Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

IDENTIFIKASI BAHAYA KERJA MENGGUNAKAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) DAN POSTUR KERJA UNTUKMENGURANGI KECELAKAAN KERJA PADA DEPARTEMEN PRODUKSI DENGAN RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) Studi Kasus Pada: PT. Medari Karya Mulia Akhyar Efendi; Muhammad Yusuf; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 6 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.242 KB)

Abstract

PT. Medari Karya Mulia, perseroan terbatas yang bergerak di bidang jasa perbengkelan (Retest, Repair, Repaint)tabung LPG 3 kg. Analisa menggunakan metode hazard identification and risk assessment (HIRA) pada PT. MedariKarya Mulia. Identifikasi bahaya yang terdapat pada bagian repair. Prioritas risiko rendah (low risk) memiliki nilai(67%) terdapat pada proses quality control, proses vacuum, uji leaktest akhir, proses pemasangan valve, prosespelepasan valve dan proses sand blasting, tingkatan prioritas menengah (medium risk) (11%) terdapat pada proseslas balancer, sedangkan untuk kategori risiko tinggi (high risk) (22%) terdapat pada proses pengepresan hand guardand footring dan proses painting masing-masing menunjukan nilai risk relative sebesar 8 (delapan) pekerjaanmemiliki risiko tinggi. Berdasarkan perhitungan dengan metode RULA pada bagian repair PT. Medari Karya Muliadiketahui beberapa proses kerja antara lain proses pelepasan valve, proses hand guard and footring, proses sandblasting, proses las balancer, proses painting, proses sablon, proses test dan pemasangan valve, proses uji leaktestakhir, proses vacuum, dan quality control. Kondisi postur kerja bagian repair yang memiliki nilai skor tinggi, yaituterdapat pada proses sablon, memiliki skor sebesar 6 (enam), dan proses vacuum memiliki skor sebesar 5 (lima). Halini menunjukan bahwa pada proses kerja tersebut mengalami tingkat risiko kerja yang tinggi dapat menyebabkankecelakaan kerja, yaitu diperlukan investigasi dan perbaikan segera.
ANALISIS UPAH INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM HALSEY, ROWAN DAN EMERSON DI SUBANDI COLLECCTION Faozi Hidayat; Petrus Wisnubroto; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.312 KB)

Abstract

Subandi Collecction merupakah Home Industry yang berkembang, Home Indusry ini memiliki banyak karyawan,namun kinerjanya kurang optimal karena tidak bisa mencapai target, hal ini dikarenakan salah satunya adalahkurang semangat dalam bekerja, sehingga perusahaan harus mengoptimalkan kinerja dari setiap karyawan salahsatunya dengan menerapkan sistem upah insentif, maka perlu analisis sistem upah dengan menggunakan metodeHalsey, Rowan dan Emerson.Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis metode upah karyawan denganmenggunakan tiga metode, yaitu Halsey, Rowan dan Emerson. Diharapkan dengan adanya metode pengupahanmaka karyawan akan semakin semangat dalam bekerja Setelah diketahui metode manakah yang terbaik kemudiandipilih metode tersebut untuk diterapkan di perusahaan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode Rowanmemberikan upah per minggu yaitu sebesar Rp. 294.593,- per minggu sedangkan metode Halsey memberikan upahRp. 278.125,- perminggu. Sehingga metode yang sebaiknya diterapkan di Subandi Collecction yaitu metode Halseykarena metode halsey memberikan upah yang tidak terlalu tinggi, upah yang terlalu tinggi dapat membuatperusahaan rugi, begitupun dengan metode Emerson yang memberikan upah sebesar Rp. 260.000,- metode inikurang cocok karena terlalu sedikit untuk penambahan bonus.
ANALISIS SIKAP KERJA DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) GUNA MENGELIMINIR KELUHAN OPERATOR Hendry Admanda; Titin Isna Oesman; Risma Adelina Simanjuntak
Jurnal Rekavasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.051 KB)

Abstract

Pabrik Tahu Murni adalah Industri rumahan dalam bidang kuliner makanan tahu yang terletak di Bantul. Produksiyang terjadi tergolong masih tradisional dan tergolong dominan dengan tenaga manusia. Dalam penelitianpendahuluan, disebutkan hasil keluhan muskeleketal yang cukup tinggi, yaitu dari jumlah 28 atribut, 16 mengalamikeluhan diatas 60 persen. Hal ini disebabkan oleh kondisi sikap kerja operator yang belum ergonomis, beban kerjayang berlebih, serta minimal penggunaan mesin maupun peralatan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian secaraanalisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi sikap kerja operator dan memberikan usulan kepada pihak pengelolapabrik agar dapat segera diperhatikan. Penelitian ini menggunaan metode Nordic Body Map (NBM) yang berfungsiuntuk mengetahui keluahan yang terjadi pada operator. Metode Quick Exposure Check (QEC) berfungsi penilaian /analisis pada sikap kerja operator dengan cara berfokus pada 4 (empat) titik kerangkat otor manusia meliputipunggung, pergelangan tanan / tangan, bahu / lengan, dan leher yang berdasarkan pengamatan, pengidentifikasi, danpengambilan gambar (foto). Indeks Massa Tubuh (IMT) berfungsi mengetahui data pribadi seseorang untuk menilaisetiap gizi operator untuk mengidentifikasi kekuatan fisik dalam melakukan suatu pekerjaan.Berdasarkan dari hasilpenelitian menggunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM) menunjukkan bahwa keluhan kerja menunjukkan angkayang signifikan diatas 60% berjumlah 16 keluhan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kemudianpenelitian dengan metode Quick Exposure Check (QEC) menunjukkan hasil keluhan yang tinggi khususnya stasiunkerja operator penyaringan dan pemotongan, yaitu dalam kateori 4(empat) dengan usulan oenelitian lebih lanut dandiubah seketika. Penelitian dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menyebutkan 4 (empat) operator kelebihan beratbadan dan 11 operator kriteria normal. Usulan yang diberikan sebaiknya sikap kerja operator perlu dilakukanpenelitian lebih lanjut. Melakukan penambahan alat / mesin yang ada di pabrik. Memperbaiki stasiun kerja padaruang produksi.
DESAIN MESIN MIXING PADA PROSES PRODUKSI TEMPE MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT BERDASARKAN ERGONOMI Muhammad Rifqi Ariantono; Titin Isna Oesman; Risma Adelina Simanjuntak
Jurnal Rekavasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.138 KB)

Abstract

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai dan kapang atau ragi. Industri tempe merupakan industri rumah tangga salah satu yang mengelola industri tempe adalah home industry tempe di bantul milik Bapak Rasimun. Home industry tersebut memproduksi 200 kg tempe setiap hari. Dalam proses produksi pada peragian terdapat cara kerja yang belum ergonomis Karena proses produksi masih konvesional dan para pekerja belum memperhatikan higienitas dari produk, sehingga diperlukannya mesin yang dapat merubah cara kerja konvesional dengan memperhatikan higienitas produk.Perancangan mesin mixing ragi dan kedelai ini menggunakan metode Quality Function Deployment(QFD) berdasarkan ergonomi.Metode QFD merupakan suatu metode yang terstruktur dalam penggambaran produk yang memungkinkan pengembangan produk untuk menetapkan dengan jelas semua keinginan dan kebutuhan konsumen serta mengevaluasi masing-masing kemampuan produk yang ditawarkan secara sistematis untuk memenuhi kebutuhan.Metode ergonomi digunakan untuk menyesuaikan mesin dengan dimensi tubuh pekerja.Dalam penelitian ini dihasilkan mesin mixing ragi dan kedelai yang memiliki kapasitas 5 (lima) kg. mesin tersebut didesain sesuai dengan tubuh pekerja sehingga dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja, meningkatkan higienitas produk dan mempercepat proses produksi, terutama pada bagian peragian.
OPTIMALISASI BIAYA DISTRIBUSI PRODUK PT.MADUBARU DENGAN PENDEKATAN METODE SAVING MATRIX DAN GENERALIZED ASSIGNMENT Ulfah Nur Azizah; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.73 KB)

Abstract

PT. Madubaru merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan dan pembuatan gula konsumsi dengan lokasi retailer di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) - Jawa Tengah. PT. Madubaru ini mempunyai mekanisme distribusi yang tidak optimal dengan melakukan pengiriman produk ke setiap retailer dari sebuah gudang kemudian kembali ke gudang dan seterusnya. Hal tersebut menimbulkan permasalahan terkait penjadwalan, pengaturan rute, dan pengaturan kapasitas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbandingan hasil metode penyelesaian dalam Supply Chain Management (SCM) yaitu Saving Matrix dan Generalized Assignment. Tujuan utama dari metode ini adalah perencanaan rute dan penugasan kendaraan dengan biaya distribusi yang optimal. Metode Saving Matrix dilakukan dengan membuat suatu matriks penghematan (savings matrix). Matriks ini berisi daftar penghematan yang diperoleh jika menggabungkan dua atau lebih retailer dalam satu kendaraan. Metode Generalized Assignment bekerja dengan menentukan seed point atau titik tengah kendaraan, kemudian menghitung biaya penyisipan untuk setiap pelanggan. Hasil dari penelitian yang dilakukan pada 12 retailer diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan metode saving matrix sebesar Rp. 395.222/hari dapat memberikan penghematan lebih besar Rp. 81.593/hari (14 %) dibandingkan dengan penggunaan metode generalized assignment Rp. 399.305/hari dengan penghematan sebesar Rp. 77.510/hari (13%) dari biaya sebelumnya sebesar Rp. 476.815/hari. Rute usulan yang optimal juga dihasilkan oleh metodeSaving Matrix (tiga rute dengan total jarak tempuh sebesar 112,45 km) dibandingkan rute usulan yang dihasilkan dengan Generalized Assignment (tiga rute dengan total jarak tempuh sebesar 116 km) dari 12 rute sebelumnyadengan total jarak tempuh 263 km. Rute yang dimiliki oleh saving matrix lebih sederhana, fleksibel dan mempunyai kecepatan tinggi daripada generalized assignment
REDESAIN ALAT PENGUPAS BIJI METE BERBASIS ERGONOMI DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN PEKERJA Tomi Agus Setiawan; Titin Isna Oesman; Cyrilla Indri Parwati
Jurnal Rekavasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.853 KB)

Abstract

Mete merupakan salah satu jenis produk olahan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.Para pekerja pengupas biji mete saat ini menggunakan alat yang berbahan kayu dan pada saat menggunakan alat yang saat ini posisi tubuh membungkuk yang mengakibatkan terasa sakit pada bagian tubuh tertentu leher bagian atas, leher bagian bawah, bahu, pinggang, bokong, pantat, punggung, tangan kanan, lengan dan pekerja merasa cepat lelah. Permasalahan ini perlu diatasi dengan meredesain alat pengupas biji mete yangdigunakan pekerja sesuai dengan prinsip ergonomi guna meningkatkan kualitas kesehatan pekerja. Metode yang digunakan meredesain alat pengupas biji mete adalah dengan prinsip Ergonomi dan Quality FunctionDeployment. Kuesioner disebarkan sebanyak 24 eksemplar kepada pekerja untuk mengumpulkan data melalui nordic body map, mengumpulkan data tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan untuk mengetahui harapan dari pekerjaterhadap alat pengupas biji mete melalui Quality Function Deployment serta mengumpulkan data antropometri untuk menentukan desain yang baru sesuai prinsip ergonomi pekerja. Ukuran alat pengupas biji mete yang sudah diredesain lebar dan panjang 41.43 cm, tinggi 52.09 cm, panjang kacip 47.62 cm, dan diameter pegangan 6,65 cm. Hasil dari House Of Quality tingkat kepentingan tertinggi adalah pengoprasian mudah dengan nilai 3.5, sedangkan tingkat kepuasan nilai tertinggi adalah pengoprasian mudah dengan nilai 3.21. Redesain alat di uji menunjukan hasil terjadi penurunan keluhan kesakitan pada bagian leher atas 45.8%, leher bagian bawah 33.4%, bahu kanan 37.5%, pinggang 29.1%, bokong 37.5%, pantat 33.4%, punggung 33,3%, tangan kanan 16.7%, lengan atas kanan 20.8% menunjukan presentase mengalami penurunan dengan menggunakan alat setelah redesain meningkatkan kualitas kesehatan pekerja.
ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS DAN NIOSH PADA PEKERJA MANUAL MATERIAL HANDLING BAGIAN LOADING- UNLOADING BANDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA STUDI KASUS PT. GAPURA ANGKASA Irwantika Dwi Ningrum; Joko Susetyo; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.204 KB)

Abstract

PT. Gapura Angkasa merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan pelayanan ground handling di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Salah satu aktivitas ground handling adalah loading-unloading. Pada loading unloading tersebut, sebagian besar kegiatan masih dikerjakan secara manual. Bila tidak tepat, kegiatan tersebut dapat mengakibatkan cidera pada pekerja, terutama cidera pada sistem muskuloskeletal. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis postur kerja para pekerja loading-unloading dengan metode Ovako Working Analysis System (OWAS) dan menghitung Recommended Weight Limit (RWL) serta pengaruh beban tersebut terhadap sistem muskuloskeletal berdasarkan kriteria Lifting Index (LI) dengan metode NIOSH. Berdasarkanpenelitian ini, identifikasi postur kerja yang berdasarkan metode OWAS pada kegiatan loading diperoleh, elemen pekerjaan ke-1 termasuk kategori risiko 4 (sangat berbahaya), elemen pekerjaan ke-2 termasuk kategori risiko 1 (aman), elemen pekerjaan ke-3 termasuk kategori risiko 3 (berbahaya). Pada kegiatan unloading, elemen pekerjaan ke-1 dan ke-2 termasuk kategori risiko 1 (aman), elemen pekerjaan ke-3 termasuk kategori risiko 3 (berbahaya). Berat beban yang direkomendasikan untuk diangkat pekerja atau Recommended Weight Limit (RWL) pada kegiatan loading sebesar 2,5198 kg dan pada kegiatan unloading sebesar 3,1567 kg. Nilai LI yang dihasilkan loading sebesar 4,5242 dan unloading sebesar 3,6114. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat risiko kerja yang tinggi, terutama risiko terjadi cedera pada sistem muskuloskeletal para pekerja.
USULAN PEMILIHAN METODE UPAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM HALSEY, ROWAN & TAYLOR DI PT. SAPTA SENTOSA JAYA ABADI Wahyu Triyono; Muhammad Yusuf; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.329 KB)

Abstract

PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan crude palm oil (minyak kelapa sawit). Perusahaan tersebut memiliki beberapa stasiun dengan pembidangan khusus. Salah satu stasiun tersebut adalah Loading Ram. Stasiun tersebut adalah stasiun penting yang berfungsi menyortir buah kelapa sawit. Stasiun Loading Ram menerapkan penerimaan karyawan lepas atau harian yang setiap dua minggu sekali dilakukan pergantian karyawan baru. Karyawan menerima upah berdasarkan jumlah output bongkar kelapa sawit dan waktu pengerjaan tanpa tambahan bonus. Peninjauan kembali sistim pengupahan menggunakan metode Halsey, Rowan dan Taylor. Ketiga metode tersebut menerapkan sistem pengupahan dengan pemberian bonus yang berbeda sesuai tingkat efisiensi waktu kerja. Penelitian ini bermaksud membandingkan ketiga metode tersebut, sehingga diketahui metode yang lebih tepat dari metode yang diberlakukan di perusahaan. Hasil analisis dan uji statistik dari ketiga metode tersebut menunjukkan bahwa metode Rowan mempunyai tingkat bonus yang lebih tinggi dibanding Metode Halsey dan Taylor. Terkait keluhan karyawan atas pengupahan di stasiun Loading Ram, Metode Rowan dianggap lebih tepat untuk diterapkan di perusahaan karena dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan.
DESAIN ULANG MESIN PEMOTONG TEMPE MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY (SERVQUAL) DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) MELALUI PENDEKATAN ANTROPOMETRI Ayu Wulandari Saraswati; Titin Isna Oesman; Imam Sodikin
Jurnal Rekavasi Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.113 KB)

Abstract

Mesin pemotong tempe yang digunakan pada home industri “Pak Mur” saat ini, memiliki banyak keluhanyang dinyatakan oleh pekerja. Keluhan-keluhan tersebut antara lain adanya keluhan muskuloskeletal, bagian-bagianyang berhubungan langsung dengan proses pemotongan tempe yang masih terbuat dari bahan besi berkarat,Tegangan listrik sebesar 900 watt dan kenyamanan dalam pengoperasian mesin pemotong tempe yang dianggapmasih kurang. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti bermaksud meredesain mesin pemotong sehingga dapatmeningkatkan kesehatan pekerja dan kapasitas produksi home industri tersebut. Metode yang digunakan untukmeredesain mesin pemotong tempe adalah dengan menggunakan service quality dan quality function deployment melalui pendekatan antropometri. Dengan penyebaran kuisioner sebanyak 8 (delapan) orang pekerja untuk mengumpulkan data keluhan muskuloskeletal melalui nordic body map, mengumpulkan data tingkat kepentingan, tingkat kepuasan dan tingkat harapan dari pekerja terhadap mesin pemotong tempe melalui service quality dan quality function deployment serta menghimpun data antropometri yang dibutuhkan. Hasil dari service quality diperoleh gap positif terbesar terdapat pada atribut tinggi mesin. Hasil dari quality function deployment diketahui tingkat kepentingan tertinggi terdapat pada atribut tinggi mesin 4,625. Tingkat kepuasan tertinggi terdapat pada atribut tinggi mesin yaitu sebesar 4,75. Ukuran mesin pemotong tempe yang baru adalah tinggi mesin 94,32 cm dan lebar 55,78 cm.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN CRITICAL SPARE PART DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW SYSTEM PADA UPT BALAI YASA YOGYAKARTA Mega Nurmanita; Imam Sodikin; Titin Isna Oesman
Jurnal Rekavasi Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.956 KB)

Abstract

Balai Yasa Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) PT Kereta Api Indonesia (KAI) di bidang maintenance kereta api, menangani semua lokomotif dari Jawa dan Sumatra. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2011 menyatakan kereta ditarik lokomotif yang beroperasi wajib melakukan pengujian berkala. Ketersediaan spare part adalah salah satu cara meningkatkan keandalan mesin dalam proses replacement spare part. Sehingga, pengendalian persediaan spare part diperlukan untuk menjaga ketersediaan spare part. Lead time pengadaan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi ketersediaan spare part. Pengelompokkan jenis material berdasarkan variabel klasifikasi tertentu akan memudahkan manajemen persediaan dalam memprioritaskan material.Berdasarkan situasi tersebut memungkinkan betapa penting mengklasifikasikan kekritisan berdasarkan nilai penggunaan per tahun dan lead time pengadaan dan menentukan pengendalian critical spare part komponenlokomotif dengan pendekatan Continuous Review System. Hasil yang diperoleh bertujuan mengklasifikasikan kekritisan berdasarkan nilai penggunaan per tahun dan lead time pengadaan, kemudian menentukan jumlah pemesanan, safety stock, titik pemesanan kembali, dan total biaya persediaan dari critical spare part. Menentukanjumlah pemesanan, safety stock, titik pemesanan kembali, dan total biaya persediaan dari critical spare part digunakan pendekatan Continuous Review System. Hasil menunjukkan bahwa klasifikasi ABC dan SDEmenghasilkan kategori dengan tingkat kekritisan. Jumlah pemesanan keempat belas spare part kritis berbeda-bedamulai dari 0 sampai 263 unit. Begitu juga dengan jumlah safety stock berkisar pada 0 sampai 293 unit, Reoder pointberkisar pada 0 sampai 435 unit, dan Total Cost berkisar pada Rp 0,- sampai Rp 28.767.138,- dalam satu tahun.