Dyah Krisnawati
Magister Gizi Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efek Cairan Rehidrasi terhadap Denyut Nadi, Tekanan Darah dan Lama Periode Pemulihan Krisnawati, Dyah; Pradigdo, S. Fatimah; Kartini, Apoina
Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bertujuan untuk mengetahui jenis cairan rehidrasi mana yang mempercepat pemulihan setelah olahraga. Metode yang digunakan quasi eksperimen  dengan desain pretest-posttest Group Design untuk membandingkan efek rehidrasi air minum, elektrolit dan elektrolit+glukosa. Subjek adalah 20 orang atlet sepakbola di klub Mandala. Pengukuran berat badan, denyut nadi, tekanan darah sebelum dan setelah latihan fisik selama 45 menit, serta lama periode pemulihan pada pemberian tiap jenis cairan rehidrasi dilakukan 2 kali dengan interval waktu 3 hari. Variabel-variabel tersebut dibandingkan antara ke 3 jenis cairan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda Repeated Measure untuk variabel yang berdistribusi normal dan metoda Friedman untuk variabel yang tidak berdistribusi normal serta dilanjutkan dengan regresi linier berganda untuk mengontrol variabel pengganggu. Hasil penelitian menunjukkan; Ada perbedaan efek pemberian ke 3 jenis cairan rehidrasi terhadap peningkatan denyut nadi setelah latihan fisik. Cairan rehidrasi air minum menghasilkan peningkatan denyut nadi terkecil yaitu sebesar 28 kali/menit dibandingkan dengan 39 kali/menit pada pemberian cairan elektrolit dan 45 kali/menit pada pemberian cairan elektrolit+glukosa. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian 3 jenis cairan tersebut. Tidak ada perbedaan periode pemulihan denyut nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian 3 jenis cairan rehidrasi. Simpulan; pemberian cairan air minum memberikan hasil yang terbaik pada latihan fisik selama 45 menit.Kata Kunci: cairan rehidrasi; denyut nadi; tekanan darah; lama periode pemulihanAbstract This study aimed to find the best rehydration solution for recovery after exercise. The method of this research is quasy experiment with pretest-postest design study was conducted to compare the rehydration effect of water, electrolyte and glucose-electrolyte. The subjects were 20 football athletes of Mandala football club. Body weight, heart rate, blood pressure at pre and post 45 minutes exercise and the recovery period were done twice by 3 days interval for three weeks. Those measurements at 3 kinds of rehydration solutions were comparid. Analysis was conducted by repeated measure for normally distributed variables and friedman for not normally distributed variables and followed by multiple linear regresion for controlling the confounding variable. The result are; drinking water solution gave the smallest increase of heart rate (28 X/minutes) compared to electrolyte solutions (39 X/minutes) and electrolyte-glucose solutions (45 X/minutes). There were no difference in systolic and diastolic blood pressure increase after the three different rehydration solution consumption. There was no difference in the recovery period of heart rate, systolic and diastolic blood pressure after the three different rehydration solution consumption.The conclusion is drinking water showed the best effect as a rehydration solution for 45 minute exercise.Keywords: rehydration solution; heart rate; blood pressure recovery period
Efek Cairan Rehidrasi terhadap Denyut Nadi, Tekanan Darah dan Lama Periode Pemulihan Krisnawati, Dyah; Pradigdo, S. Fatimah; Kartini, Apoina
Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Vol 1, No 2 (2011): December 2011
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/miki.v1i2.2028

Abstract

Bertujuan untuk mengetahui jenis cairan rehidrasi mana yang mempercepat pemulihan setelah olahraga. Metode yang digunakan quasi eksperimen  dengan desain pretest-posttest Group Design untuk membandingkan efek rehidrasi air minum, elektrolit dan elektrolit+glukosa. Subjek adalah 20 orang atlet sepakbola di klub Mandala. Pengukuran berat badan, denyut nadi, tekanan darah sebelum dan setelah latihan fisik selama 45 menit, serta lama periode pemulihan pada pemberian tiap jenis cairan rehidrasi dilakukan 2 kali dengan interval waktu 3 hari. Variabel-variabel tersebut dibandingkan antara ke 3 jenis cairan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda Repeated Measure untuk variabel yang berdistribusi normal dan metoda Friedman untuk variabel yang tidak berdistribusi normal serta dilanjutkan dengan regresi linier berganda untuk mengontrol variabel pengganggu. Hasil penelitian menunjukkan; Ada perbedaan efek pemberian ke 3 jenis cairan rehidrasi terhadap peningkatan denyut nadi setelah latihan fisik. Cairan rehidrasi air minum menghasilkan peningkatan denyut nadi terkecil yaitu sebesar 28 kali/menit dibandingkan dengan 39 kali/menit pada pemberian cairan elektrolit dan 45 kali/menit pada pemberian cairan elektrolit+glukosa. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian 3 jenis cairan tersebut. Tidak ada perbedaan periode pemulihan denyut nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian 3 jenis cairan rehidrasi. Simpulan; pemberian cairan air minum memberikan hasil yang terbaik pada latihan fisik selama 45 menit.Kata Kunci: cairan rehidrasi; denyut nadi; tekanan darah; lama periode pemulihanAbstract This study aimed to find the best rehydration solution for recovery after exercise. The method of this research is quasy experiment with pretest-postest design study was conducted to compare the rehydration effect of water, electrolyte and glucose-electrolyte. The subjects were 20 football athletes of Mandala football club. Body weight, heart rate, blood pressure at pre and post 45 minutes exercise and the recovery period were done twice by 3 days interval for three weeks. Those measurements at 3 kinds of rehydration solutions were comparid. Analysis was conducted by repeated measure for normally distributed variables and friedman for not normally distributed variables and followed by multiple linear regresion for controlling the confounding variable. The result are; drinking water solution gave the smallest increase of heart rate (28 X/minutes) compared to electrolyte solutions (39 X/minutes) and electrolyte-glucose solutions (45 X/minutes). There were no difference in systolic and diastolic blood pressure increase after the three different rehydration solution consumption. There was no difference in the recovery period of heart rate, systolic and diastolic blood pressure after the three different rehydration solution consumption.The conclusion is drinking water showed the best effect as a rehydration solution for 45 minute exercise.Keywords: rehydration solution; heart rate; blood pressure recovery period
Implementation of The Freedom Learning Program for Prospective Primary School Teachers at Universitas Negeri Semarang: Opportunities and Challenges Fathurrahman, Moh.; Ansori, Isa; Yulianto, Sigit; Widodo, Susilo Tri; Irvan, Moh. Farizqo; Krisnawati, Dyah; Pristiwanto, Rian; Lestari, Janatun Tri
Edcomtech Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um039v8i12023p1

Abstract

AbstrakKebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan bentuk pembelajaran di perguruan tinggi yang mandiri dan fleksibel. Namun dalam pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBKM di Dinas Pendidikan Sekolah Dasar khususnya pada program pertukaran pelajar. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Sumber data penelitian adalah dosen dan mahasiswa pada perguruan tinggi mitra sebagai mata kuliah yang melakukan pertukaran mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dokumentasi, dan catatan anekdot. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif (kondensasi data, penyajian data, dan verifikasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami tantangan terkait faktor sosial budaya. Penggunaan bahasa daerah pada saat perkuliahan membuat mahasiswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Mengenai peluang, perbedaan budaya akademik yang mempengaruhi proses pembelajaran (penugasan mata kuliah, metode pengajaran, dan penggunaan teknologi) memberikan peluang bagi setiap universitas untuk dapat mengadaptasi budaya akademik yang berdampak positif. Sehingga diperlukan lebih banyak petunjuk teknis dalam pelaksanaan program pertukaran pelajar MBKM. AbstractThe Freedom Learning - Freedom Campus (MBKM) Policy is a form of learning in higher education that is autonomous and flexible. However, in implementing the program several challenges and opportunities were encountered. This study aims to describe the challenges and opportunities faced in the implementation of MBKM program in the Primary School Education Department, especially in the student exchange program. The research approach used is qualitative research with a case study research design. Sources of research data are lecturers and students at partner universities as subjects who carry out student exchanges. Data collection techniques used in-depth interviews, participatory observation, documentation, and anecdotal notes. The data analysis technique used is descriptive analysis (data condensation, data display, and verification). The results showed that most of the students experienced challenges related to socio-cultural factors. The use of regional languages during lectures makes students need time to adjust. Regarding opportunities, differences in an academic culture that affect the learning process (course assignments, teaching methods, and use of technology) provide opportunities for each university to be able to adapt an academic culture that has a positive impact. So, more technical guidelines are needed in the implementation of the MBKM student exchange program.