Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KELOMPOK REMAJA SEHAT (POLRES) DAN POS REMAJA SEHAT (POSJAS) NASYIATUL AISYIYAH RANTING KEDUNGPATANGEWU KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Rini Kristiyanti; Siti Khuzaiyah; Lia Dwi Prafitri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.198 KB)

Abstract

Permasalahan seputar kesehatan reproduksi antara lain seperti HIV, AID, PMS, Kehamilan Tidak diinginkan, gangguan haid, dll. Pada remaja, kasus permasalahan reproduksi yang seirng muncul antara lain anemia, hamil di luar nikah, aborsi, bahkan sampai pada kematian akibat aborsi yang tidak aman. Diperlukan upaya seluruh pihak agar tercapai kesehatan reproduksi yang maksimal, tidak hanya upaya dari dinas kesehatan, tetapi juga upaya dari institusi kesehatan seperti STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pepkalongan. Salah satu upaya yang bisa dikembangkan adalah dengan pembentukan kelompok remaja sehat (POLRES) reproduksi di desa-desa, sehingga dengan adanya kelompok ini akan menjadi pioner kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, terutama kesehatan reproduksi pada remaja. Kelompok ini akan semakin kuat manakala mereka memiliki pos remaja sehat (POSJAS) yang dapat dijadikan sebagai basecamp kegiatan seputar  kesehatan reproduksi. Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara bertahap melalui 4 kegiatan inti, yaitu: Penyuluhan, pemeriksaan, outbond dan sosialisasi Kelompok Remaja Sehat (POLRES) dan Pos Kesehatan Remaja Sehat (POSJAS). Pada saat pembentukan POLRES dan POSJAS akan melibatkan dan mengundang stake holder terkait (Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aparat Desa) sehinggamuncul rasa pengayoman. Kegiatan dilakukan 6 kali kunjungan selama ± 6 bulan. Kegiatan penerapan IbM pembentukan POLRES dan POSJAS di ranting Nasyiatul Aisyiyah Kedungpatangewu berjalan dengan baik. Remaja antusias dan merasa puas dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Diperlukan kegiatan lanjutan yang dapat meningkatkan kemampuan remaja nasyiatul aisyiyah dalam mengelola posko kesehatan remaja. Saran bagi institusi pendidikan , khususnya pendidikan Muhammadiyah/Aisyiyah hendaknya dapat melibatkan organisasi otonom dalam setiap kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satu organisasi otonom yang dapat dilibatkan dalam mengatasi persoalan kesehatan reproduksi adalah nasyiatul aisyiyah, ikatan pelajar muhammadiyah dan pemuda muhammadiyah.Kata Kunci: kesehatan remaja, nasyiatul aisyiyah, polres, posjas
“KELOR” COOKING CLASS: MODIFIKASI EDUKASI DALAM UPAYA PENATALAKSANAAN STUNTING Nur Chabibah; Milatun Khanifah; Rini Kristiyanti
Jurnal LINK Vol 15, No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1294.757 KB) | DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Abstract

Karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi berhubungan terhadap kejadian stunting. Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mendorong perubahan perilaku dan membekali ibu yang memiliki balita stunting dengan melakukan modifikasi edukasi yang dirancang dalam “Kelor” cooking class. Metode yang dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antopometri, penyuluhan nilai gizi daun kelor, ceramah tanya jawab, demonstrasi dan praktik memasak. Pelaksanaan kegiatan selama enam bulan, dilaksanakan Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Hasil kegiatan modifikasi edukasi dengan “Kelor“ cooking class dapat meningkatkan pengetahuan ibu dengan peningkatan rata-rata nilai 0.657 (p-value: 0.000 CI:-0.907 s.d -0.407) dan menghasilkan karya menu berupa bubur tempe kelor, pancake kelor dan kue jala saus nangka. Keseluruhan anak balita menyatakan suka dengan rasanya. Modifikasi edukasi dengan “Kelor” Cooking class” meningkatkan pengetahuan dan menarik minat memasak ibu balita. Pemberian edukasi diharapkan dapat bersifat interaktif dengan metode demonstrasi atau praktik.
EVALUASI PENCATATAN KOHORT BAYI DI WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Rini Kristiyanti; Pujiati Setyaningsih; Nuniek Nizmah Fajriyah
Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 10, No 2 (2019): JULI
Publisher : STIKES Mamba'ul 'Ulum Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.227 KB) | DOI: 10.36419/jkebin.v10i2.282

Abstract

Latar belakang: Keberhasilan upaya pelayanan kesehatan pada bayi dapat diketahui melalui cakupan pelayanan kesehatan bayi, yang didalamnya menggambarkan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kepada bayi. Kohort bayi merupakan salah satu instrumen kesehatan ibu dan anak yang merupakan sumber data tentang bayi di suatu wilayah kerja bidan. Evaluasi pencatatan kohort perlu dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana instrumen tersebut bermanfaat dan untuk menentukan program ke depan berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Tujuan: Menggambarkan evaluasi pencatatan kohort bayi di wilayah Kabupaten Pekalongan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan di wilayah kabupaten Pekalongan sejumlah 339 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling didapatkan 6 puskesmas dengan subyek penelitian sejumlah 57 orang. Pada penelitian ini menggunakan checklist yang diisi sesuai dengan hasil kohort bayi masing-masing subyek penelitian. Analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil: Item dalam kohort bayi diisi dengan lengkap sebesar 16,7% (No.urut, nama bayi, jenis kelamin, jenis kelamin, alamat, dan kondisi saat lahir), sedangkan item yang lain diisi tidak lengkap. Hasil tidak lengkap paling sering ditemui pada item NIK (93%), kematian (98,2%), masuk balita (75,4%), dan keterangan (82,5%) Simpulan: Sebagian besar (83,3%) item dalam kohort bayi belum diisi dengan lengkap oleh bidan
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN ASAP ROKOK TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASETAT) DI KABUPATEN PEKALONGAN Nina Zuhana; Wahyu Ersila; Rini Kristiyanti
Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 10, No 2 (2019): JULI
Publisher : STIKES Mamba'ul 'Ulum Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.115 KB) | DOI: 10.36419/jkebin.v10i2.291

Abstract

Latar Belakang : Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita menurut WHO menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler. Penyebab kanker ini adalah infeksi dari Human papiloma Virus (HPV).Beberapa faktor risiko yang secara tidak langsung diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan HPV sehingga terjadi lesi prakanker leher rahim meliputi status social ekonomi, factor aktivitas seksual, multiparitas, kurang menjaga kebersihan genital, merokok, riwayat kebiasaan makan makanan yang berlemak, riwayat penyakit kelamin serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lebih dari 4 tahun Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan Asap rokok terhadap hasil pemeriksaan IVA di Kabupaten Pekalongan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif Korelatif dengan rancangancross sectional. Populasipenelitianini adalah seluruhwanita usia subur di wilayah Kabupaten Pekalongan. Subyek penelitian ini seluruh wanita di wilayah Kabupaten Pekalongan yang melakukan pemeriksaan IVA di STIKES Muhammadiyah Pekajanganpada tanggal 6 Maret 2018 yang berjumlah 206 orang. Pada penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Uji Spearman rank. Hasil : Sebagian besar 77,7% wanita mempunyai kebiasaan makan dengan mengkonsumsi makanan berlemak dan berpengawet. Wanita yang terpapar asap rokok sebanyak 38,3% dan terdapat sebagian kecil wanita (4,9%) dengan hasil pemeriksaan IVA positif. Hasil korelasi dengan uji Spearman Rankdidapatkan0,340tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makandengan hasil pemeriksaan IVA dan nilai signifikansi 0,150 yang berarti tidak ada hubungan antara asap rokok dengan hasil pemeriksaan IVA Simpulan: Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dan asap rokok dengan hasil pemeriksaan IVA dg nilai p> 0,05
Inisiasi Pembentukan Demonstrasi Plot Area Kampung Kelor Untuk Pencegahan Stunting NUR Chabibah; Rini Kristiyanti; Milatun Khanifah
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.928 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.406

Abstract

Stunting can cause an influence that greatly inhibits physical, mental and thinking growth which will ultimately reduce work productivity. Previous research has shown that “Kelor” tree (Moringa oleifera) has improved the nutritional status of children with Protein Energy Malnutrition (PEM). The desire of the community to create a stunting free society needs to be supported by the active role of the institution. The purpose of this activity is to facilitate the community in the formation of kelor villages. The formation of the kelor village is expected to increase the nutritional intake of toddlers. The methods include socializing the results of research on the benefits and nutritional value of Moringa plants, approaching cross-sector partners in the formulation of cooperation in establishing kelor villages, analyzing locations, seeding stages, planting stages, maintenance stages, monitoring and evaluating activities and making follow-up plans for training in making post-harvest products. The level of community service in the form of increasing knowledge about the nutritional value and benefits of Moringa plants, the existence of cross-sector cooperation in the formation and maintenance of kelor villages, the establishment of kelor villages and increasing community skills in utilizing and processing Moringa crop yields.
KARAKTERISTIK IBU NIFAS YANG BERPANTANG MAKANAN Rini Kristiyanti; Siti Khuzaiyah
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.432 KB)

Abstract

Pantang makanan bagi ibu nifas dapat menimbulkan masalah kesehatan, sering ibu-ibu yang menyusui anak-anaknya kelihatan pucat, lesu dan kurus. Hal ini merupakan tanda bahwa makanan yang dikonsumsi tidak cukup yang akan membawa pengaruh buruk kepada ibu dan bayinya. Kebiasaan berpantang tidak hanya terhadapan salah satu makanan tetapi juga pola makan, dimana mulai menjelang malam sampai dengan pagi hari ibu nifas tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan. Kebiasaan berpantang makanan tersebut sulit dirubah karena sudah melekat pada diri masyarakat secara turun- temurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ibu nifas yang berpantang makanan meliputi usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik untuk menggambarkan usia, pendidikan, pekerjaan, kesulitas memberikan ASI, jenis kelamin anak, paritas dan alasan berpantang ibu ifas yang berpantang makanan dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling di wilayah Puskesmas Kedungwuni I dan II Kabupaten Pekalongan. Hail penelitian menunjukkan sebagian besar responden dalam rentang usia sehat sebesar 76,5%, lebih dari separuh responden berpendidikan SMP (58,8%), hampir separuh responden 47,1% tidak bekerja, lebih dari separuh multipara (64,7%), lebih dari separuh anak yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki (58,8%), masih ada sebagian kecil yang kesulitan memberikan ASI (29,4%), masih ada sebagian kecil ibu yang tidak yakin terhadap kemampuan ASI memenuhi nutrisi pada 6 bulan pertama (23,5%) dan lebih dari separuh (52,9%) ibu berpantang sudah mengetahui gizi ibu nifas tetapi takut terhadap orangtua. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat melakukan pendekatan secara interpesonal kepada ibu dan khususnya keluarga sehingga dapat menghilangkan kebiasaan berpantang makanan selama masa nifas.
1 Pengetahuan Ibu Nifas tentang Teknik Menyusui dengan kejadian putting susu lecet Nia Apriyani; Rini Kristiyanti; Sandi Ari Susiatmi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2014): Jurnal ILMU KESEHATAN (JIK)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48144/jiks.v6i1.17

Abstract

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah, di antaranya disebabkan penyebarluasan informasi mengenai ASI di antara petugas kesehatan dan masyarakat yang tidak optimal dan tehnik menyusui yang salah. Menyusui dengan tehnik yang salah dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, yang apabila tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui dengan kejadian puting susu lecet di wilayah kerja puskesmas Buaran kabupaten Pekalongan tahun 2013. Desain penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas 7 hari yang berada di  wilayah kerja puskesmas Buaran pada periode 17-30 Juni tahun 2013. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive random sampling diperoleh 36 responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil analisis data diperoleh ρ value 0.001 (ρ value < 0.05) sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui dengan kejadian puting susu lecet. Saran bagi tenaga kesehatan sebaiknya dapat memberikan edukasi laktasi pada ibu sejak masa kehamilan, terutama tentang tehnik menyusui yang benar, sehingga dapat mencegah terjadinya puting susu lecet