Titin Mulyati
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbandingan Nilai PETCO2 dan PACO2 pada Pasien dengan Pemasangan Ventilasi Mekanik Baskoro Soetioputro; F. Sri Susilaningsih; Titin Mulyati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.042 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.134

Abstract

Pasien dengan ventilasi mekanik perlu dilakukan pemantauan CO2 karena berperan penting pada regulasi pernapasan dan keseimbangan asam-basa tubuh. Pemantauan CO2 dapat dilakukan dengan mengukur PaCO2 melalui analisis gas darah arteri. Pengukuran PaCO2 tidak dapat dilakukan secara kontinu sehingga perlu sering dilakukan pengambilan darah arteri yang dapat menimbulkan komplikasi. Pengukuran PETCO2 dapat memantau CO2 secara kontinu dan non invasif. PETCO2 adalah tekanan parsial CO2 ekspirasi yang diukur pada saat akhir volume tidal pernapasan. Penelitian ini bertujuan membandingkan nilai PETCO2 dan PaCO2 pada pasien dengan ventilasi mekanik di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah prospective cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 21 pasien yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data PETCO2 dicatat pada saat perawat mengambil sampel darah arteri untuk pemeriksaan analisis gas darah. Didapatkan 122 pasang data nilai PETCO2 dan PaCO2. Data yang diperoleh dianalisis dengan Bland-Altman plot. Hasil penelitian nilai PETCO2 berada pada rentang 14-67 mmHg dan nilai PaCO2 berada pada rentang 17-77 mmHg. Bias nilai PETCO2 dan PaCO2 adalah -4,6475 mmHg lebih rendah daripada estimasi nilai bias ±5 mmHg sehingga bisa diterima secara klinik. Presisi nilai PETCO2 adalah 12,7969 mmHg (limit of agreement= 1,7509; -11,0460) lebih tinggi daripada estimasi nilai presisi ±5 mmHg sehingga tidak bisa diterima secara klinik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengukuran PETCO2 tidak dapat menggantikan pengukuran PaCO2, tetapi pengukuran PETCO2 dapat digunakan untuk memperkirakan nilai PaCO2 pasien dengan ventilasi mekanik.Kata kunci: PETCO2, PaCO2, ventilasi mekanik. Comparison of PETCO2 and PACO2 Values in Patients with Mechanical VentilationAbstractPatients with mechanical ventilation need to be monitored for the CO2 value because it has an important role in regulation of respiration and body acid-base equilibrium. Monitoring of CO2 can be done by measuring PaCO2 through arterial blood gas analysis. Measurement of PaCO2 could not be done continuously so that the arterial blood are needed to be taken quite often which could cause complication. The measurement of PETCO2 can monitor the CO2 continuously and non-invasively. PETCO2 is partial pressure of CO2 expiration that is measured at the end of respiration tidal volume. This study aimed to compare the PETCO2 value and PaCO2 in patients with mechanical ventilation in GICU Dr. Hasan Sadikin Hospital. The research design was prospective cross-sectional using consecutive sampling method. The total sample was 21 patients who used mechanical ventilator in GICU Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. The PETCO2 data were recorded when the patients’ arterial blood sample were taken for blood gas analysis test. The total of 122 pair date of PETCO2 and PaCO2 values were recorded. The data were analyzed using Bland-Altman plot. The results showed that the PETCO2 value ranged from 14 – 67 mmHg and the PaCO2 values ranged from 17 – 77 mmHg. The deviation of PETCO2 and PaCo2 was -4.6475 mmHg, which is lower than the estimation of ± 5 mmHg deviation, therefore the PETCO2 measurement can be accepted clinically. The precision of PETCO2 was 12.7969 mmHg (limit of agreement = 1.7509; -11.0460) which is higher than the estimation of precision value of ±5 mmHg, therefore it cannot be accepted clinically. In conclusion, the PETCO2 measurement could not replace the PaCO2 measurement, however, PETCO2 measurement can be used to predict the value of PaCO2 for patients with mechanical ventilation.Keywords: Mechanical ventilation, PETCO2, PaCO2.
Pengaruh Foot Massage terhadap Parameter Hemodinamik Non Invasif pada Pasien di General Intensive Care Unit Anita Setyawati; Kusman Ibrahim; Titin Mulyati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.36 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i3.291

Abstract

Kondisi hemodinamik yang tidak stabil merupakan kondisi yang biasa terjadi pada pasien di General IntensiveCare Unit (GICU). Hal ini dapat disebabkan karena stresor yang berasal dari aspek fisiologis, psikologis, maupunlingkungan. Saat ini terapi yang diberikan pada pasien di GICU didominasi oleh terapi farmakologi. Sementaraberdasarkan teori keperawatan holistik, asuhan perawatan pada pasien dapat dioptimalkan dengan terapikomplementer seperti foot massage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadapparameter hemodinamik non invasif pada pasien di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Rancanganpenelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan pendekatan time series design. Jumlah sampelyang digunakan sebanyak 33 pasien dengan teknik consecutive sampling. Data penelitian dianalisis menggunakanuji Friedman dan dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh footmassage secara signifikan terhadap penurunan MAP (p<0,001), penurunan denyut jantung (p=0,002), danpenurunan frekuensi pernafasan (p<0,001); namun tidak terdapat pengaruh foot massage secara signifikanterhadap peningkatan saturasi oksigen (p=0,150). Foot massage dapat menimbulkan aktivitas vasomotor dimedula. Aktivitas vasomotor ini dapat menurunkan resistensi perifer dan merangsang saraf parasimpatisuntuk menurunkan frekuensi jantung yang selanjutnya dapat meningkatkan curah jantung sehingga membuatpengiriman dan penggunaan oksigen oleh jaringan menjadi adekuat. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapatmelakukan praktik foot massage terhadap pasien untuk melengkapi terapi farmakologi yang sudah diberikan.
Comparison of Central Venous Pressure (Cvp) Score among Patients on Mechanical Ventilator with Head of Bed (Hob) Elevation 30O; Neutral, Right, and Left Side Positions Setiyawan Setiyawan; Kusman Ibrahim; Titin Mulyati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1633.935 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v7i1.741

Abstract

Early mobilization is important for critical patients to improve cough reflexes, eliminate bronchial secretions, facilitate work of mucociliary drainage muscles, and to prevent associated pneumonia ventilators and pressure sores. However, at the same time the patient often experiences vital signs change due to fluctuating conditions. Central Venous Pressure (CVP) measurement is oftenly needed to monitor central circulatory system. Unfortunately, in the clinical setting, the patient’s position must be changed first in a 30o neutral head of bed (HoB) position rather than left or right side HoB position. This study aims to examine the differences in of CVP score among patients on mechanical ventilation at HoB position elevation 30o in a neutral, right side, and left side position. This quantitative comparative study involved 24 subjects who were recruited consecutively. Data were analyzed using ANOVA. The results showed that the mean CVP value at neutral HoB position elevation was 13.5 ± 3.96, right sight HoB elevation was 12.8 ± 4.16, and left side HoB elevation was 14.4 ± 4.17. There was a significant difference (p <0.05) among those three positions. Post hoc analysis test found the HoB position 30o neutral vs left side possition was higher and signifficantly difference with HoB elevation 30o neutral vs right side positions (p<0.05). This study suggested nurses need to consider the change of CVP values while changing patiens’ position of HoB elevation 30o neutral, right side, and left side positions. Athough there was statistically difference among three positions, in fact, the value difference was less than 1 cmH2O which clinically did not see any differences.
Manfaat Health Education pada Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS): Tinjauan Literatur Lilis Sulastri; Yanny Trisyani; Titin Mulyati
Journal of Nursing Care Vol 3, No 2 (2020): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1275.513 KB) | DOI: 10.24198/jnc.v3i2.24504

Abstract

Acute coronary syndrome (ACS) menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Health education merupakan suatu program edukasi yang diberikan oleh perawat kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan melalui peningkatan dan pemeliharaan perilaku kesehatan. Penelitian mengenai manfaat health education pada pasien ACS saat ini masih terbatas. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan untuk mengumpulkan bukti manfaat dari program health education pada pasien ACS. Tujuan dari literatur ini adalah untuk mengidentifikasi manfaat health education berdasarkan literatur. Pencarian literatur dilakukan pada database elektronik Medline, PubMed, CINAHL, PsycInfo dan Cochrane Library dengan kata kunci acute coronary syndrome AND health education. Kriteria inklusi terdiri dari: pasien dengan ACS, jenis penelitian true experiment, publish dari tahun 2014-2019 dalam Bahasa Inggris. Penilaian kualitas artikel dilakukan dengan menggunakan instrumen dari CONSORT. Hasil pencarian pertama ditemukan 6.028 artikel dan setelah dilakukan skrining serta evaluasi, didapatkan 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil tinjauan menunjukan bahwa health education terbukti efektif dalam menurunkan gejala depresi, meningkatkan self-efficacy, meningkatkan self-care dan meningkatkan quality of life pada pasien ACS. Dengan demikian, health education penting  untuk diberikan pada pasien ACS sedini mungkin sesuai dengan karakteristik, budaya, dan sumber daya yang tersedia sebagai upaya untuk meningkatkan keyakinan diri dalam melakukan perawatan mandiri