Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Tantangan Pendidikan Seni Rupa dan Desain Indonesia Sebuah Refleksi tentang Eksistensi 1 Dekade FSRD UK Maranatha Kusbiantoro, Krismanto
Zenit Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Zenit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The challenge of arts and design education in Indonesia refers to the issues of the significant quantity growth of schools and also students of arts and design regarding the problem of the loss of the “art and design” spirit, which is the poetic atmosphere of education. Nowadays, arts and design schools are obliged to meet all the formal administrative requirements as directed by the government. Lecturers are required to do both academic and administrative work like any other the non-arts and design schools; consequently, they are unconsciously trapped in administrative routines instead of their professional poetic acts.  Nigel Cross in “Designerly Ways of Knowing” suggests 3 cultural domains in terms of knowledge and human abilities, namely sciences, humanities and design which compromise themselves as the “head, heart and hand” aspects of education. Cross proposed design as a specific domain with regard  to its ability  to produce knowledge through the act of “creating”. Arts and design education therefore refers to a scientific education which is dominated by practical approaches as the “hand” aspect of education. In this sense, arts and design schools must be aware that the poetic atmosphere of education is very crucial not only for the lecturers but also for the students. Many efforts had been done in the first decade of the Faculty of Arts and Design at Maranatha  Christian University regarding this issue. Our arts and design education surely provides an excellent process of producing creative and  well-being persons. This paper is a reflection of what the Faculty of Arts and Design at Maranatha Christian University has done and will continuously do.   Keywords: arts and design education, poetic atmosphere of education, the “hand” aspect of education, creative and well-being persons
MODERNISASI DAN KOMERSIALISASI UMA MASYARAKAT MENTAWAI krismanto kusbiantoro
Jurnal Sosioteknologi Vol. 15 No. 2 (2016)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2016.15.02.2

Abstract

Hunian tradisional masyarakat Mentawai yang paling utama adalah uma. Bagi masyarakat Mentawai, uma bukan hanya sebuah rumah tempat tinggal biasa. Uma adalah sebuah pusat kehidupan sekaligus identitas, baik sosial maupun spiritual, dan jati diri masyarakat Mentawai. Uma merupakan bukti keterampilan masyarakat Mentawai dalam pekerjaan pertukangan. Uma dibangun tanpa paku dan hanya menggunakan sistem sambungan silang bertakik dan sistem pasak. Perkembangan jaman dan teknologi yang begitu pesat ternyata berdampak pada gubahan uma yang sedianya dibangun dengan kearifan tektonika arsitektur tradisional, sekarang menampilkan gubahan hibrid dengan tektonika modern dan bahkan bernilai komersial. Fenomena ini menarik untuk diteliti dan dipelajari guna kelestarian nilai kearifan lokal pada uma. Tulisan ini berusaha menjelaskan fenomena di atas melalui deskripsi terhadap 2 bangunan uma suatu suku di Mentawai yang satu diantaranya adalah eks-uma yang sudah ditinggalkan dan satu lagi adalah uma yang saat ini mereka gunakan namun menampilkan gubahan hibrid akibat modernisasi.   Deskipsi akan diungkapkan mencakup dimensi gubahan bentuk, sistem konstruksi, pemilihan material dan pemaknaannya. Pada akhirnya uma lebih dominan merupakan gagasan konseptual daripada entitas fisik. Fungsi dan aktivitas di uma jauh lebih penting daripada gubahan fisiknya. Oleh sebab itu modernisasi dan komersialisasi tidak terhindarkan dan justru menjadi pemberi warna baru dalam gubahan uma yang kontemporer.Kata kunci: uma, Mentawai, modern, hibrid
Festival Budaya Tionghoa untuk Meningkatkan Ekonomi dan Pariwisata Kawasan Pecinan Jamblang Elizabeth Susanti; Tessa Eka Darmayanti; Krismanto Kusbiantoro; Cindrawaty Lesmana
Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian Vol 2, No 4 (2022): December
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/dikmas.2.4.1277-1286.2022

Abstract

Kawasan Pecinan Jamblang sudah dinyatakan sebagai destinasi wisata oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon pada tahun 2019, namun kawasan ini tidak serta merta menjadi ramai dikarenakan infrastruktur dan narasi pariwisata Jamblang belum terbangun dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pengembangan wisata melalui pemahaman dan pemberdayaan masyarakat dengan potensi lokal. Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam program Kampung Bangkit adalah menggandeng dua mitra yaitu Pokdarwis Desa Jamblang dan Yayasan Dana Setia Bakti, dan memberikan workshop penyuluhan mengenai potensi pariwisata dan ekonomi kreatif dengan warga Jamblang, serta edukasi pariwisata dan budaya Pecinan Jamblang kepada siswa BPK Penabur Jamblang. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat memahami potensi yang dimiliki dalam mengembangkan ekonominya melalui produk souvenir dan makanan khas lokal, selain itu juga meningkatkan “sense of belonging” dengan terlibat dalam kegiatan yang bertemakan budaya Tionghoa.
ELEMEN ESTETIS RUMAH PERANAKAN JAMBLANG SEBAGAI RUANG EDUKASI SEJARAH DAN BUDAYA Krismanto Kusbiantoro; Tessa Eka Darmayanti; Elliati Djakaria; Latifah Nur Azizah; Fellicia Lodhita
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39273

Abstract

Aesthetic elements are frequently viewed as embellishments that can affect perception, thereby enriching the quality of a building or space. Aesthetic elements are also closely related to the course of history and culture, therefore this article aims to introduce history and culture through the presence of aesthetic elements in a Peranakan house in Jamblang, Cirebon. Based on this, data collection techniques are needed through direct observation, in-depth interviews, and literature exploration. This qualitative research is also supported by a phenomenological approach because the concept is related to culture, space, and perception. The findings of this study reveal that the introduction of history and culture can be done by "reading" the embodiment of aesthetic elements, so that become an educational space. This knowledge and learning process is one way to maintain culture and maintain local culture as a national identity.Keywords: elements, aesthetic, houses, jamblang, culture. AbstrakElemen estetis seringkali dilihat sebagai hiasan yang dapat mempengaruhi persepsi, sehingga memperkaya kualitas bangunan atau ruang. Elemen estetis juga erat kaitannya dengan perjalanan sejarah dan budaya. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan sejarah maupun budaya melalui keberadaan elemen estetis pada rumah Peranakan di Jamblang, Cirebon. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara mendalam serta eksplorasi literatur. Penelitian kualitatif ini juga didukung dengan pendekatan fenomenologi karena konsep tersebut berkaitan dengan budaya, ruang dan persepsi. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa pengenalan sejarah maupun budaya dapat dilakukan dengan “membaca” kewujudan elemen estetis sehingga menjadi ruang edukasi. Pengetahuan dan proses pembelajaran tersebut menjadi salah satu cara untuk menjaga budaya dan mempertahankan budaya lokal sebagai identitas bangsa.Kata Kunci: elemen, estetis, rumah, jamblang, budaya. Authors:Krismanto Kusbiantoro : Universitas Kristen MaranathaTessa Eka Darmayanti : Universitas Kristen MaranathaEliati Djakaria : Universitas Kristen MaranathaLatifah Nur Azizah : Universitas Kristen MaranathaFellicia Lodhita : Universitas Kristen Maranatha References: Caco, A. (2019). Pengembangan Desain Ornamen Berbasis Kearifan Lokal pada Elemen Estetis Eksterior Masjid Imaduddin Tancung Kabupaten Wajo. Prosiding Seminar Nasional LP2M UNM, 881-886.Darmayanti, T. E., & Bahauddin, A. (2019). Rebuilding Space in Peranakan House in Lasem, Indonesia: Perceived Space Concept. 651, 661.Darmayanti, T. E. (2021). Ruang Ketiga pada Gerbang Rumah Peranakan Pecinan, Lasem, Jawa Tengah, Indonesia. Kajian Kes: Rumah Peranakan Kidang Mas. PhD Dissertation:  Penang: Universiti Sains Malaysia.Darmayanti, T. E., Drajat, R. P., & Isfiaty, T. (2022). Membaca Visual Wayang Beber Sebagai Ide Perancangan Ruang. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya, 4(3), 309-317.Gustami, G. (1980). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: ASRI.Hardjasaputra, A. S. (2011). Cirebon dalam Lima Zaman. Jawa Barat: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jabar.Hastuti, D. L. (2012). Struktur dan Fungsi Desain Interior Rumah Peranakan Tionghoa di Surakarta pada Awal Abad ke-20. Pendhapa, 3(2), 64-81.Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambatan.Kusbiantoro, K et al. (2021). Hybrid Approaches in Cultural Heritage Reconstruction of Chinese Liutenant Tomb in Bandung: A Multidisciplinary Surve dalam Innovation Research in the Era of MBKM. Maharashtra: Novateur Publication.Kustedja, S. (2018). Jejak Budaya Komunitas Tionghoa di Bandung. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung.Levebfre, H. (1991). The Production of Space. New Jersey: Wiley.Lombard, D. (2000). Nusa Jawa Silang Budaya jilid II: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia.Marcella, B. S. (2014). Bentuk dan Makna Atap Kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, 10(5), 349-359.Pallasmaa, J., & Space, P. (2012). On Atmosphere: Peripheral Perception and Existential Experience. Encounters, 2, 237-251.Pelzang, R., & Hutchinson, A. M. (2018). Establishing Cultural Integrity in Qualitative Research: Reflections From a Cross-Cultural Study. International Journal of Qualitative Methods, 17(1). https://doi.org/10.1177/1609406917749702.Pratiwo, P. (1990). Ph.D. Thesis: The Transformation Of Traditional Chinese Architecture: A Way to Interpret Issues on Modernization and Urban Development on the North-Eastern Coast of Central Java – Indonesia. German: Aachen, Technische Hochschule.Reid, A. (1999). Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 jilid II. Jakarta: Yayasan Obor.Royandi, Y., Gunawan, I. V., & Halim, E.A. (2022). Analisa Bangunan dengan Pengaruh Tionghoa pada Pecinan Indramayu Jawa Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 67-73.Rusyanti, R. (2012). Interaksi Budaya pada Bentuk Rumah Pecinan Cirebon. PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 1(2), 309-324.Sunaryo, S. (2009). Ornamen Nusantara : Kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Semarang: Dahaga Price.Susanto, M . ( 2002 ) . Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.Tjahyono, G. (2002). Indonesian Heritage: Arsitektur. Jakarta: Grolier International.
Kajian Pengalaman dan Sirkulasi Ruang di Rumah Peranakan, Pecinan Jamblang: Kegiatan Penyuluhan dan Festival Tessa Eka Darmayanti; Krismanto Kusbiantoro; Elizabeth Susanti; Cindrawaty Lesmana
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Vol 9, No 1 (2023): January 2023
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/aksara.9.1.715-724.2023

Abstract

Ruang dan pengalaman tidak dapat dipisahkan, terutama jika itu terkait dengan kegiatan yang terjadi di dalamnya. Namun, umumnya ruang selalu terpisah dengan pengalaman, karena ruang dilihat sekedar area yang kebetulan ada kegiatannya. Tujuan dari artikel ini memberikan sudut pandang terbentuknya pengalaman dan ruang melalui sirkulasi aktifitas pada ruang di rumah Peranakan, Jamblang. Aktifitas yang menjadi fokus adalah acara penyuluhan serta festival yang melibatkan masyarakat lokal Jamblang. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi-naratif dengan melalukan observasi, wawancara mendalam dan mengalami kegiatan yang berkaitan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ruang tidak hanya terbentuk dari pembatas massif, sirkulasi tidak hanya melibatkan langkah-langkah individu di dalamnya dan pengalaman senantiasa terbentuk dari ruang dan aktifitas yang terjadi.
Revitalisasi Dinding Melalui Pembuatan Mural dengan Narasi Sejarah Jamblang, Cirebon: Wall Revitalization Through Making Murals with Jamblang History Narrative, Cirebon Miky Endro Santoso; Elliati Djakaria; Tessa Eka Darmayanti; Krismanto Kusbiantoro; Cindrawaty Lesmana; Irfan Nurrachman; Ferlina Sugata; Leonardo Leonardo
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2023): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v8i2.3846

Abstract

Jamblang Chinatown, Cirebon was once known as a trading city during the Dutch colonial period, as a place for buying and selling and stopping by traders from various regions through the river that flows nearby. The river is a means of transportation that brings ships from the interior of Cirebon to the Java Sea, and vice versa. However, the current situation is reversed because Jamblang is like a "dead city" that is almost forgotten. The government and the community have a dream to revive the Jamblang Chinatown area. Through this PKM activity, a team of lecturers and students of the Faculty of Fine Arts and Design at Maranatha Christian University seeks to revive Jamblang Chinatown by making murals with the surrounding community, as well as providing education as well as performances for the surrounding community through PKM activities. The attraction of making murals containing the historical value of Jamblang. The approach taken is a participatory collaborative workshop with local residents, through mentoring and education. The result achieved is a mural with the theme Mural History Jamblang, which is located on a 90-degree wall and is located in front of Vihara Dharma Rhakita, Jamblang, Cirebon Regency. They participate in the process of making murals. Other residents are interested in knowing the meaning contained in the visualization of the mural. And many are just selfies with a mural as a background. This mural-making attraction is also quite successful as one of the activities that attract public attention during the 2022 Jamblang Festival.
PEMETAAN DIGITAL UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PECINAN JAMBLANG Achmad Aprizal Ghozali; Bagus Tri Andana; Cintiya Dewanti Santoputri; Latifah Nur Azizah; Dave Vian Nurzaqi; Mohamad Nurfian Rachmat; Gyanrahma Indrajid Sofwan; Roswati; Felicia Lodhita; Cindrawaty Lesmana; Elliati Djakaria; Mohamad Irfan Nurrachman; Miky Endro Santoso; Tessa Eka Darmayanti; Krismanto Kusbiantoro; Leonardo; Ferlina Sugata
Servirisma Vol. 2 No. 2 (2022): Servirisma : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1293.341 KB) | DOI: 10.21460/servirisma.2022.22.29

Abstract

Jamblang is a village near Jamblang River in Depok District, Cirebon Regency. The area has a long history of Overseas Chinese Settlements. The Chinese Heritage in Jamblang Village becomes one of the local potentials that can be developed for tourism purposes. The Chinatown in Jamblang Village has not been well-organized and well-developed. This community service program was aimed at collecting data to develop Jamblang Village as a Chinatown tourism area. The program was divided into four phases, i.e.: phase of screening, phase of data collection, phase of data management, and phase of evaluation and follow-up. Survey and area mapping were done in collaboration with the local community as part of data and aspiration collection. Data were collected through an interview, survey, observation, direct measurement, aerial photography using Unmanned Aerial Vehicle and exhibition. The results of data collection were analyzed and processed into valuable findings, such as: Jamblang Chinatown digital mapping, and old building assessment. The findings were intended to support Jamblang as Chinatown Tourism Area.
Investigasi Visual Kelayakan Bangunan Publik di Desa Jamblang Deni Randito Siallagan; Achmad Aprizal Ghozali; Bagus Tri Andana; Cindrawaty Lesmana; Cintiya Dewanti Santoputri; Latifah Nur Azizah; Dave Vian Nurzaqi; Mohamad Nurfian Rachmat; Krismanto Kusbiantoro; Leonardo Leonardo; Ferlina Sugata
Jurnal Civronlit Unbari Vol 8, No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/civronlit.v8i1.107

Abstract

Many functional old buildings and geological condition in Indonesia are prone to disasters, hence, the investigation is needed whether those buildings are still feasible to use. Periodic inspection is one of the methods to review the buildings by standard provisions. In this study, a survey was carried out based on Permen PU No. 16/RTM/2010 and Rapid Visual Screening (FEMA P-154). Both methods were used a special form that investigates the building visually. The purpose of the study was to investigate the existing building by reviewing the damage level of building components from the structural, architectural, mechanical, and electrical aspects, as well as to seismic hazards. Based on the Minister of Public Works Regulation Number 16/RTM/2010, the results show that there are several weathered wood columns and beams, cracked walls, and many piping and electrical that are no longer functioning. Based on Rapid Visual Screening (FEMA P-154), the final value of form level 2 is 0,2 which is similar with the SMin value, which indicating that the condition of the meeting building in Jamblang Village is categorized as prone to seismic hazards, therefore, the structure strengthening is required.
PERANCANGAN BANGUNAN MODULAR PENUNJANG GREEN ECONOMY UNTUK HUNIAN RESILIENSI BENCANA Winston Halim; Krismanto Kusbiantoro; Cindrawaty Lesmana; Irena Vanessa Gunawan
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.25653

Abstract

Modular house technology is one of the creative innovations in developing work methods for building houses to achieve time and cost efficiency. Modular home manufacturing technology is a non- conventional construction process that involves modern technology and is carried out centrally and integrated in a workshop. The application of modular houses in the construction of residential houses has been carried out in various countries (Adinda, 2014) therefore, a modular house was designed with the main objective as a temporary residence for victims of natural disasters. In this study using a qualitative descriptive method, which is a research method that utilizes qualitative data or utilizes existing data and theories and is described descriptively. This modular house is designed with several advantages such as fast construction, easy delivery in terms of transportation, can be used continuously, economical, and can be built with only one person. The result of this study made a modular house using woven bamboo materials and resinous fabrics. By using a modular house folding system when construction does not require many people in construction and can be built quickly when a disaster occurs. Researchers hope that modular home innovation and the use of materials can continue to grow and can help every human need. Keywords: efficiency, concise, sustainable, portable, economical.AbstrakTeknologi rumah modular merupakan salah satu inovasi kreatif dalam rangka pengembangan metoda kerja pembangunan rumah untuk pencapaian efisiensi waktu dan biaya. Teknologi pabrikasi rumah modular merupakan proses konstruksi non-konvensional yang melibatkan teknologi modern dan dilakukan secara terpusat dan terintegerasi dalam sebuah wokshop. Penerapan rumah modular pada pembangunan rumah tinggal sudah telah dilakukan di berbagai negara (Adinda, 2014 : 15) oleh karena itu, dilakukan perancangan rumah modular dengan tujuan utama sebagai tempat tinggal sementara bagi para korban bencana alam. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif atau memanfaatkan data dan teori yang ada dan dijabarkan secara deskriptif. Rumah modular ini didesain dengan beberapa kelebihan seperti cepat dalam pembangunannya, mudah dikirim dalam hal transportasi, dapat digunakan secara terus- menerus, ekonomis, dan dapat dibangun hanya dengan satu orang. Hasil penelitian ini dibuat sebuah rumah modular dengan menggunakan material anyaman bambu dan kain yang diresin. Dengan menggunakan sistem lipat rumah modular saat pembangunannya tidak membutuhkan banyak orang dalam pembangunannya dan dapat dibangun dengan cepat saat terjadi sebuah bencana. Peneliti berharap inovasi rumah modular dan penggunaan material dapat terus berkembang dan dapat membantu setiap kebutuhan manusia. Kata Kunci: efisiensi, ringkas, berkelanjutan, portabel, ekonomis.Authors:Winston Halim : Universitas Kristen MaranathaKrismanto Kusbiantoro : Universitas Kristen MaranathaCindrawaty Lesmana : Universitas Kristen MaranathaIrena Vanessa Gunawan : Universitas Kristen Maranatha
Implementasi Budaya Tionghoa pada Perancangan Masterplan Museum Peranakan Tionghoa Yayasan Dana Sosial Priangan Darmayanti, Tessa Eka; Suhanjoyo, Shirly Nathania; Gunawan, Irena Vanessa; Kusbiantoro, Krismanto; Fortino, Edbert Theo
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Vol 10, No 1 (2024): January 2024
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/aksara.10.1.1-10.2024

Abstract

Museum adalah tempat untuk menyimpan, merawat sekaligus menyajikan benda hasil budaya dan pemikiran manusia yang bersifat pelestarian dan bertujuan untuk edukasi maupun yang berkaitan dengan pariwisata. Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) yang berpusat di Bandung sebagai lembaga sosial telah banyak melakukan berbagai pelayanan sosial dan mengelola berbagai sumber bantuan para dermawan untuk masyarakat yang membutuhkan. YDSP tidak hanya fokus pada kegiatan sosial, namun memiliki kepedulian dengan pelestarian dan keberlangsungan budaya Tionghoa di Indonesia dengan misi persatuan dan kesatuan bangsa yaitu mendirikan museum yang masih satu lokasi dengan gedung pelayangan Kesehatan. Oleh karena itu, tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah melakukan perancangan interior museum yang akan dipindahkan ke bangunan baru yang lebih akomodatif. Kegiatan perancangan interior museum ini sekaligus memberikan gambaran serta pemahaman tentang desain interior kepada pengurus yayasan supaya tepat diterapkan di area baru. Pelaksana pengabdian sekaligus penelitian mengenai museum dan budaya Tionghoa ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari Program Sarjana Desain Interior, Arsitektur dan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Hasil dari kegiatan pengabdian adalah rancangan interior museum dengan tema budaya Tionghoa.