Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

(The Characterization of Sweet Potato Flour) Reno Fitri Hasrini; H G Pohan; Tita Aviana
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 28, No 01 (2011)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5542.93 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v28i01.2625

Abstract

Research on the improvement of sweet potato flour processing and characterization of the product had been conducted .the aims of this research was to reduce the enzymatic reactions for sweet potato with the improvement of flour processing,and to characterrize of the product .the steps of this research were include (1) the processing of flour by immersed of raw materials in warm water drying at temperature 50,60,70 oc (2)proximiate analysis of the product including moisture ,ash,protein,fat,crude fiber ,carbohydrate content and energy value (3)analysis and characterization of their physicochemical including yields,speeds of drying,viscosity ,the microscopic of starch granule ,white degree value and gel strenght the results showed that flour had low a maximum viscosity, the shapes of their granule were polygonal circles ,ovals and their size were varied .from this research it shown that immersed that immersed of raw carbohydrste content and energy value ,9,03% : 2,27%: 13,6 :0,44%: 0,99%< 74,7% dan 375 cal/100 g respectively key eord sweet potato ,enzymatic browing reaction ,viscosity ,whitenes .
Mempelajari Pembuatan Nano-Karotenoid Asal Konsentrat Minyak Sawit Tita Aviana; Hitler Guring Pohan; Dhiah Nuraini; Tiurlan Farida Hutajulu; Mirna Isyanti
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 29, No 02 (2012)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4963.915 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v29i02.2595

Abstract

Penelitian pembuatan produk nano-enkapsulasi karotenoid asal minyak sawit telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pembuatan nano-karotenoid dengan teknologi sonikasi serta mempelajari proses pembuatan serbuk nano-karotenoid sebagai alternatif sediaan suplementasi provitamin A.Penelitian ini meliputi 4 tahap kegiatan yaitu : (1) pembuatan nano konsentrat karotenoid dengan cara sonikasi pada intensitas 80% selama 1-5 jam; (2) formulasi emulsi nano karotenoid; (3) pembuatan formula untuk nano-karoten kering; (4) analisis produk.Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran partikel produk nano konsentrat karotenoid yang terbaik diperoleh dengan proses sonikasi dalam waktu 2 jam yaitu kurang dari 100 nm dengan kandungan karotenoid sebesar 44.579,31 ppm, Adapun formula emulsi nano karotenoid yang stabil menggunakan emulsifier Tween 80 dengan perbandingan konsentrat : air : emulsifier adalah 2:2:1.Produk serbuk nanokaroten terbaik dibuat dengan menggunakan penyalut maltodekstrin (1:1) dengan cara pengering semprot. Hasil analisis produk yaitu kadar air 4,25% serta kandungan karotenoid dalam formula emulsi produk enkapsulasi adalah 9.496,663 ppm.
Pendugaan Masa Simpan Bumbu Rawon dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Tita Aviana; Nobel Christian Siregar; Ning Ima Arie Wardayanie
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 38, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v38i2.7523

Abstract

Rawon adalah makanan tradisional Indonesia yang diketahui berasal dari Jawa Timur dan telah dikenal sejak awal abad 18 hingga saat ini. Rawon menggunakan keluak sebagai bumbu penting yang memberikan warna hitam serta rasa dan aroma yang khas. Adanya kandungan sianida pada keluak mentah menyebabkan perlunya penanganan tertentu sebelum dapat dikonsumsi dengan aman. Saat ini, kerumitan persiapan bumbu masakan rawon dapat diatasi dengan adanya bumbu rawon siap masak. Pengembangan bumbu siap masak pun kini mulai dilakukan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) sehingga diperlukan studi pendugaan masa simpan pada bumbu siap masak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan masa simpan bumbu rawon siap masak yang diproduksi oleh salah satu IKM di Bogor. Pendugaan masa simpan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Sampel uji disimpan pada 3 suhu yang berbeda kemudian diuji parameter kritisnya pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Hasil uji kemudian diolah sehingga didapatkan masa simpan selama 241 hari berdasarkan parameter kritis asam lemak bebas.
Karakteristik Kerupuk dari Tepung Jagung Pulut ( Zea mays L) Tita Aviana; Tiurlan Farida Hutajulu
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 31, No 02 (2014)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.884 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v31i02.2621

Abstract

Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia selain beras. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif penanganan panen jagung yang melimpah di sebagian daerah, meminimalisasi kerusakan produk selama penyimpanan serta meningkatkan nilai tambah jagung. Dalam penelitian digunakan 2 jenis tepung jagung, yaitu tepung jagung hibrida dan tepung jagung pulut.  Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: penentuan jenis tepung jagung yang digunakan dan formulasi kerupuk jagung. Formulasi yang digunakan adalah tepung jagung (20%–50%) dan tapioka (80–50%). Penilaian organoleptik terhadap kerupuk jagung dilakukan dengan skala hedonik meliputi rasa, aroma, penampakan, warna dan kerenyahan. Hasil organoleptik diperoleh produk yang paling disukai adalah produk dengan formulasi 20% tepung jagung pulu
Substitusi Terigu Oleh tepung Jagung Dan Tepung Beras Pada Produk Kukis Tiurlan Farida Hutajulu; Tita Aviana
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 30, No 01 (2013)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5042.245 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v30i01.2445

Abstract

Tepung mokaf adalah tepung fermentasi ubi kayu yang dapat mengubah karakteristik dasar dari tepung ubi kayu menjadi lebih putih dan memiliki sifat gelatinisasi yang lebih baik. Untuk dapat memperoleh mutu tepung mokaf yang seragam diperlukan starter mokaf. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan starter mokaf yang dapat menghasilkan starter mokaf yang dapat bertahan pada waktu penyimpanan 2 minggu pada suhu ruang dan 6 bulan pada suhu pendingin. Berbagai variabel yang dibuat pada penelitian ini antara lain starter yang dibuat dengan proses sentrifugasi dan dengan penambahan trehalose (RBa), starter yang dibuat dengan sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBb), starter yang dibuat tanpa proses sentrifugasi dan dengan penambahan trehalose (RBc), serta starter yang dibuat tanpa sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBd). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan terbaik pada pembuatan starter mokaf adalah dengan melibatkan proses sentrifugasi dan tanpa penambahan trehalose (RBb) dalam hal jumlah bakteri asam laktat yang dapat bertahan hidup serta ketahanan simpanannya. Dari hasil penelitian diperoleh starter RBa dan RBd tanpa proses sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabilitas awal 6,05 log CFU/g sampai dengan 6,94 log CFU/g. Sedangkan starter RBb yang menggunakan proses sentrifugasi pada pembuatannya memiliki viabiltas awal yang lebih tinggi yaitu 7,64 log CFU/g dan 9,01 log CFU/g dan starter RBc yang juga menggunakan proses sentrifugasi viabilitas awal 8,03 log CFU/g dan 8,69 log CFU/g. Penyimpanan starter pada suhu 4 0C mengalami penurunan viabilitas lebih kecil dibandingkan dengan starter yang disimpan pada suhu ruang sebesar 0, 62 siklus log selama 6 bulan penyimpanan.
(The Influence of Preparation Time of Enzymes Fermentation for the Quality of Modified Cassava Flour (MOCAF) Tita Aviana; H G Pohan; Reno Fitri Hasrini
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 28, No 01 (2011)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4130.507 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v28i01.2623

Abstract

Cassava (Manihot esculenta) also called yuca or cassava, is a native plant of south America. cassava is used as an alternative staple food source of carbohydrate .in indonesia one cassava intermediate products is mokaf (modified cassava flour ) whivh is made through fermentation time which are 2 hours (S2)and 24 hours (S24 and P24) and studied their characteristics (moisture ,fibre, ash and flour characteristics including gelatinization characteristic and gel strength) according to analysis including gelatinization characteristics mokaf with 2 hours enzyme preparation time has lower viscosity and gel strength in proximate analysis results ,mokaf with 2 hours enzyme preparation time have a tendency of smaller levels of ash and crude fiber ,buthigher protein. the best treatment for mocaf preparation is 24 hours pra-fermentation followed with fermentation and spinning process before drying ,which produce mokaf with 0,51% ash, 1,88% crude fiber ,0,86% protein and 0,66% fat.
Perlakuan Bahan Baku dan Jenis Bahan Pengisi Pada Karakteristik Sosis Jamur Tiram (Pleurotus ostreotus) Susi Heryani; Tita Aviana
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 34, No 2 (2017)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.461 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v34i2.3608

Abstract

Pada penelitian ini dilakukan Perlakuan Bahan Baku dan Jenis Bahan Pengisi sosis jamur tiram (Pleurotus ostreotus). Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan bahan baku dan produk yang disukai dan diterima secara organoleptik.  Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) jenis perlakuan proses yaitu perlakuan awal bahan baku dan bahan pengisi yang digunakan. Jenis perlakuan awal proses ada perebusan dan tanpa perebusan bahan baku. Sedangkan jenis bahan pengisi yang digunakan adalah tepung terigu dan tepung tapioka. Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat dan uji organoleptik melalui uji kesukaan terhadap 20 orang panelis produk sosis jamur. Hasil uji sensori menyatakan bahwa sosis menggunakan jamur rebus dengan penambahan tepung terigu dan tepung tapioka (JTR2) disukai panelis. Hasil analisis sifat fisik dan kimia terhadap produk akhir menunjukkan bahwa produk JTR2 memiliki kadar air 66,50%, kadar abu 0,72%, kadar protein 2,50%, kadar lemak 13,15%, karbohidrat 15,75%, kadar serat makanan 8,95% dan vitamin B2 1,90 mg/kg.
Aplikasi Sediaan Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Salep Obat Luka Tita Aviana; Agus Sudibyo; Dhiah Nuraini
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 30, No 02 (2013)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5275.9 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v30i02.2464

Abstract

Penelitian mengenai aplikasi sediaan ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang selanjutnya disebut dengan daun A.cordifolia telah dilakukian. Tanaman A.cardifolia merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka baik luka dalam maupun luka luar.Salah satu kendala dalam penggunaan sediaan obat tradisional adalah dalam hal penyimpanan. Untuk mengatasi masalah penyimpanan serta untuk mempermudah penggunaan, maka sediaan obat tradisional dapat dibuat dalam bentuk yang lebih praktis, misalnya dalam bentuk salep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan basis salep yang paling baik sebagai pembawa ekstrak daun  A.cordifolia dan untuk mengetahui efektifitas formulasi salep ekstrak daun A.cordifolia dengan basis yang berbeda sebagai obat luka pada mencit jantan (mus musculus albinus). Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) tahap pembuatan sediaan ekstrak dan salep ekstrak daun A.crodifolia, (2) tahap pengamatan stabilitas salep dan (3) tahap uji efektivitas salep. Hasil dari pengamatan stabilitas produk menunjukan bahwa basis salep berminyak, basis emulsi dan basis larut air dapat menjadi pembawa ekstrak daun A.cordifolia yang baik serta bersifat stabil disuhu ruang sampai akhir waktu pengamatan (8 minggu). Uji efektivitas masing-masing salep menunjukan pada pemakaian 200mg perhari, luka sudah terlihat mulai menyempit, pada kisaran hari ke-3 dan ke-4.
Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Sosis Kering Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Susi Heryani; Tita Aviana; Ning Ima Arie Wardayanie; Reno Fitri Hasrini
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 37, No 2 (2020)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v37i2.4300

Abstract

ABSTRAK: Jamur tiram putih mempunyai kandungan gizi yang tinggi serta memiliki protein dan serat menyerupai daging. Namun jamur tiram putih mempunyai kadar air tinggi sehingga mudah rusak. Pengolahan jamur tiram putih menjadi sosis kering dan pengamatan kondisi penyimpanan terhadap kualitas sosis kering belum ada yang melakukan. Tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh beberapa kondisi penyimpanan terhadap kualitas sosis kering jamur tiram putih. Sosis kering jamur tiram putih disimpan pada inkubator suhu 25, 35, 45, dan 55 oC. Sampel sosis kering jamur tiram putih dianalisis kadar air, asam lemak bebas (ALB) dan aw setiap 14 hari sekali selama 56 hari. Suhu penyimpanan selama 56 hari mempengaruhi kadar air dan aw sosis kering jamur tiram putih. Semakin tinggi suhu penyimpanan dan semakin lama penyimpanan maka kadar air makin rendah dan aw makin rendah. Sedangkan waktu penyimpanan mempengaruhi ALB dan aw. Semakin lama waktu penyimpanan maka ALB semakin tinggi dan aw semakin turun. ALB tidak dipengaruhi suhu penyimpanan dan kadar air tidak dipengaruhi waktu simpan.  Semua kondisi penyimpanan masih memenuhi syarat mutu SNI produk pangan kering.Kata kunci: asam lemak bebas, aw, jamur tiram putih, kadar air, sosis keringABSTRACT: White oyster mushrooms have high nutritional content and similar with meat. However, white oyster mushrooms have high water content so they are easily decay. Processing of white oyster mushrooms into dry sausages and observation of storage conditions on the quality of dry sausages has not been done. The aim of this study was to study the effect of several storage conditions on the quality of dry white oyster mushroom sausage for 56 days. Dried sausages were stored in incubators at 25, 35, 45, and 55 oC for 56 days. Samples of dried sausage were analyzed for water content, free fatty acids (FFA) and aw every 14 days for 56 days. Storage temperature for 56 days affects the moisture content and aw white oyster mushroom dry sausage. The higher the storage temperature and the longer the storage, the lower the water content and the lower the aw. Meanwhile, the storage time affects ALB and aw. The longer the storage time, the higher the ALB and the lower the aw. ALB is not affected by storage temperature and moisture content is not affected by storage time. All storage conditions still qualify the Indonesian National Standard quality requirements for dry food products.Keywords: free fatty acid,  aw  white oyster mushroom, water content, dried sausage
Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Senyawa Skopoletin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Fitri Hasanah; Nobel Christian Siregar; Angelina Gunawan; Sujono Sujono; Tita Aviana
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 37, No 1 (2020)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v37i1.5791

Abstract

Skopoletin merupakan golongan kumarin yang memiliki efek fisiologi dan farmakologis pada manusia. Skopoletin memiliki aktivitas sebagai antijamur, antibakteri, antiperadangan, melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Skopoletin pada jenis umbi-umbian telah diteliti, namun pada ubi jalar ungu masih terbatas pada identifikasi dan belum ada penelitian yang membandingkan jenis-jenis pelarut terhadap ekstraksi skopoletin dengan metode maserasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan jenis pelarut yang menghasilkan rendemen ekstrak kental dan kandungan skopoletin tertinggi pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Ekstraksi senyawa skopoletin dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etanol dan etil asetat.  Metode analisis skopoletin yang digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi-fluoresensi (KCKT-FL) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak skopoletin tertinggi diperoleh dari ekstrak dengan pelarut etanol yaitu sebesar 4,49±0,11 %, kemudian etil asetat sebesar 4,43±0,03 % dan terendah metanol sebesar 4,36±0,04 %. Nilai kandungan skopoletin tertinggi diperoleh dari pelarut etanol sebesar 118,092±1,57 ppm, lalu metanol sebesar 111,86±1,58 ppm dan terendah etil asetat sebesar 18,760±2,74 ppm.