Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Studi Komparasi Keanekaragaman Benthos Di Waduk Sempor, Waduk Kedungombo dan Waduk Gajahmungkur, Jawa Tengah (Short Communication) Wibowo Nugroho Jati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 10, No 2 (2005): June 2005
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v10i2.2849

Abstract

Selama ini pengelolaan sumberdaya alam hanya didasarkan pada pemenuhan aspek ekonomi serta hubungan yang bersifat fisik (physical interrelationship). Hal ini dapat diperhatikan adanya kecenderungan pengelolaan sumberdaya alam sebatas program konservasi lingkungan fisik seperti hutan, tanah, air dan bukan pengelolaan sumberdaya alam yang bertujuan untuk keberlanjutan sumberdaya alam (natural resources sustainability). Dengan demikian maka dapat dipastikan lambat laun atau cepat akan terjadi degradasi atau penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan bencana ekologis (Hadisusanto et al., 2003).
Abundance of Giant Clam in Coral Reef Ecosystem at Pari Island: a Population Comparison of 2003's to 1984's Data Alfiani Eliata; Felicia Zahida; Wibowo Nugroho Jati; Lily M. Panggabean
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 8, No 3 (2003): October 2003
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v8i3.2859

Abstract

A survey on abundance of Giant Clam in coral reef ecosystem at PariIslandhas not been done long after the first survey on 1984. The survey itself is very important because Indonesian government has been release SK Menteri Kehutanan No. 12/Kpts-II/1987 and PP No. 7. th.1999 that states the giant clam is protected species. Indonesia has seven species of giant clam out of nine species presence in the world, i.e. Tridacna gigas, T.crocea, T. maxima, T. derasa, T. squamosa, Hippopus hippopus, and H. porcellanus (Rohmimohtarto dkk, 1987, Knop, 1996)
Produktivitas Primer Rawa Jombor, Klaten, Jawa Tengah Belinda Dian Anggraeni; Wibowo Nugroho Jati; Felicia Zahida
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 8, No 2 (2003): June 2003
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v8i2.2886

Abstract

Primary productivity of Jombor Swamp, Klaten has been assessed in order  to understand its water quality. The method used was using light-dark bottles incubated for 4 hours. Samples were taken between 6-10, 10-14 and 14-18 hour, under the depth  0.2, 1.5, and 3 m. The results showed  that productivity in April – 2.4 to 2.17 ppm, May –0.6 to 2 ppm, and June –2.1 to 3.4 ppm. The regression correlation of the productivity to phytoplankton`s density is y = -0.03 + 0.01 x and r = 0.76, productivity to light intensity is y = -5.04 + 0.01 x and r = 0.63, productivity to water depth is y = 0.56 + 0.12x and r = 0.31,  productivity to turbidity is y = 1,78 + 0.33x and r = 0.35, productivity to water temperature is y = 1.91 – 0.08x and r = 0.32, productivity to pH is y = 1.39 – 0.71x and r = 0.20,  and productivity to CO2 content is y = 1.77 – 0.11 and r = 0.29. Based on the overall findings, the water quality condition was classified as eutrophic.
Hubungan Tekstur Sedimen dengan Kemelimpahan Larva Polycentropodidae (Trichoptera) di Waduk Sermo, Kulonprogo, Yogyakarta Wibowo Nugroho Jati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 9, No 3 (2004): October 2004
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v9i3.2914

Abstract

A study on sediment texture to the abundance of Polycentropodidae’s larvae has been done in Sermo Water Reservoir, Kulonprogo, Yogyakarta. Samples have been taken in 3 rivers i.e. Ngrancah, Tegalrejo and Sidowayah. Four different depth were assessed i.e. 0 – 5 m, 5 – 10 m, 10 – 15m, and 15 – 20 m. Result showed that the larvae’s abaundance was hishest in Ngrancah river on depth of 0 – 5 m with 53 ind/m2 and lowest on Tegalrejo river on depth of 15 – 20 m with 3 ind/m2. The larvae’s abundance in every depth was characterized by sand texture and its depth.
Pengorganisasian Komunitas dalam Pembuatan Pakan Ternak Organik di Desa Sendangsari Kapanewon Pajangan,Kabupaten Bantul DIY Nindito, Stefanus; Wibowo Nugroho Jati; Suryo Adi Pramana
Jurnal Atma Inovasia Vol. 4 No. 6 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v4i6.9806

Abstract

Mitra PKM adalah kelompok petani-peternak Kelompok Tani Setyo Mandiri di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul DIY, yang telah menjadi dampingan PSHD UAJY lebih dari tiga tahun. Hal membanggakan adalah ketua kelompok tani ini menjadi petani teladan DIY yang mewakili DIY pada lomba petani teladan tingkat nasional pada 2019. Pada tahun 2018 ia menjadi juara kedua petani teladan Kabupaten Bantul. Kini, setelah lebih dari 3 tahun berbudidaya secara organik penuh dan hasil panen secara bertahap meningkat, kelompok mulai merambah penyediaan pakan ternak berfermentasi organik pada paruh kedua 2020 ini. Kendala mereka adalah ketidaksiapan peralatan, produksi massal cairan fermentasi, produksi massal pakan organik terfermentasi, ketiadaan alat perajang, wadah tampungan pakan dan penyiapan kemasan siap edar. Hingga kini mereka masih tergantung pada pakan segar yang sulit diperoleh selama musim kemarau. Ironisnya, pada saat panen mereka membiarkan jerami berlimpah tak tertangani bahkan diberikan kepada siapa pun yang menghendaki. Tanpa proses fermentasi, ketersediaan pakan siap saji tak dapat disimpan dalam waktu lama. Pakan ternak sehat diharapkan dapat menghasilkan ternak sehat, demikian pula kotoran ang akan dijadikan pupuk organik terfermentasi. Maka peternakan dan pertanian memiliki kaitan timbal-balik untuk mendukung pertanian terpadu. Di atas semua itu kesadaran hijau atas pentingnya pakan organik terfermentasi bagi kesehatan ternak, kualitas produk dan lingkungan hidup belum cukup dimiliki karena mereka tampak masih terkungkung oleh perspektif ekonomistik. Solusi yang ditawarkan adalah melakukan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, produksi POC/EM4, produksi massal pakan organik terfermentasi dan penyiapan kemasan. Solusi itu didasarkan pada kekayaan pengetahuan dan akses sumber informasi IPTEK yang dimiliki oleh Tim Pengusul. Solusi tersebut diharapkan akan menghasilkan luaran berupa produk massal larutan fermentasi (20 liter), ketersediaan alat perajang bahan pakan (1 buah), pakan organik terfermentasi (5 kwintal) dan kemasan (100 botol) sesuai dengan kebutuhan awal petani.