Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pengaruh Jenis Pelarut Pada Distilasi Ekstraktif Aseton-Metanol Reynardi Risyad Raytama; Yansen Hartanto; Herry Santoso
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2021
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v10i1.9643

Abstract

Distilasi merupakan teknik pemisahan yang paling banyak digunakan di industri kimia. Tetapi cara ini tidak bisa digunakan untuk memisahkan campuran azeotropik. Jika dijumpai campuran azeotropik maka harus menggunakan distilasi yang termodifikasi seperti distilasi ekstraktif, distilasi azeotropik heterogen dan pressure swing distillation. Pada penelitian ini akan digunakan distilasi ekstraktif yang menggunakan tambahan entrainer/pelarut untuk melarutkan salah satu komponen sehingga titik azeotrop bisa terpecah lalu kedua komponen bisa dipisahkan. Teknik ini menggunakan 2 kolom yaitu kolom distilasi ekstraktif dan kolom pemurnian. Pada kolom distilasi ekstraktif terjadi kontak antara umpan dan entrainer sedangkan pada kolom pemurnian terjadi pemisahan antara umpan dan entrainer. Pada penelitian ini akan dipelajari bagaimana pengaruh jenis pelarut terhadap distilasi ekstraktif campuran aseton-metanol. Pelarut yang digunakan adalah DMSO, klorobenzena dan air. Variabel yang diamati adalah besarnya biaya peralatan, biaya utilitas, dan Total Annual Cost (TAC) untuk campuran umpan yang sama dan kemurnian produk yang dijaga konstan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, TAC untuk pelarut DMSO memiliki nilai yang paling rendah sedangkan TAC untuk pelarut klorobenzena memiliki nilai yang paling tinggi.
KINETIKA EKSTRAKSI ZAT WARNA ANTOSIANIN DARI BUNGA ROSELLA Alvian Pratama; Yansen Hartanto; Maria Inggrid
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 2 DESEMBER 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v7i2.4120

Abstract

Penggunaan zat pewarna buatan pada makanan secara berlebihan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Pewarna alami merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna buatan. Salah satu zat warna alami yang bisa digunakan yaitu antosianin yang berwarna merah keunguan dan banyak terdapat pada tanaman di Indonesia, salah satunya yaitu rosella. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kinetika ekstraksi antosianin menggunakan pelarut larutan etanol dalam air. Penelitian ini juga mengkaji beberapa model kinetika ekstraksi untuk mengetahui model mana yang paling cocok terhadap kinetika ekstraksi antosianin. Rasio massa antara umpan dan pelarut sebesar 1 :  50 dengan kecepatan pengadukan konstan sebesar 200 rpm. Temperatur yang digunakan yaitu 30oC, 45oC, dan 60oC untuk menghindari kerusakan antosianin, dan diperoleh konstanta laju ekstraksi sebesar 0,017 , 0,020 , dan 0,032 menit-1. Kinetika ekstraksi antosianin menggunakan larutan etanol mengikuti perilaku model kinetika linear seperti yang diusulkan oleh Spiro dan Jago.
KAJIAN AWAL KEEKONOMISAN PENGGUNAAN DIVIDING-WALL PADA DISTILASI EKSTRAKTIF Henry Saputra; Matthew Setiadi; Yansen Hartanto; Herry Santoso
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 8 NOMOR 2 DESEMBER 2019
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v8i2.6535

Abstract

Penggunaan dividing-wall pada distilasi ekstraktif tidak selalu efektif dalam segi ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi dan membandingkan keekonomian proses pada distilasi ekstraktif kolom konvensional dan extractive dividing wall column (EDWC) serta melakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi keekonomisan penggunaan dividing-wall pada distilasi ekstraktif. Pada penelitian ini dilakukan simulasi 3 campuran azeotrop yaitu campuran etanol-air, aseton-metanol dan THF-etanol menggunakan perangkat lunak Aspen Plus. Model kolom distilasi yang digunakan adalah RadFrac. Simulasi kolom konvensional dan EDWC yang telah dibuat selanjutnya akan diperhitungkan biaya alat, biaya energi dan TAC. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pada campuran aseton-metanol TAC yang dihemat sebesar 9,6%, sedangkan pada campuran etanol-air biaya TAC naik sebesar 4,1% dan pada campuran THF-etanol biaya naik sebesar 16,63%. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa faktor utama yang menyebabkan penggunaan dividing-wall menjadi efektif yaitu dalam hal penggunaan jenis kukus.
SIMULASI ABSORPSI GAS CO2 DENGAN PELARUT DIETANOLAMINA (DEA) MENGGUNAKAN SIMULATOR ASPEN HYSYS Yansen Hartanto; Aditya Putranto; Stephanie Cynthia
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.453 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.893

Abstract

Gas alam mengandung beberapa kontaminan yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Kontaminan yang paling banyak dijumpai yaitu gas karbondioksida (CO2). Gas CO2 harus dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada bagian perpipaan dan memperkecil nilai kalor dari gas alam. Salah satu teknologi penghilangan gas CO2 yang paling banyak digunakan adalah proses absorpsi dengan menggunakan pelarut alkanolamina. Dalam penelitian ini pelarut yang dikaji yaitu dietanolamina (DEA). Proses absorpsi kimia ini banyak terdapat dalam simulator komersial seperti Aspen Hysys. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat akurasi model kesetimbangan gas-cair yang terdapat dalam simulator, yaitu model Kent-Eisenberg dan elektrolit NRTL. Penelitian ini juga dilanjutkan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut dan temperatur pelarut terhadap loading CO2 dan komposisi CO2 pada sweet gas. Hasil penelitian menunjukan bahwa model elektrolit NRTL merupakan model kesetimbangan gas-cair yang lebih baik untuk simulasi absorpsi gas CO2 dengan pelarut DEA. Semakin tinggi temperatur operasi maka loading CO2 makin tinggi sedangkan komposisi CO2 di sweet gas makin rendah. Semakin tinggi konsentrasi DEA maka loading CO2 dan komposisi CO2 di sweet gas makin rendah.
REACTIVE DIVIDING WALL COLUMN (RDWC) PADA PRODUKSI DIETIL KARBONAT Devina Affriani Reyga Riswandi; Michelle Tanujaya; Yansen Hartanto; Herry Santoso
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 8 NOMOR 1 JUNI 2019
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v8i1.5494

Abstract

In this era, the needs for chemicals are increasing. One of them is an additive called diethyl carbonate that is produced by the transesterification reaction of dimethyl carbonate and ethanol. To produce diethyl carbonate by conventional distillation with high purity is expensive and requires a lot of energy, so that new breakthroughs and innovations are needed to overcome this problem. The new breakthrough and innovation proposed in this study is Reactive Dividing Wall Column (RDWC). The purpose of this study is to design an RDWC model and optimize the Reactive Dividing Wall Column. In this study, Aspen Plus software was used. The operating unit model used was RadFrac. The thermodynamic model used was the UNIQUAC model. Then using the literature on reactive distillation, the data were validated. After it was valid, the data will be used to design and optimize RDWC. Variables for optimization are: number of reactive trays, number of trays with a wall, total tray number, and DMC feed location. The results showed that RDWC  for the production of diethyl carbonate produced a lower value of TAC than conventional methods. The TAC value obtained was $1,310,706,938 / year. The Reactive Dividing Wall Column design for optimum diethyl carbonate production has a total number of 24 reactive stages, a total number of 26 wall stages, 77 total stages and dimethyl carbonate feed locations on the 71st stage.
Studi Awal Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella sebagai Pewarna Kain Maria Inggrid; Adilavi Sima; Yansen Hartanto
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2020
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v9i1.8087

Abstract

Bunga rosella merupakan jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat. Kandungan pada bunga rosella yang banyak digunakan yaitu senyawa antosianin. Pada umumnya antosianin digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah penyakit seperti penyakit jantung dan kanker. Selain sebagai antioksidan, antosianin juga dapat digunakan sebagai pewarna alami.  Penggunaan pewarna alami bertujuan untuk mengurangi permasalahan terkait dengan kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan dari pemakaian zat pewarna sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan zat warna antosianin dari kelopak bunga rosella dalam pewarnaan tekstil, mempelajari pengaruh jenis dan metode mordan terhadap kadar warna yang diserap oleh kain. Zat warna diperoleh melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut air. Mordan yang digunakan yaitu FeSO4, CuSO4 dan Al2(SO4)3. Sedangkan metode yang digunakan adalah premordanting dan metamordanting. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mordan yang paling baik dalam serapan zat warna yaitu FeSO4 sedangkan metode yang paling baik adalah premordanting.
DISTILASI EKSTRAKTIF PADA PEMISAHAN ASETON DAN METANOL Yansen Hartanto; Herry Santoso; Sandy Wijaya; Andrew Mardone
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 4 DESEMBER 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.227 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i4.2505

Abstract

Distilasi merupakan proses pemisahan yang banyak digunakan pada industri kimia. Akan tetapi pemisahan ini tidak bisa digunakan untuk campuran azeotropik. Untuk memisahkan campuran ini distilasi harus dimodifikasi dengan penambahan komponen lain (entrainer) seperti distilasi azeotropik heterogen dan distilasi ekstraktif. Selain itu distilasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan dua tekanan yang berbeda seandainya titik azeotrop dipengaruhi oleh tekanan. Pada penelitian ini digunakan campuran aseton dan metanol di mana kedua komponen ini banyak dijumpai pada industri kimia karena banyak digunakan sebagai pelarut. Distilasi yang dikaji pada penelitian ini yaitu distilasi ekstraktif dan entrainer yang digunakan yaitu air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel desain yang optimum seperti jumlah tahap kolom distilasi, lokasi umpan masuk dan lokasi entrainer masuk menggunakan Aspen Plus. Fungsi objektif yang diminimumkan yaitu penjumlahan biaya kapital dan biaya operasi yang dikenal dengan Total Annual Cost (TAC). Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa kondisi optimum diperoleh saat jumlah tahap kolom distilasi pertama sebesar 70, umpan masuk pada tahap ke-61, dan entrainer masuk pada tahap ke-30. Sedangkan desain optimum kolom distilasi kedua yaitu jumlah tahap 26 dan umpan masuk pada tahap ke-13.Kata Kunci: distilasi, azeotropik, entrainer, TAC. 
Karakteristik Antioksidan pada Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Maria Inggrid; Yansen Hartanto; Jesslyn Fedora Widjaja
Rekayasa Hijau : Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrh.v2i3.2517

Abstract

ABSTRAKBunga rosella mengandung senyawa bioaktif dengan kadar antosianin yang tinggi. Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan alami, mampu menghambat radikal bebas serta dapat mencegah terjadinya degeneratif sel dan penyakit lain. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh jenis pelarut dan temperatur pada ekstraksi rosella terhadap aktivitas dan kadar antosianin. Manfaat penelitian ini adalah menerapkan hasil peneliti ekstraksi antioksidan pada rosella bagi dunia usaha. Metode penelitian terdiri dari persiapan bahan baku, ekstraksi antosianin dan analisis. Rosella yang telah dikeringkan diekstraksi masing-masing menggunakan campuran pelarut etanol:air dengan variasi 0:100, 50:50 dan 70:30 % v/v , ekstraksi dilakukan masing-masing pada temperatur 30 ˚C, 45 ˚C, dan 60 ˚C. Analisis kimia meliputi penentuan kadar antosianin dengan metode pH differensial, penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2 pikrilhidrazil). Hasil penelitian pada kondisi optimum ekstraksi adalah menggunakan pelarut etanol:air (50:50 v/v) pada temperatur 45 ˚C, kadar antosianin dan rendemen tertinggi masing-masing adalah 88,9 mg/L dan 53,2 %. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukan dengan nilai IC50 yaitu 67,3 ppm. Penentuan kestabilan antosianin dilakukan dengan memberi perlakuan termal pada temperatur 30 ˚C, 45 ˚C, dan 60 ˚C, dari persamaan Arhenius diperoleh nilai energi aktivasi 18,3 kJ/mol.Kata Kunci: Rosella, ekstraksi, pelarut, temperatur, analisis, antioksidanABSTRACTRoselle contains bioactive compounds and has high quantity of anthocyanin. Anthocyanins, including flavonoid compounds that can be used as natural antioxidants, that has the ability to inhibit free radical reaction, in human body can prevent degenerative cell and various diseases. The objective of this research is to study the effect of solvent and temperature in a batch extraction of roselle to the anthocyanin product. The benefit of this research is to give the transfer of extraction product for the benefit of industry. Method used in this research consisting of the preparation of size reduction of roselle into smallest size followed by drying process, and extraction of roselle. Extraction can be done by two variables, namely ratio ethanol and water of 0:100 ; 50:50 ; 70:30 v/v respectively and temperature of 30oC, 45oC and 60oC. Analysis anthocyanin content was evaluated by the pH differential method, and the activity of antioxidant using a method of DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). The research results can be shown that the optimum condition of temperature 45oC and ethanol water ratio of 50:50 followed by total anthocyanin of 88.9 mg/L, and yield content of 53.2%. The highest antioxidant activity indicated by IC50 value of 67.3 mg/L. The effect of temperature in a batch extraction process followed Arrhenius equation with energy activation of 18.3 kJ/mol.Keywords: Roselle, extraction, solvent, temperature, analysis, antioxidant
Brine Evaporation Modeling in WAIV System Using Penman, Priestley-Taylor, and Harbeck Models Herry Santoso; Dwiki Eka Putra; Giovanni Angelina; Yansen Hartanto; Judy Retti Bhawaningrum Witono; Kevin Cleary Wanta
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 54 No. 6 (2022)
Publisher : Directorate for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2022.54.6.9

Abstract

Indonesia is a maritime country with a vast ocean area. Indonesia has high potential to produce salt because it has a lot of saltwater resources. When sea salt is harvested, seawater evaporates from a concentration of 3.5°Be to 29°Be. Evaporation can be affected by several factors, such as air temperature, wind speed, water vapor pressure, humidity, radiation, geographical location, time interval, and season. Many modifications have been made to increase the evaporation rate in salt production. One of them is the WAIV (Wind-Aided Intensified eVaporation) method. WAIV evaporation systems utilize sunlight and wind to accelerate the evaporation rate. The modeling in this study was adjusted to the environmental conditions in the case study for which it was necessary to determine new parameter values for the existing models. The Penman, Priestley-Taylor, and Harbeck models were used. The Harbeck model has been studied in previous studies, which were used as a reference in the present study. This study first determined and then validated the parameter values obtained. A simulation of the evaporation rate was conducted in a different place, namely Kupang, East Nusa Tenggara, Indonesia using Meteorology, Climatology, and Geophysical Agency (Indonesian: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika / BMKG) data.
Budidaya maggot: solusi alternatif pengolahan limbah organik di kota Kupang, provinsi Nusa Tenggara Timur Kevin Cleary Wanta; Yansen Hartanto; Y.I.P. Arry Miryanti; Herry Santoso; Judy Retti B. Witono
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 1 (2024): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i1.22242

Abstract

Abstrak Permasalahan limbah organik merupakan hal yang kompleks untuk diselesaikan. Kondisi serupa juga dialami di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana volume limbah organiknya sangat tinggi. Selama ini, pengolahan limbah organik yang dilakukan masih belum memberikan hasil yang optimal. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengolahan limbah organik masih perlu ditingkatkan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, partisipasi, dan wawasan masyarakat dalam pengolahan limbah organik melalui budidaya maggot. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan ada dua, yaitu seminar dan pelatihan. Kegiatan ini melibatkan berbagai komunitas atau instansi terkait di Kota Kupang, seperti Dinas Lingkungan Hidup, biara, sekolah, restoran, hotel, pelajar, dan lain-lain. Keberhasilan kegiatan ini diukur melalui tahapan pre- dan post-test di mana proses evaluasi memberikan hasil yang positif. Pemahaman peserta terhadap materi meningkat tajam dari 0,98 menjadi 3,15 (dari skala 4). Lebih jauh, 80% responden juga menyatakan kesediaannya untuk menerapkan ilmu yang diberikan. Meskipun target kegiatan telah tercapai, tantangan untuk membudidayakan maggot sebagai solusi alternatif pengolahan limbah organik masih banyak. Oleh karena itu, kerja sama dan partisipasi pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat harus ditingkatkan ke depannya. Kata kunci: limbah organik; budidaya; maggot; kupang Abstract The problem of organic waste is a complex matter to solve. This condition is also experienced in Kupang City, East Nusa Tenggara (NTT) Province, where the volume of organic waste is very high. So far, the processing of organic waste that has been carried out has yet to provide optimal results. Community awareness and participation in processing organic waste still need to improve. This service activity aims to increase community awareness, participation, and insight into processing organic waste through maggot cultivation. There are two forms of activities carried out, namely seminars and training. This activity involves various communities or related institutions in Kupang City, such as the Environmental Service, monasteries, schools, restaurants, hotels, students, etc. The success of this activity is measured through the pre- and post-test stages, where the evaluation process shows positive results. The participants' understanding of the material increased sharply from 0.98 to 3.15 (on a scale of 4). Furthermore, 80% of respondents also expressed willingness to apply the knowledge provided. Even though the activity target has been achieved, there are still many challenges in cultivating maggots as an alternative solution for processing organic waste. Thus, cooperation and participation from government, industry, academics, and society must be increased in the future. Keywords: organic waste; cultivation; maggot; kupang