Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MAJAS DALAM ACARA TALKSHOW MATA NAJWA EPISODE #MATANAJWAMENANTITERAWAN : KAJIAN LINGUISTIK TERAPAN Putri Indah Yanti
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 16 No. 01 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.323 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v16i01.31537

Abstract

ABSTRAKPengungkapan gagasan menggunakan gaya bahasa/bahasa kias (majas) pada acara talkshow biasanya bertujuan untuk membangkitkan suasana tegang dan tanggapan beragam di antara penonton, selain untuk memperindah tuturan. Ini artinya majas tidak hanya diterapkan dalam kegiatan bersastra, melainkan juga dibutuhkan pada aspek-aspek terapan sehingga akan tercipta kondisi dan atau situasi yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa tuturan-tuturan Najwa Shihab yang menggunakan banyak bahasa kias (majas) sehingga perlu dianalisis secara mendalam untuk mengetahui maksud dan tujuannya. Objek penelitian ini adalah lima tuturan Najwa Shihab dalam Acara Talkshow Mata Najwa Episode #MataNajwaMenantiTerawan yang berwujud pertanyaan yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto yang diunggah pada kanal YouTube Mata Najwa pada tanggal 28 September 2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pemandu acara talkshow Mata Najwa, Najwa Shihab kepada Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto dalam episode #MataNajwaMenantiTerawan mengandung majas yang bervariasi, yakni majas ironi, repetisi, paradoks, alegori, dan sinisme. Dari kelimanya, bisa disimpulkan bahwa majas sindiranlah yang mendominasi pertanyaan-pertanyaan Najwa Shihab pada episode tersebut yang penggunaannya difungsikan untuk mengubah perilaku seseorang/sasaran.Kata kunci: Najwa Shihab, MataNajwaMenantiTerawan, majasABSTRACT Expression of ideas using language style (figure of speech) aims to evoke a certain atmosphere and certain responses, in addition to beautifying speech. Thus, if figure of speech is applied not only in literary activities, but also in applied aspects, the expected situation conditions will be created. This research uses descriptive qualitative research methods. Descriptive research is carried out because the data collected for research is in the form of information containing research documentation and the data obtained needs to be analyzed in depth in order to get a detailed picture of the things that support the research. The object of this research is the spoken language spoken by Najwa Shihab in the Mata Najwa Talkshow Episode #MataNajwaMenantiTerawan which was uploaded on the Mata Najwa YouTube channel on September 28, 2020 with more than six million viewers. Based on the results of this study, it is known that the questions asked by the talk show host Mata Najwa, Najwa Shihab to the Minister of Health, Terawan Agus Putranto in the episode #MataNajwaMenantiTerawan contain various figures, namely irony, repetition, paradox, allegory, and cynicism. From the five, it can be concluded that satirical figure of speech dominate Najwa Shihab's questions in the episode whose use is used to change a person's / target's behavior.Keywords: Najwa Shihab, MataNajwaMenantiTerawan, majas
PENGANALOGIAN PADA LIRIK LAGU GAJAH DAN SEPATU KARYA TULUS : KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES Putri Indah Yanti
KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Vol 5, No 2 (2022): JURNAL KREDO VOLUME 5 NO 2 TAHUN 2022
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/kredo.v5i2.7174

Abstract

Penelitian ini merupakan tulisan yang meneliti tentang penganalogian benda-benda pada lirik lagu Tulus yang berujudul Gajah dan Sepatu. Metode yang dipakai adalah simak dan catat. Menyimak dan mencatat lirik lagu tersebut untuk kemudian dianalisis penggalan-penggalan liriknya melalui kajian semiotika Barthes. Dari analisis dan pembahasan,dihasilkan tiga hal, yakni pada tataran makna denotasi 1)lagu Gajah merupakan lagu yang berkisah tentang bullying terhadap anak gemuk, 2)lagu Sepatu menceritakan sepasang kekasih yang hanya bisa berdampingan tanpa bisa bersatu, pada tataran konotasi 1) Gajah dipakai untuk mem-bully anak gemuk, karena lebih populer dibanding lainnya, 2) Sepatu, sebagai sebuah benda yang mutlak berpasangan identik dengan sepasang kekasih, pada tataran mitos 1) Gajah, yang besar kalah dengan semut pada permainan suit anak-anak, 2) Sepatu, sebagai representasi pemilihan jodoh yang tepat adalah melalui bibit-bebet-bobot.
JARGON “MAMA URBAN” DALAM CHANEL TELEGRAM “CERITA VBAC (VAGINAL BIRTH AFTER CAESARIAN)” PERIODE APRIL-MEI 2021 Putri Indah Yanti
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.149 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v17i1.41140

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi bahasa yang dipakai dan bentuk dan fungsi jargon yang muncul dalam percakapan pada chanel Telegram “Cerita VBAC” yang merupakan komunitas ibu-ibu dengan riwayat melahirkan caesar di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang menganalisis data penelitian berupa kata-kata pada tuturan anggota chanel tersebut. Data penelitian diperoleh pada periode April dan Mei 2021 dengan teknik simak, kemudian dianalisis melalui deskripsi data, klasifikasi, reduksi, perbandingan, dan relasional. Dari analisis dan pembahasan, penelitian ini menghasilkan tiga hal, yakni (1) variasi bahasa yang dipakai dalam jargon “mama urban” dalam chanel Telegram “Cerita VBAC” ada dua, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, (2) bentuk jargon yang ditemukan pada penelitian ini ada empat jenis, yaitu bentuk kata jadian, akronim, singkatan, dan frasa. Dari keempat bentuk yang muncul itu, bentuk jargon yang paling dominan adalah kata jadian, (3) fungsi jargon ditemukan ada empat yakni sebagai penyegaran susana, pengungkapan sikap dan perasaan, penghalusan makna, dan penegasan identitas komunitas tertentu. Ketiga hasil penelitian di atas menjadi wujud bahwa penciptaan kata-kata baru (jargon) merupakan suatu fenomena kebahasaan yang digagas dengan membawa tujuan-tujuan tertentu.Kata Kunci: bentuk jargon, kata jadian, chanel Telegram, cerita VBACABSTRACTThis study aims to describe the variety of language used and the forms and functions of jargon that appear in conversations on the Telegram channel "Cerita VBAC" which is a community of mothers with a history of caesarean delivery in Indonesia. The research method used is descriptive qualitative which analyzes research data in the form of words in the utterances of the channel members. The research data was obtained in the period April and May 2021 using the listening technique, then analyzed, classified and described. From the analysis and discussion, this study resulted in 3 things, namely (1) the variation of the language used in the “mama urban” jargon in the Telegram channel "Cerita VBAC" there are two, namely Indonesian and English, (2) the form of jargon found in this study. There are four types, namely invented word forms, acronyms, abbreviations, and phrases. Of the four forms that emerged, the most dominant form of jargon was invented words, (3) there were four functions of jargon, namely as a refresher of the atmosphere, expression of attitudes and feelings, refinement of meaning, and affirmation of the identity of a particular community.Keywords: jargon form, invented word, Telegram channel, VBAC story
Pola Pemilihan Bahasa Kelompok Pendatang Pendalungan di Wilayah Roomo Pesisir, Gresik : Studi Etnososiolinguistik Putri Indah Yanti; Bambang Yulianto; Suhartono Suhartono
Jurnal Pendidikan Bahasa Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Pendidikan Bahasa
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/bahasa.v11i1.3794

Abstract

Tulisan ini merupakan penelitian yang mengaji tentang kode bahasa yang dipakai oleh masyarakat pendatang dari wilayah Tapal Kuda Jawa Timur yang tinggal dan menetap di wilayah Roomo Pesisir, Gresik beserta pola bahasanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Pada tahap analisis data, menggunakan teknik etnometodologi yang ada dalam Etnososiolinguistik. Penelitian ini menghasilkan tiga kode bahasa masyarakat pendatang di wilayah Roomo Pesisir, Gresik dengan rincian: 1) bahasa Indonesia; 2) bahasa Jawa (ngoko dan krama); 3) bahasa Madura (kasar), dan tujuh pola pemilihan bahasa yakni 1) Bahasa sehari-hari dalam keluarga; 2) Bahasa di sekolah/tempat kerja; 3) Bahasa dengan sesama pendatang dari daerah yang sama; 4) Bahasa pada acara (hajatan, posyandu, vaksin, pengajian, dsb.); 5) Bahasa dengan orang tua; 6) Bahasa berdasarkan etnis; 7) Bahasa berdasarkan status sosial (pendidikan/jabatan). Ketujuh pola bahasa tersebut merupakan akibat dari pergesekan penggunaan tiga bahasa oleh penutur yang sama dan dalam waktu yang sama.
Pola bahasa kelompok pendatang Pendalungan di Wilayah Roomo Pesisir, Gresik: Studi etnososiolinguistik Putri Indah Yanti; Bambang Yulianto; Suhartono Suhartono
CARAKA Vol 9 No 1 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/caraka.v9i1.12337

Abstract

Penelitian ini mengaji kode dan pola bahasa yang dipakai oleh pendatang dari wilayah Tapal Kuda. Penelitian ini menghasilkan tiga kode bahasa masyarakat pendatang di wilayah Roomo Pesisir, Gresik dan tujuh pola pemilihan bahasa dalam interaksi sehari-hari oleh masyarakat pendatang wilayah Roomo Pesisir, Gresik. Ketujuh pola pemilihan bahasa tersebut adalah (1) Bahasa sehari-hari dalam keluarga; (2) Bahasa di sekolah/tempat kerja; (3) Bahasa sesama pendatang dari daerah yang sama; (4) Bahasa pada acara; (5) Bahasa dengan orang tua; (6) Bahasa berdasarkan etnis; (7) Bahasa berdasarkan status sosial. Ketujuh pola bahasa tersebut merupakan akibat dari pergesekan penggunaan tiga bahasa dalam waktu yang sama.   Language patterns of Pendalungan migrant groups in the Roomo Pesisir area, Gresik: An ethnosociolinguistic study   Abstract: This study examines the code and language patterns used by immigrants from the Horseshoe area. This study resulted in three language codes of immigrant communities in the Roomo Pesisir region, Gresik and seven patterns of language selection in daily interactions by immigrant communities in the Roomo Pesisir region, Gresik. The seven patterns of language selection are (1) everyday language in the family; (2) Language at school/workplace; (3) The language of fellow immigrants from the same area; (4) Language at the event; (5) Language with parents; (6) Language based on ethnicity; (7) Language based on social status. The seven language patterns are the result of friction in the use of three languages at the same time.
Studi Etnososiolinguistik Pada Pola Berbahasa Masyarakat Pendalungan di Roomo Pesisir, Gresik Putri Indah Yanti; Bambang Yulianto; Suhartono
Barista : Jurnal Kajian Bahasa dan Pariwisata Vol. 9 No. 2 (2022): December
Publisher : Unit Bahasa, Politeknik Pariwisata NHI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34013/barista.v9i02.707

Abstract

This article is a study that examines the linguistic code used by the immigrant community of the Tapal Kuda area of ​​East Java, commonly known as the Pendalungan group (the result of acculturation of adult culture and Javanese culture who live and settle in coastal areas, in Roomo Pesisir Village, Gresik, along with the language patterns they produce when interacting with the local community This research is a qualitative research because it provides descriptive data in the form of written or spoken words of people and the behavior they produce that can be observed. The data collection techniques used are observation and interviews. Data analysis stage using ethnosociolinguistic techniques. This study resulted in three linguistic codes for immigrant communities in Roomo Pesisir, Gresik Regency with details: 1) Indonesian; 2) Javanese (ngoko and krama); 3) Madurese (rough) language and seven patterns of language choice in the daily interactions of the migrant community in Roomo Pesisir, Gresik Regency. The seven patterns of language choice are 1) everyday language in the family; 2) language at school/workplace; 3) talk to other immigrants from the same area; 4) Language at the time of the event (celebration, posyandu, vaccination, recitation, etc.); 5) language with parents; 6) language based on ethnicity; 7) Language according to social status (education/position). The seven language patterns are the result of friction from speakers who use three languages ​​simultaneously. Keywords: Language Code; Language Pattern; Madurese Language; Pendalungan Community Abstrak Artikel ini merupakan kajian yang mengkaji tentang kode kebahasaan yang digunakan oleh masyarakat pendatang daerah Tapal Kuda Jawa Timur yang biasa dikenal dengan kelompok Pendalungan (hasil akulturasi budaya dewasa dan budaya Jawa yang bertempat tinggal dan menetap di daerah pesisir, di Desa Roomo Pesisir, Gresik, beserta pola bahasa yang mereka hasilkan ketika berinteraksi dengan masyarakat setempat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena memberikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang dan perilaku yang mereka hasilkan yang dapat diamati. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Tahap analisis data menggunakan teknik etnososiolinguistik Penelitian ini menghasilkan tiga kode kebahasaan bagi masyarakat pendatang di Roomo Pesisir Kabupaten Gresik dengan rincian: 1) Bahasa Indonesia; 2) bahasa Jawa (ngoko dan krama); 3) Bahasa Madura (kasar) dan tujuh pola pilihan bahasa dalam interaksi sehari-hari komunitas pendatang di Roomo Pesisir, Kabupaten Gresik. Ketujuh pola pilihan bahasa tersebut adalah 1) bahasa sehari-hari dalam keluarga; 2) bahasa di sekolah/tempat kerja; 3) berbicara dengan imigran lain dari daerah yang sama; 4) Bahasa pada saat acara (perayaan, posyandu, vaksinasi, pengajian, dll); 5) bahasa dengan orang tua; 6) bahasa berdasarkan suku; 7) Bahasa menurut status sosial (pendidikan/jabatan). Ketujuh pola bahasa tersebut merupakan hasil gesekan dari penutur yang menggunakan tiga bahasa secara bersamaan pada tahun. Kata Kunci: Kode Bahasa; Pola Bahasa; Bahasa Madura; Masyarakat Pendalungan