Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERMAINAN BAHASA PADA HUMOR CAK LONTONG (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik) Kusno, Ali
Lingua Vol 10, No 2 (2014): July 2014
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permaian bahasa dalam sosiolinguistik pada prinsipnya untuk bercanda dan menimbulkan efek humor. Pengunaan permainan bahasa pada humor Cak Lontong dalam berbagai kesempatan memiliki  kekhasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permainan bahasa humor Cak Lontong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Permainan bahasa humor Cak Lomtong meliputi: pertama, penggunaan permainan logika/penalaran, yakni menggunakan penalaran Induktif generalisasi, penggunaan analogi yang salah, dan penggunaan silogisme yang salah. Kedua, menciptakan permainan peribahasa, meliputi kreasi dengan substitusi bunyi, kreasi dengan substitusi kata dan frase, kreasi dengan penggantian suku kata, permainan argumen atas sebagian atau seluruh peribahasa, kreasi penambahan kata, kreasi penghilangan dan penambahan, kreasi dengan pembalikkan dan substitusi, kreasi dengan kontaminasi dua peribahasa atau lebih. Ketiga, plesetan bahasa survei dan riset. Keempat,  permainan sinonim dan antonim.  Kelima, menggunakan anekdot. Keenam, menggunakan gaya bahasa berbagai majas di antaranya litotes, ironi, maupun personifikasi. Ketujuh, memainkan logika fakta yang demikian adanya. Kedelapan, memanfaatkan makna denotasi dan konotasi. Kesembilan, permainan kata-kata motivasi.  This research aims to describe Cak Lontong’s humorous language games since he uses them in different chances which have uniqueness. Language game in Sociolinguistics is principally for making jokes and emerging humorous effect. This research applies descriptive qualitative method. Cak Lontong’s humorous language plays include, first, using of logic game, that is using generalization inductive, wrong analogy, and wrong syllogism; second, creating proverb games which include a creation of sound substitution, a creation of word and phrase substitution, a creation of syllable replacement, argument games of a part or a full of proverb, a creation of word addition, a creation of word elimination and addition, a creation of inversion and substitution, a creation of two or more proverb contaminations; third, language slang (plesetan) of survey and research; fourth, synonymous and antonymous games; fifth, using anecdote; sixth, using various figures of speech, such as litotes, irony, or personification; seventh, playing factual logic of what it is; eighth, utilizing denotative and connotative meanings; ninth, motivation word games.  
KARAKTERISTIK GAYA BAHASA KRITIKAN RIZAL RAMLI: KAJIAN ANALISIS WACANA Kusno, Ali
Aksara Vol 28, No 2 (2016): Aksara, Edisi Desember 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.157 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v28i2.131.197-212

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik gaya bahasa kritikan Rizal Ramli. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi dengan teknik catat. Sumber data berupa dokumen, yaitu tuturan kritikan Rizal Ramli yang dimuat dalam media cetak atau pun media daring. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan teknik interpretatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori wacana kritis. Hasil dan pembahasan penelitian menunjukkan bahwa karakteristik gaya bahasa kritikan Rizal Ramli adalah gaya bahasa sederhana, metafora, personifikasi, ironi, dan sarkasme. Gaya bahasa sederhana dan berbagai gaya bahasa kiasan kritikan Rizal Ramli tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat. Meskipun tegas dan cenderung ceplas-ceplos, kritikan Rizal Ramli masih dalam batas kesantunan. Akan tetapi, dalam konteks pemerintahan hal itu menimbulkan persepsi bahwa sinergi antarmenteri di kabinet tidak berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian itu disimpulkan bahwa karakteristik gaya bahasa Rizal Ramli dapat memengaruhi keputusan Presiden Jokowi untuk menggantinya dari jabatan Menko Maritim dan Sumber Daya. 
PERMAINAN BAHASA PADA HUMOR CAK LONTONG (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik) Kusno, Ali
Lingua Vol 10, No 2 (2014): July 2014
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permaian bahasa dalam sosiolinguistik pada prinsipnya untuk bercanda dan menimbulkan efek humor. Pengunaan permainan bahasa pada humor Cak Lontong dalam berbagai kesempatan memiliki  kekhasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permainan bahasa humor Cak Lontong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Permainan bahasa humor Cak Lomtong meliputi: pertama, penggunaan permainan logika/penalaran, yakni menggunakan penalaran Induktif generalisasi, penggunaan analogi yang salah, dan penggunaan silogisme yang salah. Kedua, menciptakan permainan peribahasa, meliputi kreasi dengan substitusi bunyi, kreasi dengan substitusi kata dan frase, kreasi dengan penggantian suku kata, permainan argumen atas sebagian atau seluruh peribahasa, kreasi penambahan kata, kreasi penghilangan dan penambahan, kreasi dengan pembalikkan dan substitusi, kreasi dengan kontaminasi dua peribahasa atau lebih. Ketiga, plesetan bahasa survei dan riset. Keempat,  permainan sinonim dan antonim.  Kelima, menggunakan anekdot. Keenam, menggunakan gaya bahasa berbagai majas di antaranya litotes, ironi, maupun personifikasi. Ketujuh, memainkan logika fakta yang demikian adanya. Kedelapan, memanfaatkan makna denotasi dan konotasi. Kesembilan, permainan kata-kata motivasi.  This research aims to describe Cak Lontong’s humorous language games since he uses them in different chances which have uniqueness. Language game in Sociolinguistics is principally for making jokes and emerging humorous effect. This research applies descriptive qualitative method. Cak Lontong’s humorous language plays include, first, using of logic game, that is using generalization inductive, wrong analogy, and wrong syllogism; second, creating proverb games which include a creation of sound substitution, a creation of word and phrase substitution, a creation of syllable replacement, argument games of a part or a full of proverb, a creation of word addition, a creation of word elimination and addition, a creation of inversion and substitution, a creation of two or more proverb contaminations; third, language slang (plesetan) of survey and research; fourth, synonymous and antonymous games; fifth, using anecdote; sixth, using various figures of speech, such as litotes, irony, or personification; seventh, playing factual logic of what it is; eighth, utilizing denotative and connotative meanings; ninth, motivation word games.  
BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM CERAMAH KEAGAMAAN Kusno, Ali; Rahman, Abd.
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 11, No 2 (2016): LiNGUA
Publisher : Laboratorium Informasi & Publikasi Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.279 KB) | DOI: 10.18860/ling.v11i2.3502

Abstract

religious lecture is the effective means of propaganda for direct interacting to the worshipers. Unfortunately, there are some lecturers who do not pay attention to the politeness principle in the preaching. One lecturer who often causes controversy is GN. GN lectures on several occasions, such as lectures in churches, sparked debate and a negative response from the other speaker. This research is to reveal the forms of principle courtesy violation in discourse. This research used descriptive qualitative research with discourse analysis approach. The analysis showed the forms of the offense of direct criticism (menohok hearer) with a word or phrase that is abusive, speech-driven sense of emotion, intent cornered hearer, the charges on the basis of suspicion, protective of opinions, attack the personal aspect, and the spread of hatred. The forms of violations that included part of the Approbation Maxim. It can be concluded that the conflict (linguistic and social) can be triggered by a lecture, disregarding the principle of modesty. Linguistic conflict, like debate between lecturers, would arise not because of the debate the substance of propaganda, but the attack triggered a personal aspect and spreading hatred. Conflicts are likely to occur when the violation of the principle of courtesy is still ongoing. The negative impact of the conflict would be stronger if it involves an object or group of people with different religious and ethnic.
ANALISIS WACANA PERCAKAPAN WARGA DALAM GRUP FACEBOOK BUBUHAN SAMARINDA: IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK SOSIAL Kusno, Ali
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 19, No 1 (2017)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.449 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v19i1.391

Abstract

Samarinda, the capital city of East Kalimantan province are inhabited by various ethnic groups. Friction between residents and groups are frequent. Small conflict between residents involving different ethnic groups may widen into conflict of ethnic, religion, race, and inter group relationship called SARA. This study aims to identify potential conflicts with SARA nuances in Samarinda city through citizens’ conversation discourse in Facebook group called ‘Bubuhan Samarinda’ (FBS). Identification of conversation was analyzed through FBS group. The FBS discourse represents the issue within Samarinda citizens. On the contrary, the opinion within FBS group influences citizens’ life. This paper used critical discourse analysis from Fairclough. The data were gathered from the discourse conversation among FBS group members. The result shows that the conversations tend to use primordial statement dominated by ethnic factor. The primordialism sounds like propaganda of one ethnic group. There are the provocations of conflict between indigenous and the migrants, that shows social jealousy. There is also a stigma that immigrants only exploit the wealth of Borneo, which becomes a main problem in Samarinda. The potential violence arises from the existence of ethnic organization. Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang dihuni oleh beragam suku. Gesekan-gesekan antarwarga dan kelompok sering terjadi. Konflik kecil antarwarga melibatkan kesukuan dapat melebar ke konflik SARA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi konflik bernuansa SARA di Kota Samarinda melalui wacana percakapan warga dalam grup Facebook ‘Bubuhan Samarinda’ (FBS). Identifikasi percakapan warga melalui grup FBS.Wacana yang terbentuk dalam FBS merepresentasikan isu yang berkembang dalam kehidupan warga Kota Samarinda. Begitu pula sebaliknya, opini yang terbentuk dalam grup FBS mempengaruhi kehidupan warga. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough.Data penelitian diambil dari wacana percakapan anggota grup FBS. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya potensi konflik bernuansa SARA yang didominasi faktor kesukuan. Hal itu didukung oleh tingginya primordialisme warga. Munculnya propaganda bahwa suku tertentu harus disegani. Adanya provokasi antara suku asli dengan pendatang yang lebih banyak dipicu kecemburuan sosial. Terbentuknya stigma bahwa pendatang menjadi biang masalah di Kota Samarinda karena hanya mengeksploitasi kekayaan Kalimantan. Potensi kekerasan menguat karena keberadaan organisasi massa yang mendasarkan pada kesukuan.
Kesantunan Bertutur oleh Orang Tua kepada Anak di Lingkungan Rumah Tangga Kusno, Ali
Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan Dinamika Ilmu Vol 14 No 1, June 2014
Publisher : IAIN Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.072 KB) | DOI: 10.21093/di.v14i1.5

Abstract

Provoking a model of politeness for their children, parent need to consider some principles of politeness. They are: maxim of wisdom, maxim of philanthrophy, maxim of appreciation, maxim of simplicity, maxim of democracy, and maxim of sympaty. Parent sometimes use the imperative utterances to their children. The usage of linguistics politeness of imperative utterances to the children need to consider the principles of politeness in using the imperative utterances. Some techniques can be applied to create a polite utterance, they are: the usage of adequate duration, the usage of appropriate sequence of the utterance, the intonation and gestures and, the usage of politeness markers.
Pelanggaran Kesopanan dalam Ceramah Habib Bahar Bin Smith (The Violation of the Politeness Principle in Habib Bahar Bin Smith's Lecture) Kusno, Ali
JALABAHASA Vol 15, No 1 (2019): JALABAHASA
Publisher : Balai Bahasa Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36567/jalabahasa.v15i1.321

Abstract

Salah satu penceramah yang mendapat perhatian publik karena bergaya provokatif adalah Habib Bahar bin Smith. Penelitian ini untuk mengungkapkan pelanggaran kesopanan dalam ceramah Habib Bahar. Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan analisis dokumen. Sumber data yaitu tuturan ceramah Habib Bahar yang diunggah di Youtube. Penelitian ini menggunakan pragmatik. Sedangkan teknik analisa data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  pernyataan-pernyataan dalam ceramah Habib Bahar terbukti melanggar prinsip kesopanan. Habib Bahar mengungkapkan bahwa Jokowi seorang penghianat bangsa. Itu melanggar prinsip maksim kearifan dan  maksim pujian. Habib Bahar juga menyebut Presiden Jokowi seperti banci. Itu melanggar prinsip maksim kearifan  dan  maksim pujian. Habib Bahar berpandangan bahwa Presiden Jokowi tidak pantas menjadi presiden karena mantan tukang mebel. Habib Bahar dalam rekaman ceramahnya menyatakan bahwa Presiden Jokowi sebagai seoorang penghianat bangsa. Itu melanggar prinsip maksim kearifan dan maksim pujian. Pernyataan Habib Bahar penuh dengan kecaman dan tanpa ada unsur apresiasi dan pujian kepada pihak Jokowi. Habib Bahar menganggap Jokowi mengingkari janji. Itu melanggar prinsip maksim kearifan. Pernyataan Habib Bahar juga tidak berdasarkan data pendukung. Selain itu, pelanggaran prinsip maksim pujian. Habib Bahar dalam pernyataan tersebut mempertanyakan program kesejahteraan rakyat yang dijalankan pemerintah. Habib Bahar mempertanyakan kesejahteraan hadirin. Habib Bahar berpandangan bahwa kemakmuran bukan untuk rakyat, tetapi untuk asing. Berdasarkan data tersebut, penyataan Habib Bahar melanggar prinsip kesopanan, yakni pelanggaran prinsip maksim kearifan dan maksim pujian.  
PERBANDINGAN PESAN POLITIK DALAM KONFERENSI PERS JOKOWI DAN PRABOWO PASCA PENDAFTARAN CAPRES 2019 Kusno, Ali
SUAR BETANG Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.961 KB) | DOI: 10.26499/surbet.v14i1.99

Abstract

Presidential and vice presidential candidates, Joko Widodo-Ma?ruf Amin and Prabowo-Sandi have been officialy registered as president and vice president candidates for Indonesia Presidential Election 2019. Both of president candidates gave a political speeches after registering at the KPU. Those speeches become a representation of their perception regarding presidential election 2019. That is why it is so important to reveal their political speech. This research used Fairclough?s critical discourse analysis. They both realize if the registration for presidential election just for the importance of Indonesian. Prabowo just give a different emphasis about KPU which have to guard the presidential election of 2019 that free from cheating. That point based on consideration if Prabowo as the president candidate who ever lose in presidential election of 2014 and has an argument if the defeat caused by cheating. Unfortunately, the commitment of pair of presidential and vice presidential candidate is still far from hope. The fact is everyday the community get a treated of bad political. Political that abuse each other and emmity. There is a parts who played the issues SARA to catch a sympathy the electors to get a dominance. 
MAKNA BAHASA PROPAGANDA DALAM WACANA (SPANDUK DAN BALIHO) TUNTUTAN OTONOMI KHUSUS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Kajian Semiotik) Kusno, Ali
PAROLE: Journal of Linguistics and Education Volume 5 Number 1 April 2015
Publisher : Master Program in Linguistics, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.636 KB) | DOI: 10.14710/parole.v5i1.40-49

Abstract

The study aims to analyze the use of propaganda discourse of  special autonomous province of East Kalimantan. Propaganda using the power of manipulation and deception message dazzling as a means of negotiation with the aim of convincing people to embrace a stream, attitude, or direction of certain actions. Framework in this study primarily using semiotic Roland Barthes. The method used in this study is semiotics Barthes with devices on denotative, connotative, and myths. Data of this research is the use of language on banners and billboards special autonomy Kaltim. Meaning of the first and second generate a third meaning that as one of the East Kalimantan province in Indonesia's rich natural resources. Penelitian bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa propaganda wacana otonomi khusus Provinsi Kaltim. Propaganda menggunakan manipulasi dan daya tipuan pesan yang mempesona sebagai sarana negosiasi dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini utamanya menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika Barthes dengan perangkat mengenai denotatif, konotatif, dan mitos. Data penelitian ini berupa penggunaan bahasa pada spanduk dan baliho otonomi khusus Kaltim. Makna pertama dan kedua menghasilkan makna ketiga bahwa Kalimantan Timur sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang kaya sumber daya alam.
PENGGUNAAN GAYA BAHASA USTAZ YUSUF MANSYUR: DESKRIPSI ATAS TAUSIAH YANG BERJUDUL KUN FAYAKUN Kusno, Ali
BEBASAN Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2016): BÉBASAN Edisi Juni 2016
Publisher : Kantor Bahasa Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.42 KB) | DOI: 10.26499/bebasan.v3i1.30

Abstract

Retorika mengajarkan teknik pemakaian bahasa yang elegan dan persuasif baik lisan maupun tulisan. Retorika modern bertolak dari beberapa prinsip dasar yang salah satunya adalah mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa tausiah Ustaz Yusuf Mansyur yang berjudul Kun Fayakun. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yaitu rekaman tausiah Kun Fayakun yang diunggah di Youtube. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam tausiah tersebut adalah sebagai berikut: Gaya bahasa Betawi, seperti: dateng, iye, elu, dan laper; Gaya bahasa percakapan yang digunakan pada keseluruhan tausiah. Gaya bahasa mulia dan bertenaga (nada suara rendah, ada suara tinggi, dan memanjangkan pelafalan kata); Berbagai gaya bahasa repetisi (epizeuksis, anafora, anadikplosis, mesodiplosis); Gaya bahasa parabola/parabel; Gaya analogi yang panjang; Gaya bahasa pertanyaan retoris; Gaya bahasa hiperbol; Gaya bahasa personifikasi; Penggunaan humor; Gaya bahasa antiklimaks; dan Gaya Bahasa Klimaks.