Catharina B Tan Lian Soei
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PELATIHAN DAN PEMAHAMAN UNTUK MENEMBUS PASAR MODERN BAGI KELOMPOK USAHA JAMUR DI PARONGPONG CIMAHI Catharina Tan Lian Soei; Sandra Sunanto; Agus Hasan Pura; Rizka Nugraha Praktikna
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.829 KB)

Abstract

Tujuan kegiatan Pelatihan dan Pemahaman untuk Menembus Pasar Modern bagi Kelompok Usaha Jamur di Parongpong Cimahi adalah peningkatan pengetahuan para petani jamur dan pengolah jamur tentang tuntutan dan mekanisme untuk memenuhi kualifikasi dari pasar modern khususnya di Yogya group, termasuk peningkatan pengetahuan sortir produk, kemasan produk untuk pengiriman, informasi mengenai kebutuhan pasar mengenai jamur dan produk olahan jamur, dan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan keuangan secara sederhana.Pada bulan Mei 2014 bekerjasama dengan Yogya Supermarket diselenggarakan pertemuan dan diskusi mengenai syarat, mekanisme, dan kriteria agar dapat menjadi pemasok, harga , syarat pembayaran serta kualitas produk serta dilakukan pula peragaan bagaimana caranya mengemas jamur merang untuk dapat diterima di supermarket. Pada bulan Juli 2014 diselenggarakan pelatihan manajemen keuangan sederhana untuk para petani dan pengusaha produk olahan jamur, namun ternyata peserta yang datang ke pelatihan merupakan pengusaha dari berbagai jenis usaha. Karena itu ada permintaan dari Koperasi Mitra Sejahtera untuk memberikan pelatihan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan untuk berbagai pengusaha , bukan hanya untuk petani jamur dan perusahaan pengolah jamur. Selain itu ada pula permintaan untuk dibantu dalam proses pembudidayaan bibit jamur.Pelaksanaan kegiatan tersebut dinilai berhasil dengan hadirnya peserta sesuai target serta besarnya antusias peserta. Bagi para peserta, kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang besar karena mereka menjadi memahami tuntutan pasar modern mengenai kualitas produk jamur merang maupun kripik jamur. Kesempatan terbuka namun hambatannya adalah masalah tingginya kualitas yang diminta pasar modern serta pemasok harus dapat menjual secara kredit. Harga jual ke supermarket Yogya adalah Rp 15.000/kg dengan syarat bahwa jamur merang yang sesuai standar sudah dikemas rapih, diterima di tempat dan pemasok bersedia dibayar 2 minggu kemudian. Kendala yang tidak mudah diatasi adalah bahwa produk jamur merang yang dihasilkan besarnya tidak sama, sehingga akan banyak produk yang tidak dapat dijual, sehingga sementara ini masih lebih baik untuk dijual secara borongan kepada pengumpul dengan harga Rp 8.500-Rp 10.000/kg dibayar tunai atau 1-3 hari kemudian. Para peserta pelatihan manajemen keuangan juga berpendapat bahwa mereka mendapatkan pencerahan bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini keliru dan bila tidak diperbaiki maka usaha mereka tidak dapat berkembang dengan efisien dan efektif serta sulit mendapatkan kredit. Namun untuk melakukan manajemen keuangan sederhana perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan.Pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat berjalan dengan baik karena adanya dukungan yang baik dari Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki St. Ignatius Cimahi dan Koperasi Kredit Mitra Sejahtera (KKMS) yang telah menyediakan tempat pelatihan dan mensosialisasikan kegiatan pengabdian ini.  
IDENTIFIKASI KEY SUCCESS FACTOR PADA INDUSTRI CLOTHING DI KOTA BANDUNG Catharina Tan Lian Soei; Ria Satyarini; Ivan Prasetya
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1090.698 KB)

Abstract

Perusahaan Clothing lokal merupakan salah satu ciri khas dari kota Bandung yang merupakan kota kreatif. Saat ini, clothing company di kota Bandung menghadapi persaingan yang sangat berat, bukan hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan lokal, tetapi juga bersaing dengan brand luar negeri yang pangsa pasarnya sama, yaitu pangsa pasar kaum muda. Industri clothing/fesyen di kota Bandung sangat erat kaitannya dengan factory outlet, distribution store, serta clothing company (yang lebih mengacu kepada perusahaan yang menjual produk yang diproduksi secara terbatas dan biasanya hanya menjual ulang produk, tanpa memiliki brand sendiri). Sedangkan Local Clothing Company adalah perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah merek sendiri. Pakaian jadi ini sebagian besar adalah T-shirt yang kemudian berkembang ke berbagai perlengkapan yang menunjang gaya hidup seperti shirt, longpant, jacket, sweatshirt, bag, slingbag, polo shirt, kanvas bag, dan assesoris seperti gelang dan pin.Perusahaan clothing yang diteliti adalah perusahaan yang berbasis komunitas yang kontemporer yang menjadi karakter khas kota Bandung.Perusahaan Clothing lokal tersebut target pasarnya adalah golongan menengah ke atas dan berbasis komunitas adalah perusahaan yang relative bertahan lama, yang sampai dengan tahun 2015 ini masih banyak bertahan. Lokasi distro ataupun clothing shopnya terutama berada di Jalan Riau, Jalan Trunojoyo, dan Jalan Dago. Clothing company menjual produknya tidak hanya melalui distro tetapi juga menjual secara on line, sehingga konsumennya bukan hanya orang Bandung atau orang yang berwisata ke Bandung tetapi tersebar di berbagai kota.Struktur industrinya merupakan fragmented industry, karena perusahaan-perusahaan clothing lokal Bandung terdiri dari banyak usaha mikro, kecil dan menengah, tidak ada perusahaan clothing lokal yang mendominasi pasar, masing-masing perusahaan melayani segmen pasar tertentu yang relative kecil,dan industri ini mempunyai barrier to entry dan barrier to exit yang rendahStrategi bisnis perusahaan clothing lokal merupakan differentiation strategy dan focus competitive advantages karenaPerusahaan dikelola secara desentralisasi yang ketat (tightly managed decentralization). Perusahaan berusaha keras meningkatkan nilai tambah produk (increase value added) karena konsumen sulit membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.Untuk mencapai itu maka pengusaha selalu terlibat dan dekat dengan komunitasnya.Pengusaha mempunyai standar material, standar pengerjaan produk, kontrol kualitas produk.Perusahaan fokus pada segmen pasar tertentu, kesenangan, gaya hidup dan minat konsumennya, hal ini membantu perusahaan untuk menentukan tipe produk, harga dan tipe produk, tipe pesanan dan daerah geografi Untuk memperoleh margin yang tinggi maka perusahaan berusaha agar bekerja dengan efisien dan minimalisasi biayaDari penelitian didapat bahwa Key success factors agar perusahaan sukses adalah Brand image, Komunitas dan loyalitas komunitas, Design dan trend, Time to market serta HargaKata kunci: fragmented industry, business strategy, clothing local company, key success factors.
PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KINEJRA REKSADANA TERBUKA KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DI INDONESIA Catharina B Tan Lian Soei
Bina Ekonomi Vol. 4 No. 1 (2000)
Publisher : Center for Economic Studies Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1183.729 KB) | DOI: 10.26593/be.v4i1.575.%p

Abstract

There are four kinds of investment funds: Money Market Investment Funds, Income Investment Funds, Balanced or Discretionary Investment Funds and Equity Investment Funds which can give flexibility to investors, because each investment fund has different risks and rate of return. Investors who invest in Equity Investment Funds would expect higher returns over the long term but experience greater price variability than those who invest in the Balanced or - Income Investment Funds.It is important to evaluate performance of mutual funds based on risk and return analysis. The risk adjusted return approaches are Sharpe Ratio,' Treynor Ratio, Jensen's Differential Return.Research was carried out by investigating the daily fluctuation of Net Asset Value within 119 of Jakarta Stock Exchange (JSE) working days over 21 investment funds which had been issued before February 1997. The result shows that Balanced Investment Funds has lower risk compared to Equity' Investment Funds, but has the highest average rate of return among them.- Hypothesis testing (at 95% confidence level) shows that Income Investment Funds, Balanced Investment Funds and Equity Investment Funds have—' significant risk differentiation but have no significant average rate of return' - differentiation. Performance based on Sharpe Ratio, Traynor Ratio, and Jensen's Differential Return shows that Balanced Investment Funds is better than Equity Investment Funds. This is due to not only to the high rate of return but also to the lower variability of the return of fixed income securities, money market instrument as well as bonds. These intriguing results implied that fund managers could enhance investment fund return by diversifying across both fixed income securities, money market instruments, bonds and stocks. Clearly to say, a judicious mix of deposits, bonds, and stocks over time could be used as a means to potentially rise investment funds return while also reducing risk. This research is a preliminary one and is done in short period of time so that it may only give phenomenon in the short run.