pasang dan penurunan muka air tanah menjadi penyebab terjadinya banjir rob. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan pemodelan spasial Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan trend kenaikan muka air laut untuk mengetahui luas genangan serta mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat banjir rob terhadap tutupan lahan di kawasan pesisir selatan Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Data pasang surut yang diambil  mulai tahun 2014 hingga tahun 2020 diolah menggunakan metode Least Square untuk mengetahui nilai harmonik pasang surut. Kecenderungan terjadinya Sea Level Rise (SLR) diketahui dengan menganalisis anomali tinggi permukaan laut dari data hasil pengukuran satelit altimetri yang berasal dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dengan cakupan data dari tahun 1992 hingga tahun 2021 untuk perairan regional Indonesia. Pemodelan spasial menggunakan SIG dilakukan untuk mengetahui luas genangan dan tutupan lahan yang terdampak. Hasil analisis menunjukkan kenaikan muka air laut rata-rata sebesar 4,3 ± 0,4 mm/tahun maka diprediksi terjadi kenaikan MSL di perairan pesisir Tulungagung dari 1,999 meter pada tahun 2020 menjadi 2,7735 meter pada tahun 2200. Luas tutupan lahan pesisir yang tergenang pada akhir pemodelan diperkirakan mencapai 139,13 Ha. Kenaikan muka air laut diperkirakan membawa dampak terhadap lingkungan pesiisr di lokasi studi, karena akan menimbulkan banjir rob yang menggenahi pesisir pantai, pemukiman sawah dan tambak.
Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Jenis Acropora formosa dan Acropora intermedia Menggunakan Metode Transplantasi Modul Rangka Spider di Perairan Pantai Lipah, Desa Bunutan Kabupaten Karangasem, Bali Basyaasyah Rahmaningrum Pettalolo; Dwi Budi Wiyanto; I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa
Journal of Marine Research and Technology Vol 7 No 1 (2024): FEBRUARI 2024
Publisher : Department of Marine Sciences, Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JMRT.2024.v07.i01.p07

Abstract

Lipah Beach holds the potential for coral reefs, although this potential is considered moderate due to anthropogenic destructive activities. The spider skeleton method has been employed as a coral rehabilitation effort at Lipah Beach. Aside from its cost-effectiveness, the spider framework also provides a waterway. The success of coral rehabilitation can be measured by assessing the growth rate and survival rate of transplanted corals. Corals of the Acropora genus, including A. formosa and A. intermedia, are known for their rapid growth and high resilience. These corals possess significant aesthetic value but are currently threatened as they continue to be traded. The primary objective of this research is to determine the growth rate and survival rate of transplanted A. formosa and A.intermedia using the spider skeleton method. The research adopts an experimental approach with direct observation. Each type of coral, A. formosa and A. intermedia, is represented by 20 fragments, totaling 40 transplanted fragments. The study spans over 4 months to monitor coral growth and survival rates, along with monthly measurements of seawater quality parameters to assess their conditions. The findings reveal that A. intermedia exhibits a growth rate of 0.81 cm per month, surpassing that of A. formosa, which measures 0.73 cm per month. Conversely, the survival rate of A. formosa is higher at 75% compared to A. intermedia at 70%. By the end of the study, 15 fragments of A.formosa and 14 fragments of A. intermedia remained viable.