Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MENYAPA’ KEARIFAN TUHAN LEWAT TEROPONG FILSAFAT DAN Al-QUR’AN Muhammad Nasir Siola
PILAR Vol 4, No 2 (2013): JURNAL PILAR, DESEMBER 2013
Publisher : PILAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.545 KB)

Abstract

Abstrak Perkembangan filsafat Islam tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh pemikiran filosof sebelumnya. Seperti munculnya buku filsafat Tahafut al-Falasifah oleh al-Ghazali, Tahafut al-Tahafut dan Manahij al-Adillah oleh Ibn Rusyd. Khusus dalam Tahafut al-Tahafut Ibn Rusyd mempertahankan konsep ketuhanannya dari serangan al-Gazali. Selain itu, muncul pula golongan-golangan teologi Islam dalam perdebatannya mencari Tuhan. Sebagaimana kita kenal seperti Asy’ariyah, Mu’tazilah, Batiniyah dan Hasyiwiyah. Masing-masing memiliki kepercayaan yang berbeda tentang Tuhan. Para filosof muslim berusaha menjelaskan konsep ketuhanan yang tidak terlalu jauh dari al-Qur’an. Dalam membuktikan adanya Allah. Al-Farabi mengemukakan dalil “Wajib al-Wujud” dan mumkin al-wujud. Menurutnya segala yang ada ini hanya dua kemungkianan dan tidak ada alternatif yang ketiga Plotinus menjelaskan bahwa “Yang Esa” mengandung perlawanan. Ia melarang pensifatan dengan sifat yang bisa menimbulkan pluralitas. Ia juga mengatakan bahwa Tuhan tidak sama dengan sesuatu, karena kesempurnaannya terletak dalam Keesaan-Nya dari segala segi. Sifat-sifat yang diberikan kepada-Nya tidak sesuai dengan esensi sifat Tuhan itu sendiri. Ia juga menjelaskan bahwa alam ini keluar dengan sendiri dari pada-Nya, bukan karena kehendak-Nya. Karena kalau dikatakan dengan kehendak-Nya, berarti ada yang dikehendaki, ini berarti menimbulkan pluralitas.Kata kunci : filsof, wihdat al-wujud, al-Maujud al-Awwal, wajib al-wujud dan mumkin al-wujud, mumtani’ al-wujud
Rasionalisme Empirisme Dan Pluralisme Serta Hubungannya Dengan Teori Kebenaran Rizqatul Auliya; La Ode Yusri Tumada; Muhammad Nasir Siola; Marillang
Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu Vol. 3 No. 1 (2025): GJMI - JANUARI
Publisher : PT. Gudang Pustaka Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/gjmi.v3i1.1294

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengulas tentang Rasionalisme Empiris dan Pluralisme dalam hubungan pada teori kebenaran. Terdapat dua tujuan pokok pada pembahasan ini, yakni menenai definisi rasionalisme, empiris serta pluraslime dan hubungan ketia terma tersebut dengan teori kebenaran. Metode digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan pendekatan konseptual. Data ynagdigunakan bersumber dari literatur yang membahas tentang filsafat ilmu. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deksriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Rasionalisme menekankan akal dan logika sebagai sumber utama pengetahuan, sedangkan empirisme mengutamakan pengalaman inderawi yang dapat diuji dan diamati. Pluralisme, di sisi lain, menekankan pentingnya keberagaman pendekatan dan perspektif untuk memahami kompleksitas dunia. Ketiganya mencerminkan keragaman cara memahami dan menetapkan kebenaran, di mana rasionalisme dan empirisme menawarkan jalur utama, sementara pluralisme mengintegrasikan berbagai pendekatan secara saling melengkapi.
Sarana Berpikir Ilmiah Rismah; Muhammad Nasir Siola; Marillang
Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu Vol. 3 No. 1 (2025): GJMI - JANUARI
Publisher : PT. Gudang Pustaka Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/gjmi.v3i1.1345

Abstract

Di era informasi yang sangat terbuka saat ini, pemahaman tentang cara berpikir ilmiah menjadi semakin penting. Kemampuan ini memungkinkan seseorang berpikir secara kritis, analitis, dan sistematis ketika menghadapi informasi baru atau kompleks. Dengan penguasaan ini, individu dapat membedakan antara informasi yang valid dan yang bias atau tidak berdasar. Oleh karena itu, berpikir ilmiah bukan hanya relevan bagi ilmuwan atau peneliti, tetapi juga bagi masyarakat umum sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi dan memahami dunia secara lebih objektif serta terukur. Penguasaan sarana berpikir ilmiah membuka peluang untuk memperluas pengetahuan dan mendukung kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang lebih berdampak dan berkelanjutan. Hasil kajian menunjukkan bahwa sarana berpikir ilmiah adalah kumpulan metode dan alat yang digunakan untuk memahami fenomena secara objektif dan sistematis. Pemikiran ilmiah menuntut adanya struktur yang dapat diuji, diulang, dan diukur sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya. Sarana ini melibatkan berbagai aspek penting dalam proses penalaran dan analisis. Salah satu aspek utamanya adalah logika, yang menjadi dasar menjaga konsistensi dalam penalaran ilmiah. Logika deduktif, yang bergerak dari prinsip umum ke kasus khusus, dan logika induktif, yang berawal dari kasus khusus menuju kesimpulan umum, membantu ilmuwan menarik kesimpulan yang koheren dan bebas dari kontradiksi. Sebagai ilustrasi, melalui logika deduktif, seorang ilmuwan dapat memahami fenomena tertentu berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang telah terbukti benar.