Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS KONDISI BONDING ANTAR LAPISAN BERASPAL SECARA TEORITIS DAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM Hariyadi, Eri Susanto; Siswosoebrotho, Bambang Ismanto; Kosasih, Djunaedi; Subagio, Bambang Sugeng
Jurnal Transportasi Vol 7, No 2 (2007)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.784 KB)

Abstract

Abstract The condition of bonding between asphalt pavement layer can influence the behaviour of pavement structure in supporting vehicle loading. In strong bonding condition, the adjacent pavement layers will act together to support pavement loading and the other way in weak bonding condition the layers will act independently with the result that stress in every layer of pavement become higher and will decrease pavement life consequently. This study described the investigation of bonding condition using teorethical model and laboratory test. Those are developed using CIRCLY5-SAP2000 Program and Modified Direct Shear Test respectively. The results shown that there is the range of bonding parameter which starting from weak bonding until full bonding using theoretical and laboratory model. Futhermore the analysis shown that ignoring bonding condition between pavement layer will become one of factors which cause early damage in pavement structure.Keywords : Bonding, Direct Shear Test, SAP2000, CIRCLY5
Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield Kosasih, Djunaedi; Fibryanto, Arie
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.293 KB)

Abstract

Abstrak. Desain struktur perkerasan kaku yang memperhitungkan volume lalu lintas pesawat udara campuran pada prinsipnya harus didasarkan pada kriteria retak lelah, seperti yang diusulkan oleh metoda PCA (Yoder, et.al., 1975). Dengan pendekatan ini, setiap pesawat udara yang melintas untuk keberangkatan dianggap akan mengakibatkan derajat kerusakan tertentu pada struktur perkerasan yang sebanding dengan tegangan lentur yang terjadi didalamnya. Di akhir masa layan rencana, setelah total kerusakan mencapai 100%, maka struktur perkerasan diasumsikan akan mengalami keretakan lelah. Kerusakan retak lelah terbentuk pada jalur lintasan roda pesawat udara desain yang harus ditentukan dengan cara coba-coba pada saat proses desain. Makalah ini menguraikan contoh proses penentuan pesawat udara desain dari 17 jenis pesawat udara tipikal yang beroperasi pada saat ini di bandar udara Juanda, Surabaya, dengan mengaplikasikan program Airfield (Kosasih, 2004). Kontribusi dari setiap jenis pesawat udara terhadap kerusakan struktur perkerasan dijelaskan secara rinci. Pengaruh dari Load Repetition Factor (LRF) yang memperhitungkan distribusi lintasan roda pesawat udara dalam arah lateral terhadap penundaan kerusakan retak lelah juga didiskusikan. Abstract. Structural design of an airport rigid pavement carrying mixed traffic should be based in principle upon fatigue cracking criterion, as stated by the PCA method (Yoder, et.al., 1975). By this approach, every departing aircraft is assumed to cause certain damage in the pavement that corresponds to the flexural stress level occurring therein. When the cumulative total damage reaches 100% in the end of its design life, the pavement is expected to experience fatigue cracking within the wheel path of a certain aircraft, which is then defined as the design aircraft. Such a design aircraft must be determined iteratively during the design process. This paper outlines a design example in determining a design aircraft out of 17 typical types of aircraft operating at present on Juanda airport of Surabaya by using program Airfield (Kosasih, 2004). The contribution of each type of aircraft on pavement structural damage is described in detail. The effect of Load Repetition Factor (LRF) to account for aircraft wander in a lateral direction of the pavement on delaying fatigue cracking is also discussed.
Analisis Aplikasi Algoritma Genetika dalam Proses Desain Struktur Perkerasan Kosasih, Djunaedi
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 2 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.912 KB)

Abstract

Abstrak. Algoritma genetika pada prinsipnya bermanfaat untuk persoalan yang sulit dipecahkan dengan menggunakan pendekatan deterministik. Meskipun demikian, makalah ini dimaksudkan hanya untuk mengexplorasi aplikasi algoritma genetika yang menggunakan pendekatan stochastic sebagai metoda alternatif dalam mencari nilai ITP (Index Tebal Perkerasan) dari model empiris yang memerlukan proses konvergensi sederhana. Kemudian, nilai ITP tersebut dibandingkan dengan yang diperoleh melalui teknik interpolasi linier yang sederhana dalam pencarian nilai konvergen. Dua proses kodifikasi solusi (i.e. nilai ITP) yang diperlukan pada algoritma genetika apakah sebagai bilangan biner (kode konvensional) atau bilangan riil (kode non-konvensional) dianalisis secara khusus, mengingat kode bilangan riil seringkali diperlukan untuk aplikasi algoritma genetika dalam bidang rekayasa transportasi. Empat parameter utama dari algoritma genetika, yaitu jumlah populasi, probabilitas pertukaran gen, probabilitas perubahan gen dan fungsi seleksi, yang dianggap paling sesuai untuk pencarian nilai ITP diusulkan dalam makalah ini.Abstract. Genetic algorithm basically is a useful tool for problems that are difficult to solve by using deterministic approaches. Despite of this, this paper is intended only to explore genetic algorithm which is based on the principle of stochastic approaches as an alternative method to calculate the structural number of a pavement from an empirical model requiring simple convergency processes. The resulting pavement structural number was then compared with that obtained from a simple linear interpolation technique in seeking for a convergence. Two codification processes of solution (i.e. structural number) performed in genetic algorithm by using binary number (conventional code) or real number (non-conventional code) were specifically studied, since the real number code is frequently used for the application of genetic algorithm in the field of transportation engineering. Four main parameters needed for genetic algorithm, i.e. population size, probability of crossover, probability of mutation and selection function, that were found to be the most appropriate for searching pavement structural number are proposed in this paper.
Analisis Metoda AASHTO’93 dalam Disain Tebal Lapisan Tambahan pada Struktur Perkerasan Lentur yang Dimodelkan Hanya Berdasarkan Lapisan Campuran Beraspal Kosasih, Djunaedi
Jurnal Teknik Sipil Vol 14, No 3 (2007)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.97 KB)

Abstract

Abstrak. Penerapan metoda analitis dalam disain struktur perkerasan lentur di Indonesia masih belum dibakukan. Sementara itu, metoda AASHTO’93, yang edisi sebelumnya menjadi referensi utama dari SNI’98 mengenai Metoda Analisis Komponen, telah membakukan alternatif prosedur disain tebal lapisan tambahan secara analitis berdasarkan modulus perkerasan yang dihasilkan dari proses back calculation terhadap data cekung lendutan. Salah satu ketentuan yang penting dalam prosedur disain ini adalah ketentuan tentang pemodelan struktur sistem 2-lapisan yang digunakan. Lapisan pertama adalah lapisan perkerasan yang merupakan gabungan dari semua lapisan campuran beraspal dan lapisan agregat; dan, lapisan perkerasan tersebut bertumpu pada tanah dasar sebagai lapisan kedua. Metoda AASHTO’93 menganggap nilai Poisson ratio yang sama untuk kedua lapisan, yaitu 0.50. Makalah ini menganalisis pengaruh dari variasi Poisson ratio pada modulus perkerasan dan pada disain tebal lapisan tambahan yang dihasilkan, dan juga menganalisis alternatif model sistem 2-lapisan yang memodelkan hanya lapisan campuran beraspal sebagai lapisan perkerasan yang bertumpu pada gabungan antara lapisan agregat dan tanah dasar sebagai lapisan kedua.Abstract. The application of an analytical overlay thickness design method for flexible pavement structures in Indonesia has not been issued as standard yet. Nonetheless, the AASHTO’93 method of which its previous edition was adopted as the main reference for the SNI’98 on Metoda Analisis Komponen has included an alternative overlay design procedure based on analytical principles by using pavement moduli resulting from back calculation process on deflection data. One important element of this design procedure is to modelling a 2-layered system structure. The first layer is to represent all pavement layers above the subgrade; and, the second layer is to represent the subgrade itself. The AASHTO’93 method assumes Poisson ratio of 0.50 for both layers. This paper analyses the effect of varying Poisson ratio on the resulting back calculated pavement moduli and on the overlay thickness design, and it also analyses an alternative 2-layered system model based only on asphalt layers as the first layer on top of granular layers and the subgrade as the second layer.
Analisis Data Lendutan Perkerasan dengan Program Backcalc untuk Sistem Struktur 2-Lapisan Kosasih, Djunaedi
Jurnal Teknik Sipil Vol 10, No 1 (2003)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1049.285 KB)

Abstract

Abstrak. Data lendutan masih umum digunakan dalam proses evaluasi kondisi struktur perkerasan, khususnya karena pengukuran lendutan dapat dilakukan secara non-destruktif. Lendutan maksimum (dmax) dan cekung lendutan yang terjadi akibat beban roda kendaraan secara teoritis dapat mencerminkan kondisi struktur perkerasan yang dinyatakan dengan modulus (E) dan konstanta poisson (μ). Makin besar nilai dmax yang terjadi, maka nilai E struktur perkerasan akan makin rendah, dan sebaliknya. Sedangkan, cekung lendutan akan menentukan distribusi nilai E untuk masing-masing lapisan perkerasan, dimana nilai E untuk lapisan yang lebih atas biasanya akan lebih besar dibandingkan dengan nilai E untuk lapisan dibawahnya. Pengaruh nilai μ terhadap hubungan antara nilai dmax dan nilai E umumnya dianggap tidak signifikan. Back Calculation merupakan proses perhitungan balik untuk mendapatkan modulus perkerasan berdasarkan data lendutan dengan mempersamakan cekung lendutan teoritis terhadap cekung lendutan yang diukur di lapangan. Namun, dari literatur dan dari hasil analisis yang telah dilakukan, cekung lendutan teoritis ternyata sulit untuk dapat dibuat tepat sama dengan cekung lendutan survai kecuali di beberapa titik pada cekung lendutan yang sengaja dijadikan target dalam melakukan proses konvergensi. Makalah ini mendiskusikan proses Back Calculation hanya untuk struktur perkerasan yang dimodelkan sebagai sistem struktur dua-lapisan dengan menggunakan program komputer BackCalc. Untuk sistem struktur dua-lapisan, konvergensi umumnya terjadi pada titik lendutan maksimum dan pada titik belok dari cekung lendutan. Disamping itu, lendutan maksimum diketahui lebih berkorelasi dengan modulus perkerasan, sedangkan lendutan titik belok lebih berkorelasi dengan modulus tanah dasar.Abstract. Deflection is still used in pavement condition evaluation, particularly because it can be measured in a non-destructive way. Maximum deflection (dmax) and its respective deflection bowl caused by the wheel load theo-retically reflect structural conditions of a pavement, expressed in terms of modulus (E) and poisson ratio (μ). The higher the value of dmax, the smaller the modulus will be. Meanwhile, deflection bowl dictates the distribu-tion of the modulus for each pavement layer, where upper layers normally have higher modulus. The effect of poisson ratio on the relationship between deflection and pavement modulus is usually assumed to be insignificant. Back calculation is a process whereby pavement modulus is to be back calculated from deflection data, in such a way, that the resulting theoretical deflection bowl is to be matched with the measured deflection bowl. However, from the literature and from the analysis carried out in this research, it was found that it would be quite difficult to obtain a perfect match between the two deflection bowls, except at few deflection points at which convergences were exercised. This paper discusses back calculation for pavement structures modeled as a two-layered system by using com-puter program BackCalc. For two-layered systems, in general, convergences occurred at the maximum deflec-tion point and at the inflection point of a deflection bowl. Whereas, maximum deflection was found to correlate better with pavement modulus, and deflection at the inflection point correlated better with subgrade modulus.
Pengembangan Model Korelasi antara Modulus Resilien dengan Modulus Dinamis untuk Campuran Stone Matrix Asphalt Suaryana, Nyoman; Subagio, Bambang Sugeng; Kosasih, Djunaedi; Sjahdanulirwan, Sjahdanulirwan
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.614 KB)

Abstract

Abstrak. Parameter yang berhubungan dengan sifat mekanistik bahan, seperti modulus kekakuan sangat diperlukan baik untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan jalan maupun untuk mengevaluasi kinerja campuran beraspal. Mengingat campuran beraspal merupakan material yang tidak bersifat elastis sempurna maka pemakaian istilah modulus elastis kurang tepat digunakan. Sebagai gantinya digunakan beberapa istilah seperti modulus resilien dan modulus dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan korelasi antara dua parameter modulus campuran beraspal tersebut, khususnya pada campuran SMA (Stone Matrix Asphalt). SMA yang digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu dengan serat selulosa sebagai bahan penstabil dan dengan asbuton butir sebagai bahan penstabil. Berdasarkan hasil pengujian pengaliran aspal (draindown) terlihat asbotun butir dapat berfungsi sebagai penstabil SMA. Nilai modulus resilien dan modulus dinamis SMA akan berkurang apabila temperatur pengujian bertambah. Sementara dengan turunnya frekwensi pembebanan maka nilai modulus resilien dan modulus dinamis akan menurun juga. Korelasi antara modulus dinamis dengan modulus resilien pada kondisi frekwensi pembebanan dan temperatur yang sama cukup baik dengan R2 = 0,97 dimana nilai modulus dinamis sekitar 0,9 dari nilai modulus resilien. Abstract. Parameters that are related to the mechanistic properties of material, such as the modulus is an important factor both for thick layers design and for pavement performance evaluation. It is well known that most paving materials are not elastic but experience some permanent deformation after each load application and term of elastic modulus inappropriate to use. Another alternative that can be used is the terms such as dynamic modulus and resilient modulus. The purpose of this research is to develop a correlation between the two modulus parameters, especially for the SMA mix (Stone Matrix Asphalt). SMA is used can be divided into two, i.e. with cellulose fibers as a stabilizer and with granular asbuton as stabilizer. Based on the results of the draindown asphalt  testing, granular asbotun can serve as a stabilizer. The value of dynamic and resilient modulus will be reduced when the temperature testing increased. While the decrease of loading frequencies will be reduced the value of dynamic and resilient modulus. Correlation between the dynamic modulus and the resilient modulus quite well with R2 = 0.97 on the same conditions of temperature and loading frequency, where the dynamic modulus value about 0.9 the resilient modulus value.
ANALISIS KONDISI BONDING ANTAR LAPISAN BERASPAL SECARA TEORITIS DAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM Hariyadi, Eri Susanto; Siswosoebrotho, Bambang Ismanto; Kosasih, Djunaedi; Subagio, Bambang Sugeng
Jurnal Transportasi Vol 7, No 2 (2007)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.784 KB) | DOI: 10.26593/jt.v7i2.1825.%p

Abstract

Abstract The condition of bonding between asphalt pavement layer can influence the behaviour of pavement structure in supporting vehicle loading. In strong bonding condition, the adjacent pavement layers will act together to support pavement loading and the other way in weak bonding condition the layers will act independently with the result that stress in every layer of pavement become higher and will decrease pavement life consequently. This study described the investigation of bonding condition using teorethical model and laboratory test. Those are developed using CIRCLY5-SAP2000 Program and Modified Direct Shear Test respectively. The results shown that there is the range of bonding parameter which starting from weak bonding until full bonding using theoretical and laboratory model. Futhermore the analysis shown that ignoring bonding condition between pavement layer will become one of factors which cause early damage in pavement structure.Keywords : Bonding, Direct Shear Test, SAP2000, CIRCLY5
HUBUNGAN RENTANG WAKTU UJI PEMADATAN DI LABORATORIUM DENGAN PARAMETER YANG DIHASILKAN MENGGUNAKAN ALAT OTOMATIS DAN MANUAL Prihatingingsih, Aniek; Sentosa, Gregorius Sandjaja; Kosasih, Djunaedi
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i1.1708

Abstract

Uji pemadatan tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan cara manual dan menggunakan alat otomatis. Cara pemadatan manual dapat diatur kecepatan pemadatannya, sedangkan alat uji otomatis periode pemadatannya hampir konstan sesuai dengan pengaturan alat otomatis yang dibuat di pabrik. Kondisi rentang waktu pemadatan ini ingin diketahui hasil akhir parameter yang diperoleh. Untuk itu contoh tanah telah diuji di laboratorium dengan kondisi yang sama tetapi menggunakan pemadatan manual dan pemadatan dengan alat otomatis. Contoh tanah diambil dari daerah Pasir Jati, Bandung, dan kemudian dipadatkan di Laboratorium dengan standar uji AASHTO T99 dan T180. Hasil perbandingan cara pengujian tersebut kemudian disajikan dalam grafik yang menghubungkan waktu dengan parameter pemadatan, yaitu kadar air dan berat isi kering. Dari hasil perbandingan tersebut secara kualitatif terlihat nilai yang diperoleh hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa rentang waktu pemadatan hampir tidak berpengaruh terhadap hasil akhir parameter yang diperoleh.
Prediksi Kerusakan Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Berdasarkan Metode HDM-4 Adnan, Septi Adnan; Subagio, Bambang Sugeng; Kosasih, Djunaedi
Journal of Applied Civil and Environmental Engineering Vol. 5 No. 1 (2025): April
Publisher : Politeknik Negeri Ujung Pandang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31963/jacee.v5i1.5411

Abstract

HDM-4 yang dikembangkan oleh World Bank (1968) dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan kerusakan perkerasan jalan di tahun awal operasi ke tahun – tahun berikutnya selama periode analisa. Kerusakan yang akan dimodelkan diantaranya yaitu kerusakan retak, ravelling, lubang, dan edge break. Pada penelitian ini data Lalulintas Harian Rata - rata, data Falling Weight Deflectometer, dan data struktur perkerasan jalan di dua lajur lambat lokasi studi akan digunakan pada model sebagai variabel dalam proses analisis. Dari data tersebut menghasilkan nilai YE4 (beban sumbu standar), YAX (jumlah sumbu kendaraan) dan nilai ITP (indeks tebal perkerasan) yang berbeda. Studi kasus penelitian berada di jalan Lohbener – Jatibarang yang merupakan jalan nasional di Provinsi Jawa Barat. Hasil analisis data kerusakan yang terjadi pada permukaan perkerasan mendekati 30% dari total luas kerusakan, sehingga dibutuhkan suatu tindakan penanganan pada jalan tersebut. Dengan menggunakan model prediksi ini, dapat memberikan informasi untuk menyusun suatu program pemeliharaan yang tepat pada kerusakan jaringan jalan.