Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Kajian Tatanan Massa dan Bentuk Bangunan Pusat Dakwah Islam Bandung Dwi Kustianingrum; Awang Rozi; Fiky Mulyanidya; Faizal Firdaus
REKA KARSA Vol 2, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i3.593

Abstract

ABSTRAKDalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan harmonis yang terintegrasi kedalam suatu system yang disebut Dinul Islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah, dan akhlak. Dengan kata lain iman, amal, dan ilmu. Untuk dapat menampung konsep dari Dinul Islam maka diperlukan suatu bangunan atau wadah yang disebut Islamic Center. Pusat Dakwah Islam Bandungdibangun demi memenuhi unsur dari Rukun Islam. Merupakan kawasan multi massa dengan fungsi-fungsi yang beragam, diantaranya : bangunan masjid, bangunan serbaguna, taman kanak-kanak, ruang pameran, dan kantin. Sehingga dibutuhkan pola penatanan yang baik dan benar, agar seluruh bangunan dapat berfungsi secara maksimal.Kajian tatanan massa dan bentuk bangunan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana penerapan tatanan massa dan bentuk bangunan Pusat Dakwah Islam Bandung. Analisis tatanan massa dan bentuk bangunan ini menggunakan metoda penelitian kuantitatif dan studi banding.Kata kunci: Tatanan massa dan bentuk, Pusat Dakwah Islam Bandung.ABSTRACTIn Islamic view , the religion , science , technology and the arts are integrated into a harmonious relationship of a system called the Deen of Islam . It includes three main elements , namely faith , Shari'ah , and morals . In other words, faith , charity , and science . In order to accommodate the concept of Deen Islam we need a building called the Islamic Center . Bandung Islamic Da'wah Center is built to meet the elements of the Pillars of Islam . Is a multi- mass region with diverse functions , including : the building of the mosque , multipurpose buildings , kindergartens , exhibition space , and a cafeteria . So it takes a good penatanan patterns and correct , so that the entire building can function optimally .The aimed of study the mass and shape of the building structure is to know and understand how the order of application of the mass and shape of the building Bandung Islamic Da'wah Center . Analysis of the order of the mass and shape of the building using quantitative research methods and comparative studies .Keywords : Order of mass and shape , Bandung Islamic Da'wah Center.
Fungsi dan Aktifitas Taman Ganesha Sebagai Ruang Publik di Kota Bandung Dwi Kustianingrum; Angga Kusumah Sukarya; Rifan Athariq Nugraha; Franderdi Rachadi
REKA KARSA Vol 1, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i2.260

Abstract

AbstrakPerkembangan konsep Taman Kota di Bandung telah dilupakan, karena kurangnya ketersediaan ruang hijau yang menaungi masyarakat untuk melakukan aktifitas sosial. Ruang Terbuka Publik sangat penting keberadaannya sebagai elemen pelengkap suatu kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Pada zaman kolonial Belanda Pemerintah Kota Bandung menerapkan konsep Garden City dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan pesat Kota Bandung di masa depan, salah satunya Taman Ganesha. Taman Ganesha dibangun untuk mengenang jasa seorang tokoh pendiri ITB, Dr. Ir. J . W . Ijzerman, sehingga dahulu dinamai “Ijzerman Park”. Taman yang dirancang secara estetis fungsinya tidak hanya menyerap polusi kota saja tetapi juga untuk memberi kesegaran di antara rutinitas keseharian. Fungsi Taman Ganesha saat ini adalah sebagai ruang terbuka publik dimana keindahan dan kenyamanan membuat banyak pengunjung berdatangan ke taman ini untuk melakukan berbagai kegiatan. Kajian ini akan meneliti fungsi dan aktifitas yang terjadi di taman ganesha yang dapat menunjang kegiatan masyarakat disekitarnya. Ruang terbuka publik ini memiliki peran penting bagi masyarakat Kota Bandung pada khususnya, mengingat ruang terbuka publik ini berfungsi sebagai tempat yang dapat diakses secara fisik maupun visual oleh masyarakat umum, sehingga berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dapat dilakukan pada taman tersebut.Kata Kunci : Taman Kota, Fungsi dan Aktifitas Taman Ganesha, Ruang Terbuka PublikAbstractThe development concept of City Parks in Bandung has been forgotten, due to the lack of green space avaibility that houses the citizen to do social activities. The existence of Public Open Space is important as complementary elements of a city that serves as the lungs of the city. In the Dutch colonial era Bandung City’s Government applies Garden City concept that intended to anticipate the rapid development of Bandung city in the future, one of which is Ganesha Park. Ganesha Park was built to commemorate the services of a prominent founder of ITB, Dr. Ir. A. W. Ijzerman, so the formerly name was "Ijzerman Park". The park was designed aesthetically not only to absorb pollution but also as the beauty of the city to give freshness in daily routine. Ganesha Park currently function as Public Open Space in which the beauty and comfort makes many visitors come to the park to do various activities. This study will observes functions and activities that happen in Ganesha Park that can support activities of people around. This Public Open Space has important role for the citizen of Bandung in particular, because this POS serves as a place that can be physically and visually accessible by people, so people’s various activities can be done at the Park.Keywords: City Parks, Function and Activity of Ganesha Park, Public Open Space
Kenyamanan Visual Ditinjau Dari Orientasi Massa Bangunan dan Pengolahan Fasad Dwi Kustianingrum; Yudha Ariep Muhamad; M. Rizqika Rahma; Ardi Nasrul Wijaya; Arifin Dwi Pramana
REKA KARSA Vol 4, No 4
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i4.1347

Abstract

Kenyamanan Visual ditinjau dari Orientasi Massa Bangunan dan Pengolahan Fasad Apartemen Gateway, Bandung   DWI KUSTIANINGRUM, YUDHA ARIEP MUHAMAD, MUHAMMAD RIZQIKA RAHMA, ARDI NASRUL WIJAYA, ARIFIN DWI PRAMANA Jurusan Teknik Arsitektur – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional   E-mail : kustianingrumdwie@yahoo.co.id ABSTRAK Bangunan adalah tempat berlindung bagi manusia, selain itu bangunan juga sebagai tempat beraktifitas manusianya. Untuk itu bangunan harus memiliki faktor yang menimbulkan kenyamanan terhadap manusia. Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan termal (suhu, penghawaan), visual (penglihatan) dan akustik (kenyamanan suara). Namun kenyamanan itu sendiri lebih bersifat subjektif karena tingkat kenyamanan setiap individu berbeda, tergantung dengan kondisi fisik dan kondisi tempat tinggal atau lingkungan. Adapun untuk faktor kenyamanan visualnya, dapat dilihat dari orientasi bangunan yang terbentuk akibat gubahan massa dan penerapan desain fasad bangunan. Pada kajian ini akan dibahas mengenai kenyamanan visual di Apartemen Gateway Cicadas dengan meneliti orientasi massa bangunan dan pengolahan fasadnya dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Hasildari kajian terkait orientasi massa Apartemen Gatewayadalah cukup baik karena bangunan memanfaatkan orientasi matahari dan sirkulasi angin,tetapipengolahan fasadnya belum memenuhi kebutuhan standar pencahayaan alami. Kata Kunci : Kenyamanan visual, orientasi bangunan, desain fasad.  ABSTRACTA Building is a shelter place for human, except that a building is place for human activity. Therefore a building has a factor who create for human comfort. A comfortable of building can be categorized in the thermal comfort (temperature, air), visualization and acoustic (sound comfort). But a words of comfortable is subjective because an individual comfort levels is different, depending on the physical conditions and dwelling a conditions or an environment. Therefore, factor of visualization comfort in terms from building orientation  which that establish a mass composition and an application of the building façade design. In this study will be discussing about visual comfort in Cicadas Gateway Apartment by an examine the building mass orientation and its facade processing using a descriptive-analytic method. The result of Gateway Apartement is good enough because the building abuse a sun orientation and wind circulation, but the façade processing is not satisfy standard needed of natural lightning. Keywords : a visualization comfort, building orientation, facade design.
Kajian Tatanan Massa dan Desain Bangunan Hotel Padma Bandung Dwi Kustianingrum; Radita Rahman Perdana; Gesti Septia Suwandi Putri; Wildan Nugraha; Denny Putra Prasetya
REKA KARSA Vol 2, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i1.455

Abstract

Abstrak Hotel adalah bangunan komersial dan merupakan investasi yang sangat berkembang di Kota Bandung. Konsep berkelanjutan pada bangunan hotel dapat diterapkan pada desain dan operasional bangunan. Hotel Padma adalah hotel yang memperhatikan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam ke dalam desain bangunannya. Adapun kajian mengenai Hotel Padma Bandung ini bertujuan untuk menganalisis tatanan massa bangunan, desain bangunan, dan pemanfaatan sumber daya alamnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif yang menghasilkan kesimpulan bahwa tatanan massa, desain bangunan, dan pemanfaatan sumber daya alam dapat membantu terciptanya desain bangunan yang berkelanjutan. Hotel Padma Bandung sudah menerapkan sebagian besar aspek ekologi, namun aspek sosial dan ekonomi belum terpenuhi secara maksimal. Kata kunci: desain berkelanjutan, tatanan masa, desain bangunan, sumber daya alam Abstract Hotel is a commercial buildings and is an investment that is growing in Bandung. The concept of sustainable hotel building can be applied to the design of buildings and building operations. Padma Hotel is a hotel that respect the environment and use natural resources into the building design. Study of Padma Hotel aims to analyze the order of the mass of the building, building design, and the utilization of natural resources. The method used is descriptive that concluded that the order of the mass of the building, building design, and utilization of natural resources  impact to create a sustainable building design. Padma Hotel Bandung has already implemented most aspects of the ecology but social and economic aspects have not been entirely fulfilled. Keywords: sustainable design, order of mass, building design, natural resources
Kajian Pola Penataan Massa Dan Tipologi Bentuk Bangunan Kampung Adat Dukuh Di Garut , Jawa Barat Dwi Kustianingrum; Okdytia Sonjaya; Yogi Ginanjar
REKA KARSA Vol 1, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i3.304

Abstract

ABSTRAK Bumi Indonesia merupakan negara kepulauan dengan batas wilayah yang sangat luas dan banyak memiliki kekayaan. Dengan fenomena tersebut negeri ini pun sangat kaya akan suku bangsa,adat istiadat,bahasa,budaya dan sumber daya alam, begitu pula dengan pemukiman tradisional masing-masing daerah.Pemukiman tradisional di Indonesia hingga kini masih mempertahankan dan memegang teguh filosofi serta konsep bentuk tradisional.Sebagai salah satu contohnya wilayah Jawa Barat masih sangat kaya akan kebudayan dan kebiasaan-kebiasaan leluhurnya.Kondisi geologi yang berkontur mempengaruhi pola massa dan bentuk pemukiman tradisional Sunda.Penelitian  mengenai kampung tradisonal Dukuh di garut akan mengunakan metoda studi deskripsi analisis, yaitu memaparkan dan menganalisa filsofi, pola penataan masaa, dan bentuk bangunan tradisional Sunda. Kampung Dukuh yang terletak di Kabupaten Cikelet Garut, merupakan kampung adat tradisional Sunda yang tidak mengalami perubahanbaik dari segi bentuk bangunan maupun bahan bangunan yang dipakai. Kampung ini masih memegang teguh filosofi arsitektur tradisonal sunda seperti Luhur-Handap,Wadah Eusi dan Kaca-Kaca.Kampung Dukuh merupakan kesatuan pemukiman dengan tatanan massa yang mengelompok, terdiri atas puluhan rumah yang berjajar pada kemiringan tanah yang bertingkatterdiri atas 42 rumah dengan bentuk, tatanan massa dan bahan bangunan yang sama dengan jumlah yang tetap.Kampung Dukuh terikat oleh suatu aturan untuk bentuk bangunan dan bahan bangunan yang digunakan. Rumah yang terdapat di Kampung Dukuh berupa rumah panggung yang berbentuk persegi dengan atap suhunan panjang,berdiri pada tatapakan yang didasari oleh batu. Kajian ini akan menelaah konsep arsitektur Sunda, penataan massa, dan tipologi bangunan di kampung tradisional Sunda. Kata kunci : Filosofi Arsitektur Sunda,Pola Penataan Massa,Tipologi Bentuk Bangunan. ABSTRACT Indonesiais an archipelago witha very wideborderswith everythingthe wealthinside.Withthe phenomenonof this countryis veryrich inethnicity, culture, language, culture andnatural resources, as well as thetraditionalsettlementof each region.TraditionalsettlementsinIndonesiais stillmaintainedanduphold thethe philosophyand the concept ofthe traditional forms.As oneexample,West Javaitself isvery rich incultureand customsof their ancestors.Contoured geological conditions affecting the pattern of the mass and shape of traditional Sundanesesettlement.Research on traditional village of Hamlet in arrowroot will use analytical description of the study methods, which describe and analyze filsofi, Masaa arrangement pattern, and Sundanese traditional building forms.Dukuh VillageCikeletGarutdistrict, where thevillageis atraditional Sundanesetraditionalvillagesthathave not changedin terms of bothforms ofthe building andbuilding materials used. In Dukuh Villageconsists of42houseswith the form, structureand materialsof massequal toa fixed amount. Dukuh Villageis boundby aruleforbuilding formsandmaterials used.The house islocatedina stagyDukuh Villagesquareshapedwithlongroof, stoodbased on therock.This study will examine the architectural concept of Sunda, mass structuring, and building typologies in traditional Sundanese village. Keywords: SundaArchitecturePhilosophy, MassOrder, BuildingTypology.
Pola Spasial Permukiman Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta Dwi Kustianingrum; Bening Embunpagi; Riska Nur Azizah; Dyah Indraswari
REKA KARSA Vol 3, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v3i1.630

Abstract

Abstrak Permukiman merupakan wujud dari kebudayaan manusia untuk hidup, berkembang, dan bertahan hidup. Manusia menciptakan tempat tinggal sesuai kepentingannya dalam suatu lingkungan. Proses pembentukan permukiman dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik berupa sistem sosial budaya, ekonomi, pemerintahan, pedidikan maupun teknologi. Kelurahan Laweyan, Surakarta, merupakan salah satu permukiman yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan RW 02 yang sudah menjadi pedagang batik sejak abad ke-15 sehingga membentuk pola spasial permukiman khusus dan membentuk karakteristik yang menarik untuk diteliti dengan metoda deskriptif kualitatif. Area permukiman terbangun dan tidak terbangun membentuk pola permukiman grid-linear. Area permukiman tidak terbangun berfungsi sebagai sirkulasi dan ruang terbuka. Sirkulasi yang terbentuk berupa jalan sempit dan ruang terbuka yang terbentuk berupa ruang terbuka publik pada simpul permukiman dan ruang terbuka privat berada di dalam kavling rumah tinggal. Terdapat pula elemen pembentuk citra kawasan yaitu simpul dan tetenger. Simpul sebagai perpotongan aktivitas masyarakat dan tengaran berupa tugu batik dan Langgar Al-Makmoer. Kata kunci: permukiman, pola spasial, Kampoeng Batik Laweyan Abstract Settlement is an entity from culture and existence of human to live, grow and survive. Man creates house in an environment as they need. Forming process of the settlement affected by physical and non-physical thing, such as social culture system, economy, government, education, or technology. Laweyan Village, Surakarta, is one of settlement which in its forming process affected by these factors. The society that has became batik workers and seller since 15th century form a special spatial pattern and settlement characteristic make it interesting to be researched with qualitative-descriptive method. The built and unbuilt areas of the settlement formed grid-linear settlement pattern. The un built areas are used for circulation as narrow streets or public squares. Public squares in settlement‟s nodes and private squares inside the dwellings kavling. The city image elements are nodes and landmarks. Settlement node as activity intersection. Batik statue and Al-Makmoer mosque as landmarks. Keyword: Settlement, spatial pattern, Kampoeng Batik Laweyan
Kenyamanan Visual ditinjau dari Orientasi Massa Bangunan dan Pengolahan Fasad Apartemen Gateway, Bandung Dwi Kustianingrum; Yudha Ariep Muhamad; M.Rizqika Rahma; Ardi Nasrul Wijaya; Arifin Dwi Pramana
REKA KARSA Vol 4, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i3.1401

Abstract

Kenyamanan Visual ditinjau dari Orientasi Massa Bangunan dan Pengolahan Fasad Apartemen Gateway, Bandung   DWI KUSTIANINGRUM, YUDHA ARIEP MUHAMAD, MUHAMMAD RIZQIKA RAHMA, ARDI NASRUL WIJAYA, ARIFIN DWI PRAMANA Jurusan Teknik Arsitektur – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional   E-mail : kustianingrumdwie@yahoo.co.id ABSTRAK Bangunan adalah tempat berlindung bagi manusia, selain itu bangunan juga sebagai tempat beraktifitas manusianya. Untuk itu bangunan harus memiliki faktor yang menimbulkan kenyamanan terhadap manusia. Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan termal (suhu, penghawaan), visual (penglihatan) dan akustik (kenyamanan suara). Namun kenyamanan itu sendiri lebih bersifat subjektif karena tingkat kenyamanan setiap individu berbeda, tergantung dengan kondisi fisik dan kondisi tempat tinggal atau lingkungan. Adapun untuk faktor kenyamanan visualnya, dapat dilihat dari orientasi bangunan yang terbentuk akibat gubahan massa dan penerapan desain fasad bangunan. Pada kajian ini akan dibahas mengenai kenyamanan visual di Apartemen Gateway Cicadas dengan meneliti orientasi massa bangunan dan pengolahan fasadnya dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Hasildari kajian terkait orientasi massa Apartemen Gatewayadalah cukup baik karena bangunan memanfaatkan orientasi matahari dan sirkulasi angin,tetapipengolahan fasadnya belum memenuhi kebutuhan standar pencahayaan alami. Kata Kunci : Kenyamanan visual, orientasi bangunan, desain fasad.  ABSTRACTA Building is a shelter place for human, except that a building is place for human activity. Therefore a building has a factor who create for human comfort. A comfortable of building can be categorized in the thermal comfort (temperature, air), visualization and acoustic (sound comfort). But a words of comfortable is subjective because an individual comfort levels is different, depending on the physical conditions and dwelling a conditions or an environment. Therefore, factor of visualization comfort in terms from building orientation  which that establish a mass composition and an application of the building façade design. In this study will be discussing about visual comfort in Cicadas Gateway Apartment by an examine the building mass orientation and its facade processing using a descriptive-analytic method. The result of Gateway Apartement is good enough because the building abuse a sun orientation and wind circulation, but the façade processing is not satisfy standard needed of natural lightning. Keywords : a visualization comfort, building orientation, facade design. 
Elemen Nature Suistanable Infrastructure di WetLand Park Bandung Timur Dwi Kustianingrum
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i2.4627

Abstract

Pembangunan infrastruktur yang kian marak mengakibatkan berkurangnya secara pesat lahan hijau dan pertanian di setiap daerah Kota Bandung yang beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan bisnis baru. Dampak dari berkurangnya lahan hijau dan pertanian di Kota Bandung adalah berkurangnya daya serap air di saat curah air hujan tinggi dan mengakibatkan banjir yang berkelanjutan. Salah satunya yaitu daerah Gedebage. Pemerintah Kota Bandung memberikan solusi terhadap banjir yaitu dibuatnya Kawasan Wetland Park yang berlokasi di Desa Cisurupan, Cibiru, Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi elemen landscape (lansekap), wetland (lahan basah), water management (manajemen air), dan pengendalian alam Kawasan Wetland Park Cisurupan sebagai bagian dari Nature Infrastructure dalam konsep Sustainable Infrastructure. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis kualitatif. Adapun simpulan dari bahasan ini yaitu kawasan dibuat sebagai daerah resapan air hujan, salah satunya melalui wetland buatan berupa kolam retensi. Pentingnya dibuat wetland dengan penataan landscape sebagai pengendali banjir dan sirkulasi air dari buangan air hujan yang diatur melalui sungai untuk direkayasa dengan cara dibelokkan ke dalam kolam retensi. Kawasan ini menjadi strategi untuk menciptakan lingkungan yang sehat melalui tanaman yang ada pada kawasan ini agar bermanfaat bagi kawasan Wetland Park Cisurupan dan lingkungan sekitarnya sebagai pengendalian alamKata kunci: Suistanable Infrastruktur, Wetland Park, Banjir, Kolam Retensi,
Penerapan Tema Arsitektur Biomimikri pada Rancangan Museum Arkeologi Kawasan Goa Pawon Bandung Barat Bagaskara, M; Kustianingrum, Dwi
Reka Karsa: Jurnal Arsitektur Vol 10, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v10i2.7473

Abstract

ABSTRAKMuseum sebagai alat yang ampuh untuk mendukung proses penelitian atau pembelajaran, karena memberikan bukti nyata yang dapat kita saksikan secara langsung untuk memajukan pemahaman kita tentang bentuk-bentuk gambar kuno untuk melengkapi pemahaman kita. Bandung Barat saat ini sedang berada di tahap pengembangan kawasan salah satunya kawasan Goa Pawon yang penuh dengan sejarah arkeolog. Saat ini, sedang dilakukan pengembangan terhadap Cagar Budaya guna meningkatkan kualitas perkembangan Kawasan Goa Pawon dan juga Bandung Barat. Kegiatan ini yang menjadi dasar pemilihan lokasi perancangan Museum Arkeolog. Perancangan Museum di Kawasan Cagar Budaya dapat mempengaruhi aspek perkembangan sarana prasaran dalam informasi, edukasi, dan komunikasi, yang dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Pada kawasan ini dilengkapi fasilitas lain sebagai penunjang museum seperti, visitor center, amphitheater, dan guest house. Bangunan mengusung tema Arsitektur Biomimikri yang merupakan sebuah konsep arsitektur yang meniru bentuk, proses, dan sistem yang terinspirasi dari makhluk hidup. Desain bangunan Museum meniru bentuk dari kura-kura dan diterapkan pada bentuk massa, fasad, penataan ruang dalam, skylight pada atap, dan juga pada tatanan ruang luarnya.Kata kunci: Eco Haritage, Goa Pawon, Biomimikri, Edukasi, Arsitektur  ABSTRACTMuseums as a powerful tool to support the research or learning process, because they provide tangible evidence that we can see firsthand to advance our understanding of ancient image forms to complement our understanding. West Bandung is currently in the development stage of the area, one of which is the Pawon Cave area which is full of archeological history. Currently, the development of the Cultural Conservation is being carried out to improve the quality of the development of the Goa Pawon area and also West Bandung. This activity is the basis for choosing the location for the design of the Archaeological Museum. The design of the Museum in the Cultural Conservation Area can affect aspects of the development of infrastructure facilities in information, education, and communication, which can be useful for future generations. This area is equipped with other facilities to support the museum, such as a visitor center, amphitheater, and guest house. The building carries the theme of Biomimicry Architecture which is an architectural concept that imitates forms, processes, and systems inspired by living things. The design of the Museum building imitates the shape of a turtle and is applied to the shape of the mass, the facade, the arrangement of the interior space, the skylights on the roof, and also to the layout of the outer space. Keywords: Eco Haritage, Goa Pawon, Biomimikri, Education, Architecture
POLA RUANG PERMUKIMAN DI SEKITAR KAWASAN KERATON SURAKARTA DAN KERATON KASEPUHAN Kustianingrum, Dwi; Putra, Wahyu Buana; Adityanto, Muhammad Miko; Zuhair, Azhar Fairuz; Azdaffa, Ahmad Naufal
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 6, No 1 (2023): Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2023
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v6i1.49008

Abstract

Abstract: The palace is the area where the ruler lives. In the everyday sense, it is the palace of the rulers in Java. The palace is also a palace which has a high philosophical, religious, and cultural meaning. The presence of the Walisongo in the archipelago has an impact not only seen in the decorations/patterns on the palace buildings, but also in the spatial layout, landscape patterns within the palace complex and around the palace. The palace as a symbol of the power building in the end, gave an influence on the development of the pattern of space around it. This study aims to detect land use, circulation and open space around the Kasepuhan Cirebon and Surakarta Palaces. These two palaces were used as objects of research because they were considered the same scope and could represent the locations of West Java and Central Java. Descriptive analysis is the study methodology employed. As a result of these two palaces: (1) land use, both have in common, namely housing, trade and green zones, (2) circulation in both Kasepuhan palaces has a grid pattern, only in Kasepuhan palace it is mixed with radials, and has surrounding functions as trade and services, (3) open space, in the Surakarta Palace there are Lor and Kidul squares for community activities, tourism and markets, while in the Kasepuhan palace there is a Balong Darmaloka open space for tourism and an open space for ceremonies and markets.the Kasepuhan Cirebon and Karaton Surakarta. These two palaces were used as research objects because they were considered to have the same scope and could represent the locations of West Java and Central Java.Keywords: Space Pattern, Karaton, Land Use, Circulation, Open SpaceAbstrak: Keraton merupakan wilayah penguasa tinggal. Dapat diistilahkan istana penguasa di wilayah tanah Jawa. Keraton adalah istana yang berarti secara filsafat, kebudayaan, dan keagamaan yang tinggi. Hadirnya para Walisongo di Nusantara memberikan dampak tidak hanya terlihat di ragam hias/corak pada bangunan-bangunan keraton, akan tetapi juga pada tata ruang, pola lanskap di dalam komplek keraton maupun di permukiman sekitar keraton. Keraton sebagai simbolis bangunan kekuasaan pada masa lampau, memberi pengaruh terhadap perkembangan pola ruang disekitarnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tata guna lahan, sirkulasi dan ruang terbuka  yang terdapat di permukiman sekitar keraton Kasepuhan Cirebon dan Keraton Surakarta. Kedua keraton ini dijadikan objek penelitian karena dianggap mempunyai lingkup yang sama dan dapat  mewakili lokasi daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistis. Sebagai kesimpulan pola permukiman di sekitar kedua keraton ini: (1) Tataguna lahan, keduanya mempunya kesamaan yaitu zona perumahan,, perdagangan dan jasa dan zona hijau, (2) Sirkulasi di kedua  keraton Kasepuhan  mempunyai pola grid, hanya yang di Keraton Kasepuhan bercampur dengan radial, dan mempunyai fungsi disekitarnya sebagai perdangangan dan jasa, (3) Ruang/ Area terbuka, Kompleks Keraton Surakarta memiliki Alun-alun Lor dan Kidul yang berfungsi sebagai tempat aktifitas masyarakatnya, wisata dan pasar, adapun di Komplek Keraton Kasepuhan terdapat ruang terbuka Balong Darmaloka untuk wisata dan ruang terbuka alun-alun untuk upacara dan pasar.Kata Kunci: pola ruang, keraton,tata guna lahan, sirkulasi,ruang terbuka