I. Hartati
Jurusan Teknik Kimia Universitas Wahid Hasyim Semarang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EKSTRAKSI ASAM LEMAK BEBAS DARI MINYAK NABATI DENGAN PELARUT METANOL DALAM TANGKI BERPENGADUK M. E. Yulianto; I. Hartati; A. P. Siswanto
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 3, No 2 (2007)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v3i2.615

Abstract

Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sementara itu, walaupun sudah mampu mengekspor CPO ke luar negeri tetapi sampai saat ini masih mengimpor metil ester yang digunakan dalam industri cat, surfactant, dan lilin. Guna meningkatkan nilai tambah produk dari kelapa sawit dan pemenuhan metil ester bagi kebutuhan dalam negeri, perlu dilakukan suatu langkah. Konversi minyak nabati menjadi metil ester dapat dilakukan melalui reaksi transesterifikasi dengan katalis NaOH. Namun, keberadaan asam lemak bebas (free fatty acid) dalam minyak nabati ternyata menghambat reaksi di atas karena asam lemak bebas dapat mengikat Na+ sehingga memusnahkan keaktifan NaOH sebagai katalis. Untuk menghindari deaktifasi katalis dalam proses konversi minyak nabati menjadi metil ester, asam lemak bebas dalam minyak nabati harus disingkirkan lebih dahulu dengan jalan menambahkan pelarut basa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu ekstraksi dan kecepatan putar pengaduk pada ekstraksi asam lemak bebas dari minyak sawit dengan menggunakan pelarut metanol. Percobaan dilakukan dalam suatu tangki berpengaduk. Penelitian diawali dengan mempelajari pengaruh waktu ekstraksi, setelah diperoleh waktu ekstraksi yang relatif baik. Penelitian dilanjutkan dengan mempelajari pengaruh kecepatan putar pengaduk yang dilakukan pada waktu ekstraksi yang relatif baik. Dari hasil penelitian pada temperatur 50 oC, rasio perbandingan pelarut-umpan 3:1 dan konsentrasi asam lemak bebas dalam umpan 8 %, diperoleh bahwa waktu ekstraksi dan kecepatan putar pengaduk yang ralatif baik berturut-turut adalah 10 menit dan 1000 rpm. Pada kondisi ini asam lemak bebas yang tersingkir sebesar 68,93 % berat. Kata kunci: asam lemak, ekstraksi, pelarut basa.
KAJIAN HIDROLISA STARCH SAGU OLEH ENZIM GLUCOAMYLASE DAN PULLULANASE UNTUK PRODUKSI ASAM ORGANIK I. Hartati; M. E. Yulianto; L. Kurniasari; I. Riwayati
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i1.627

Abstract

Sagu merupakan sumber pati dan karbohidrat yang bisa dikembangkan menjadi aneka produk bernilai ekonomi tinggi. Meskipun Indonesia merupakan negara penghasil sagu terbesar di dunia, namun teknologi pemanfaatan sagu di Indonesia masih sangat sederhana. Salah satu potensi pengembangan starch sagu adalah sebagai bahan baku produksi asam-asam organik seperti asam sitrat maupun asam glukonat. Starch sagu memiliki kadar starch (pati) yang cukup tinggi yaitu mencapai 98.2%. Proses konversi glukosa starch sagu menjadi asam-asam organik didahului proses hidrolisa. Hidrolisa starch secara enzymatic dengan menggunakan enzyme Glucoamylase dan Pullulanase dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada proses hidrolisa starch asam. Kelebihan dari hidrolisa enzimatis antara lain konversi glukosa menjadi D glukosa lebih tinggi, biaya produksi yang lebih rendah, tidak mempengaruhi warna produk dan tidak dihasilkan endapan garam. Proses konversi starch menjadi glukosa dibagi menjadi tiga tahapan yakni gelatinisasi, liquefaction dan saccharification. Terdapat beberapa jenis enzyme yang digunakan dalam proses hidrolisa enzimatis, diantarana adalah enzyme glucoamylase dan pullulanase. Sumber dari enzim glucoamylase adalah Aspergillus niger sedangkan sumber dari enzim pullulanase adalah Basillus acidopullulyticus. Glucoamylase bekerja memecah ikatan α -1,4 α -1,6- untuk menghasilkan α –glucose dan enzim pullulanase bekerja memecah ikatan α-1,6-links untuk menghasilkan maltodextrins rantai lurus. Key words : glucoamylase, hidrolisa, pullulanase, starch sagu
INAKTIVASI ENZIMATIS PADA PRODUKSI LINAMARIN DARI DAUN SINGKONG SEBAGAI SENYAWA ANTI NEOPLASTIK I. Hartati; L. Kurniasari; M. E. Yulianto
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i2.607

Abstract

Singkong juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu merupakan salah satu sumber bahan pangan terpenting di negara-negara tropis dan negara berkembang. Saat ini Indonesia termasuk sebagai negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia. Singkong merupakan tanaman yang memiliki kandungan senyawa cyanogen. Senyawa cyanogen pada tanaman singkong berupa senyawa glukosida cyanogen yang terdiri dari linamarin dan lotaustralin. Senyawa glukosida cyanogenik pada tanaman singkong sebagian besar terakumulasi pada daun, batang dan kulit umbinya. Senyawa glukosida cyanogenik, dengan adanya enzim linamarase (β glukosidase), akan terhidrolisa menjadi acetocyanohidrin. Selanjutnya cyanohidrin akan terurai menjadi hidrogen cyanida. Linamarin memiliki sifat-sifat yang dapat menjadikannya sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antineoplastik (antikanker). Linamarin disebut juga sebagai nitrilosida yang memiliki kandungan vitamin B17 yang diharapkan pada proses hidrolisis dapat menghasilkan senyawa cytotoksik yakni HCN. Sel neoplastik (sel kanker) yang kekurangan akan enzim detoksifikasi tetapi kaya akan enzim hidrolase akan terpapar terhadap efek lethal dari cyanida yang dilepaskan oleh linamarin. Seiring dengan meningkatnya peran senyawa fitokimia dalam industri farmasi, dan mengingat ketersediaan bahan baku yang melimpah serta potensi linamarin sebagai senyawa antineoplastik, perlu dikembangkan proses produksi linamarin dari daun singkong sebagai salah satu upaya diversifikasi produk tanaman singkong dan pengadaan senyawa aktif bagi industri farmasi. Linamarin dapat diproduksi melalui proses inaktivasi enzim linamarase dan proses ekstraksi menggunakan ekstraktor inaktivasi enzim dengan solvent asam. Solven berupa larutan asam akan berfungsi ganda, menginaktivasi enzim sekaligus mengekstrak linamarin. Proses inaktivasi enzim menggunakan solvent asam diketahui memiliki beberapa keuntungan, yaitu: proses ini meringkas proses inaktivasi dan ekstraksi sekaligus serta yield yang dihasilkan lebih tinggi karena linamarin diharapkan tidak terkonversi menjadi acetocyanohid enzimatis. Kata Kunci: anti neoplastik; daun singkong; inaktivasi; linamarin
KAJIAN EKSTRAKSI MINYAK JAHE MENGGUNAKAN MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE) L. Kurniasari; I. Hartati; R. D. Ratnani
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i2.622

Abstract

Jahe merupakan salah satu hasil rempah-rempah yang cukup potensial di Indonesia. Salah satu pemanfaatan jahe yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu minyak jahe. Akan tetapi minyak jahe Indonesia sampai saat ini belum dapat memenuhi standar internasional. Minyak jahe Indonesia memiliki kadar zingiberene rendah serta nilai putar optik + (positif), sementara minyak jahe standar internasional memiliki kadar zingiberene tinggi dan nilai putar optik – (negatif). Rendahya kadar zingiberene minyak jahe Indonesia disebabkan oleh penguraian zingiberene pada proses destilasi konvensioanl dengan suhu tinggi. Zingiberene sendiri merupakan senyawa thermolabil yang mudah terurai pada suhu tinggi. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencarian alternatif proses ekstraksi minyak jahe. Salah satu proses yang ditawarkan adalah ekstraksi minyak jahe dengan menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE). Alat ini tidak menggunakan suhu tinggi serta mempunyai kontrol yang baik terhadap suhu, sehingga cocok digunakan untuk senyawa-senyawa thermolabil. Selain itu, dengan alat ini waktu ekstraksi juga relatif lebih cepat dengan yield yang tinggi serta penggunaan energi yang relatif kecil. Kata kunci : jahe, zingiberene, microwave assisted extraction (MAE)
KAJIAN MODEL MATEMATIS KINETIKA INAKTIVASI ENZIM LIPOKSIGENASE UNTUK PRODUKSI TEPUNG BIJI KECIPIR SEBAGAI TEPUNG KOMPOSIT D. K. wikanta; Mohamad Endy Yulianto; I. Hartati
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v6i1.127

Abstract

Winged bean (Psophocarpus tetragonolobus L) which its nutrition content is similar to soybean, is expected as the substitute of soybean. Winged bean can be used as source of protein by transforming it into composite flour which can be used as food product or edible film in food packaging. The utilization of winged bean is limited caused by its strong bitter beany flavour. The beany flavour is caused by the conversion of unsaturated fatty acid especially linoleate that catalyzed by lipoksigenase. In order to avoid the beany flavour, it’s urge to find an appropriate method which able to extract the oil of winged bean in the low or zero activity of lipoksigenase. In order to avoid the conversion of hydroperoxide fatty acid, we need to develop an effective extraction method which inactivate the lipoksigenase and also separate the unsaturated fatty acid in winged bean. The purpose of the present study is to develop the kinetics models of the lipoxygenation enzyme inactivation in winged bean flour production. The kinetics models can be described as first orde reaction and it is depends on pressure, temperature and water concentration. Keywords: enzyme, inactivation, winged bean
KAJIAN HIDROLISA ENZYMATIS JERAMI PADI UNTUK PRODUKSI BIOETANOL L. Kurniasari; I. Hartati; M. E. Yulianto
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i1.636

Abstract

Penggunaan bahan bakar fosil, telah menyebabkan kenaikan konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca yang lain di udara. Salah satu usaha memperkecil masalah tersebut adalah dengan penggunaan biofuel etanol sebagai penganti bahan bakar fosil. Saat ini bioetanol diproduksi dari tetes tebu,singkong maupun dari jagung. Salah satu alternatif bahan baku pembuatan bioetanol adalah biomassa berselulosa. Salah satu biomassa berselulosa dari limbah pertanian di Indonesia yang belum dimanfaatkan adalah limbah tanaman padi (jerami). Biomassa berselulosa terbentuk dari tiga komponen utama yakni selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan komponen utama yang terkandung dalam dinding sel tumbuhan dan mendominasi hingga 50% berat kering tumbuhan. Jerami padi diketahui memiliki kandungan selulosa yang tinggi, mencapai 34.2% berat kering, 24.5% hemiselulosa dan kandungan lignin hingga 23.4%. Konversi enzimatis biomassa berselulosa menjadi bioethanol melibatkan tiga langkah dasar yakni proses pretreatment, proses hidrolisa dan proses fermentasi. Proses pretreatment bertujuan mempermudah akses enzyme selulase untuk menghidrolisa selulosa menjadi monomer-monomer gula. Proses hidrolisa untuk memproduksi monomer-monomer gula dari selulosa dan hemiselulosa dapat berlangsung melalui proses hidrolisa asam maupun melalui hidrolisa enzimatis. Hidrolisa selulosa secara enzimatis memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi, konversi dan produktifitas. Hidrolisa selulosa secara enzymatis melibatkan beberapa enzyme yang berbeda. Enzyme yang disekresi dari filamentous fungi Trichordema reseei dapat mengkonversi biomassa menjadi gula. Hidrolisa selulosa secara enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yakni konversi lebih tinggi, menghasilkan produk samping yang minimal, kebutuhan energi lebih rendah dan kondisi operasi yang lebih rendah. Proses enzimatis merupakan proses bersih lingkungan. Dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable raw material) yang ekonomis dari limbah pertanian untuk proses produksi bioetanol dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Saat ini, hidrolisa enzymatis merupakan teknologi yang sangat menjanjikan guna mengkonversi biomassa menjadi gula untuk selanjutnya dikonversi menjadi bioetanol. Hidrolisa sellulosa secara enzymatis dipengaruhi beberapa variable yakni rasio enzym-substrat, rasio jerami padi-air, temperatur, pH reaksi dan waktu reaksi. Glukosa hasil hidrolisa jerami padi secara enzymatis selanjutnya difermentasi untuk menghasilkan bioethanol. Kata Kunci: Jerami, Hidrolisa, Selulosa, Enzimatis