Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Efek pemberian metilprednisolon oral terhadap gambaran histopatologik hati tikus wistar (Rattus norvegicus) Rifaldi, Muhammad; Lintong, Poppy M.; Durry, Meilany F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14657

Abstract

Abstract: Drug-induced liver injury (DILI) is an adverse drug reaction which vary in its clinical manifestations, ranging from an asymptomatic increase in liver enzymes to fulminant hepatic failure. Several drugs can cause DILI, one of which is corticosteroid. Methylprednisolone (MT) is a kind of corticosteroid drug which is considered to be a safe drug and it is not believed to cause DILI and often used for the treatment of severe hepatitis. However, there are some reports of DILI in patients treated with high-dose MT. The objectives of this study was to determine the effect of oral administration of MT on liver’s histological changes of witar rats. This study was using 15 rats which were divided into 3 groups; 1 negative control group (group A) and 2 treatment groups (group B and group C). Group B was given a low-dose oral MT, 2 mg/day, while group C was given oral high-dose MT, 4 mg/day for 14 consecutive days. The results showed steatohepatitis features in both low-dose and high-dose MT administration groups. Histopathological features of both treatment groups are similar. Qualitatively, high-dose MT group showed worse histopathological features than the low-dose MT group. Conclusion: Administration of MT by 2mg/day and 4mg/day may induced steatohepatitis in wistar rat’s liver.Keywords: methylprednisolone, liver histopathological features Abstrak: Drug-induced liver injury (DILI) atau cedera hati akibat obat merupakan reaksi efek samping obat dengan manifestasi klinis yang beragam, mulai dari peningkatan enzim-enzim hati yang bersifat asimptomatik sampai dengan timbulnya gagal hati fulminan. Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan DILI, salah satunya adalah golongan kortikosteroid. Metilprednisolon (MT) adalah obat golongan kortikosteroid yang dianggap sebagai obat yang aman dan tidak diyakini dapat menyebabkan DILI, bahkan sering digunakan untuk terapi pasien hepatitis berat. Akan tetapi, beberapa klinisi melaporkan kasus DILI pada pasien-pasien yang diterapi dengan MT dosis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian MT oral terhadap perubahan histologik hati tikus wistar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik menggunakan 15 ekor tikus yang dibagi dalam 3 kelompok; 1 kelompok kontrol negatif (kelompok A) dan 2 kelompok perlakuan (kelompok B dan kelompok C). Kelompok B diberikan MT oral dosis rendah sebanyak 2 mg/hari sedangkan kelompok C diberikan MT oral dosis tinggi sebanyak 4 mg/hari setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan gambaran yang sama secara mikroskopik pada kedua kelompok perlakuan yaitu terjadinya steatohepatitis. Tetapi secara kualitatif, kelompok tikus yang mendapatkan MT dosis tinggi memberikan gambaran histopatologik yang lebih jelek dibandingkan kelompok yang diberi dosis rendah. Simpulan: Pemberian metilprednisolon dosis 2mg/hari dan dosis 4 mg/hari dapat mencetuskan terjadinya steatohepatitis pada hati tikus wistar. Kata kunci: metilprednisolon, gambaran histopatologik hati
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS LAMBUNG TIKUS WISTAR (RATTUS NOVERGICUS) YANG DIBERIKAN ALKOHOL Kololu, Dewi Febry; Lintong, Poppy M.; Loho, Lily
e-Biomedik Vol 2, No 2 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i2.4997

Abstract

Abstract: Alcohol has become aglobal problem. When it is consumed alcohol can disrupt the structure and function of the digestive tract. Objective: To reveal the histopathological features of the gastric of Wistar rats that are administered with bir, wine, whisky and cap tikus. Method: Experimental research using 15 rats that ware fasted and divided into 5 groups those are group control group which was treated by water, group A which was treated by beer (4.9% alcohol),group B which was treated by wine (14% alcohol), group C which was treated by whiskey (43% alcohol),and group D rats which wastreated by cap tikus(70% alcohol). The treatment of the test animals is done in 5 days. Results:In the control group on mucosa, submucosa, muscularis and serosa layers,inflammatory cells are also seen.In group Ainflammatory cells found on submucosal layer, intestinal metaplasia, and dilation of blood vessels. In group B inflammatory cell, intestinal metaplasia and dilation of blood vessels are found.In group C erosion, inflammatory cells, intestinal metaplasia and dilation of blood vessels are found.In group D submucosal necrosis, inflammatory cells, intestinal metaplasia and hyperemia are found. Conclusions: The provision of alcoholic drinks (beer, wine, whiskey, and cap tikus) in wistar can cause acute gastritis and of the high alcohol content (70% alcohol content)will be accompanied by gastric necrosis. Keywords: Beer, wine, whisky, cap tikus, gastritis.   Abstrak: Alkohol telah menjadi masalah global. Ketika dikonsumsi, alkohol dapat mengganggu struktur dan fungsi dari saluran pencernaan. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran histopatologi lambung tikus wistar yang diberikan bir, minuman anggur, whisky, dan cap tikus. Metode: Penelitian eksperimental menggunakan 15 ekor wistar yang dipuasakan kemudian dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol diberi minum air, kelompok A diberi perlakuan bir (kadar alkohol 4,9%), kelompok B diberi perlakuan anggur (kadar alkohol 14%), kelompok C diberi perlakuan whisky (kadar alkohol 43%), kelompok D diberi perlakuan cap tikus (kadar alkohol 70%). Perlakuan hewan uji selama 5 hari. Hasil: Pada kelompok kontrol tampak lapisan mukosa, submukosa, muskularis dan serosa, terlihat juga sel radang. Pada kelompok A didapatkan sel radangpada lapisan submukosa, metaplasia intestinal, dan pelebaran pembuluh darah. Pada kelompok B didapatkan sel radang, metaplasia intestinal dan pelebaran pembuluh darah.Pada kelompok C didapatkan erosi, sel radang, dan metaplasia intestinal dan pelebaran pembuluh darah.Pada kelompok D didapatkan nekrosis pada submukosa, sel radang, metaplasia intestinal dan hiperemi. Simpulan: Pemberian minuman beralkohol (bir, anggur, whisky, dan cap tikus) pada wistar dapat menyebabkan gastritis akut dan pada kadar alkohol yang tinggi (kadar alkohol 70%) disertai dengan nekrosis lambung. Kata Kunci: Bir, anggur, whisky, cap tikus, gastritis.
EFEK DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN GAMBARAN MORFOLOGI ENDOKRIN PANKREAS TIKUS WISTAR (Rattus Norvegicus) Nasi, Liestiono S.; Kairupan, Carla F.; Lintong, Poppy M.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10151

Abstract

Abstract: Leaves of ’sirih merah‘ (Piper Crocatum) contain compounds such as flavonoid, alkaloid and tannin, wich are capable of lowering blood sugar levels. This study aimed to investigate the effects of the administration of ‘sirih merah’ broth on blood sugar levels and histopathological features of pancreatic endocrine. This was a laboratory experimental study which was conducted for five month using 12 wistar rats as objects. The rats were divided into four groups: Group A (negative control), which received no treatment; group B, which were given the broth of ‘sirih merah’ at 2,4 ml; Group C, which were given sugar solution at 2,4 ml; and Group D, which were given the broth (1,2 ml) and sugar solution (1,2 ml). The results revealed that the levels of blood sugar decreased in rats in Groups B and D but increased in Group C. When compared with rats in Group A, the size and the number of Langerhans islets increased in Group C (more than twice). On the contrary, the number of Langerhans islets in Group D was relatively similar with that of Group A. Conclusion: The administration of the broth of ‘sirih merah’ leaves is able to lower blood sugar levels and to cause hyperplasia of pancreatic Langerhans islets.Keywords: leaves of ’sirih merah‘, blood sugar level, langerhans islandAbstrak: Daun sirih merah (Piper Crocatum) mengandung senyawa kimia, seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin, yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian air rebusan daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah dan gambaran morfologik endokrin pankreas. Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan selama lima bulan dengan objek penelitian tikus wistar sebanyak 12 ekor. Tikus dibagi dalam empat , yaitu Kelompok A (kontrol negatif), tikus tidak diberi perlakuan khusus; Kelompok B, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 2,4 ml; Kelompok C tikus diberikan air larutan gula 2,4 ml; dan Kelompok D, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 1,2 ml dan air larutan gula 1,2 ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gula darah menurun pada tikus Kelompok B dan D tetapi meningkat pada Kelompok C. Jika dibandingkan dengan Kelompok A, maka ukuran dan jumlah pulau Langerhans pankreas bertambah namun jumlahnya jauh lebih banyak pada Kelompok C (> dari dua kali lipat). Sebaliknya jumlah pulau Langerhans pada Kelompok D relatif hampir sama dengan yang ditemukan pada Kelompok A. Simpulan: Pemberian air rebusan daun sirih merah dapat menurunkan kadar gula darah dan menyebabkan pulau Langerhans pankreas hiperplasia.Kata kunci: Daun sirih merah, kadar gula darah, pulau Langerhans
Gambaran Histopatologik Aorta Tikus yang Diberikan Durian (Durio zibethinus Murr.) Setelah Pemberian Lemak Babi Limpo, Jessica P.; Lintong, Poppy M.; Loho, Lily
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.18681

Abstract

Abstract: Hyperlipidemia is a major trigger factor of atherosclerosis. Durian (Durio zibethinus Murr.) has a complex nutrient content such as high energy that can cause obesity resulting in hyperlipidemia. Recently several studies suggest that durian consists of vitamin C, vitamin E, carotenoids, and flavonoid as antioxidants that can inhibit the atherosclerosis process. This study was aimed to obtain the effects of durian administration on histopathologic features of Wistar rat aorta induced by lard. This was an experimental laboratory study using 26 male Wistar rats divided into four groups, as follows: group A (5 rats) without treatment; group B (7 rats), induced with 2 ml of lard twice a day for 28 days; groups C (7 rats), induced with lard for 28 days and then was continued with no treatment for 14 days; group D (7 rats), induced with lard for 28 days and was continued with the administration of durian 3,6g/day for 14 days. The results showed that there was a decrease in the number of foam cells in the group that was administered with durian compared to the groups without durian administration. Conclusion: The histopathological features of Wistar rats administered with durian (Durio zibethinus Murr.) after induced with lard showed a smaller number of foam cells compared to the groups without durian administration.Keywords: lard, atherosclerosis, foam cell, durianAbstrak: Hiperlipidemia merupakan faktor pemicu utama terjadinya aterosklerosis. Durian (Durio zibethinus Murr.) memiliki kandungan gizi yang kompleks seperti energi tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan dan berimbas pada keadaan hiperlipidemia. Beberapa sumber menyatakan bahwa durian mengandung beberapa jenis antioksidan yang dapat menghambat terjadinya proses aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efek pemberian durian terhadap gambaran histopatologik aorta tikus Wistar yang diberikan lemak babi. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik, menggunakan 26 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok A (5 ekor tikus) tanpa perlakuan; kelompok B (7 ekor tikus) diberikan lemak babi dua kali sehari sebanyak 2ml/kali selama 28 hari; kelompok C (7 ekor tikus) diberikan lemak babi selama 28 hari dilanjutkan tanpa perlakuan selama 14 hari; kelompok D (7 ekor tikus) diberikan lemak babi selama 28 hari dan dilanjutkan dengan pemberian durian sebanyak 3,6g/hari selama 14 hari. Hasil penelitian ini mendapatkan pengurangan jumlah sel busa pada kelompok yang diberikan durian dibandingkan kelompok tanpa pemberian durian. Simpulan: Tikus Wistar yang diberikan durian (Durio zibethinus Murr.) setelah pemberian lemak babi menunjukkan gambaran histopatologik aorta dengan jumlah sel busa yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang tanpa pemberian durian.Kata kunci: lemak babi, aterosklerosis, sel busa, durian
Pengaruh pemberian minyak kanola terhadap gambaran histopatologik aorta dan kadar kolesterol tikus Wistar dengan diet tinggi lemak Busia, Stefani; Durry, Meilany F.; Lintong, Poppy M.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.12804

Abstract

Abstract: Canola oil is a source of vegetable oils which contains high unsaturated fats that can reduce the risk of coronary heart disease, especially atherosclerosis. One of the trigger factors of atherosclerosis is hypercholesterolemia. This study aimed to evaluate the histopathological features of aorta and the levels of LDL and HDL cholesterols in Wistar rats fed with high fat diet and canola oil. There were 20 Wistar rats in this study, divided into four groups: group A, the negative control; group B with high-fat diet (1 ml lard and 1 ml yolk daily); group C with high-fat diet and 0.1 ml of canola oil daily; and group D with high-fat diet and simvastatin 0.2 mg daily. The results showed elevated levels of LDL and HDL cholesterols in the treated groups compared to the control group. The histopathological features revealed many foam cells in the aorta wall (intima and media layers) of group B, whereas group C had fewer foam cells. No foam cells were found in group D. Conclusion: Although the mean LDL and HDL cholesterol levels of all treated groups were higher than of the control group, canola oil could reduce foam cell formation.Keywords: canola oil, foam cell, LDL and HDL cholesterols Abstrak: Minyak kanola merupakan salah satu sumber minyak nabati yang tinggi lemak tak jenuh yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner terutama aterosklerosis. Salah satu faktor pencetus aterosklerosis ialah hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran histopatologik aorta serta kadar kolesterol LDL dan HDL tikus wistar yang diberi diet tinggi lemak dan minyak kanola. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus Wistar, yang dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: kelompok A sebagai kontrol negatif; kelompok B dengan diet tinggi lemak yaitu lemak babi sebanyak 1 ml dan kuning telur sebanyak 1 ml per hari; kelompok C dengan diet tinggi lemak dan minyak kanola sebanyak 0,1 ml per hari; dan kelompok D dengan diet tinggi lemak dan simvastatin sebanyak 0,2 mg per hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan rerata kadar kolesterol LDL dan HDL tikus wistar yang diberi perlakuan dibandingkan tikus kontrol yang hanya diberi pakan dan air. Pada gambaran histopatologik kelompok B terlihat adanya sel-sel busa pada dinding aorta (tunika intima dan media), sedangkan pada kelompok C sel-sel busa terlihat berkurang. Tidak terlihat sel busa pada kelompok D. Simpulan: Walaupun rerata kadar kolseterol LDL dan HDL meningkat pada kelompok perlakuan, minyak kanola dapat menurunkan pembentukan sel busa.Kata kunci: minyak kanola, sel busa, kolesterol LDL dan HDL
GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS WISTAR YANG DIBERIKAN BORAKS Tatukude, Rico Lukas; Loho, Lily; Lintong, Poppy M.
e-Biomedik Vol 2, No 3 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i3.6209

Abstract

Abstract: Borax is an ingredient that is widely used for industrial or antiseptic cleaning agents that are toxic, but borax is used as an additive ind foods and any experience accumulated in the liver that can cause liver disfumction. Methods: The aim of  research is to see macroscopic and microscopic of live wistar rats were given different doses of borax. Rats were used as much as  10 animals were divided into 4 groups. The control group (K1) 1 rat, K2 ( borax 20mg), K3 (borax 30 mg), K4 (borax 40 mg) each of 3 rats by administration for 1,5 and 10 days. Result: The result showed the rats had grossly enlarged liver size, liver weight gain and blackish brown in the group given 40 mg of borax and microscopically, the cells were exposed to borax liver showed hydropic degeneration, proliferation fibrolas and fibrosis.  From this study it can be concluded that the administraion of borax 20mg, 30mg, 40mg for 10 days caused fatty liver and mild fibrosis. Keywords: Borax, Liver Disfunction.     Abstrak: Latar Belakang: Boraks merupakan bahan industri yang banyak digunakan untuk antiseptik atau zat pembersih. Akan tetapi boraks juga masih digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan dan dapat memberikan efek karsinogenik dan disfungsi hati. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran histopatologi hati tikus wistar yang diberi boraks. Tikus yang digunakan sebanyak 10 ekor. Kelompok kontrol (K1) sebanyak 1 ekor tikus, K2, K3, K4 masing-masing 3 ekor tikus yang diberikan dosis 20mg, 30mg, dan 40mg yang diterminasi pada hari ke 1,5, dan 10. Hasil: Dari hasil penelitian menunjukkan secara mikroskopik sel hati yang terpapar boraks mengalami degenerasi hidropik, proliferasi fibrolas, dan secara makroskopis sel hati hewan coba mengalami perbesaran dan berwarna coklat kehitaman. Pemberian boraks 20mg, 30mg, dan 40mg dapat menyebabkan kerusakan hati. Kata Kunci: Boraks, Disfungsi Hati.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI AORTA TIKUS WISTAR (rattus novergicus) HIPERLIPIDEMIA Thendry, Anggelina; Loho, Lily L.; Lintong, Poppy M.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.6638

Abstract

Abstract: Atherosclerosis is a chronic inflammatory process that can be triggered by one of the risk factors of hyperlipidemia. This research was conducted to see the aorta associated with the provision of margarine that induce hyperlipidemia and administration of curcumin turmeric-containing compounds that act as antioxidants and anti-inflammatory. This research is experimental. The purpose of this study to determine the effect of extract of turmericon Wistar rat aorta histopathology induced hyperlipidemia with margarine. This study used 20 Wistar rats were divided into 5 groups, each group consisting of 4 rats. Group A (negative control group) is given only standard pellets, group B (positive control group) was given margarine 5gr/head /dayfor 28 days, group C was given margarine 5gr/head /day for 28 days followed by administration of standard pellets for 7 day, group D given margarine 5gr/head/day for 28 days followed by administration of turmeric extract 50 mg /head/day for 7 days, and group E are given margarine 5gr/head/day along with turmeric extract 50 mg/head/dayfor 28days. The results shows that microscopically visible aortic wall with foam cells in the tunica intima and tunica media in the positive control group and the administration of 50 mg of turmeric extract reduced foam cells. Conclusion: Turmeric extract showed foam cells in the intima and media less than that of margarine.Keywords: hyperlipidemia,turmeric, margarine, aorta histopathologyAbstrak: Aterosklerosis adalah proses radang kronik yang dapat dicetuskan oleh salah satu faktor resiko hiperlipidemia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah aorta berhubungan dengan pemberian margarin yang menginduksi hyperlipidemia dan pemberian kunyit yang mengandung senyawa kurkumin yang berperan sebagai antioksidan dan anti inflamasi. Penelitian ini bersifat eksperimental.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kunyit terhadap gambaran histopatologi aortatikus wistar hiperlipidemia yang diinduksi dengan margarin. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus wistar yang dibagi ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok A(kelompok kontrol negatif) hanya diberikan pelet standar, kelompok B(kelompok kontrol positif) diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari, kelompok C diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian pelet standar selama 7 hari, kelompok D diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak kunyit 50mg/ekor/hari selama 7 hari, dan kelompok E yang diberikan margarin 5gr/ekor/hari bersamaan dengan pemberian ekstrak kunyit 50mg/ekor/hari selama 28 hari. Secara mikroskopik tampak dinding aorta dengan sel-sel busa pada tunika intima dan tunika media pada kelompok kontrol positif dan pada pemberian ekstrak kunyit 50 mg sel busa berkurang. Simpulan: Pemberian ekstrak kunyit menunjukan sel-sel busa pada tunika intima dan media lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian margarin.Kata kunci: hiperlipidemia, kunyit, margarin, istopatologi aorta
Gambaran histopatologik ginjal tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin dan diberikan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L. Poir) Siahaan, Grace S.; Lintong, Poppy M.; Loho, Lily L.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12229

Abstract

Abstract: Gentamycin is known as one of the nephrotoxic agents. Purple sweet potato (Ipomoea batatas L. Poir) is rich of antioxidant due to its high anthocyanin content. This study aimed to obtain the histopathological features of the kidney of Wistar rats induced by gentamycin and were given purple sweet potato. This was an experimental laboratory study. Subjects were 24 Wistar rats. Group I (negative control) consisted of 4 rats, fed with pellets (AD2) for 7 days. Group IIA and IIB consisted of 4 rats each, induced by gentamicin for 7 and 10 days each. Group IIIA and IIIB consisted of 4 rats each, induced by gentamicin for 7 and 10 days and then were given purple sweetpotato extract for 7 days. Group IV consisted of 4 rats induced by gentamicin for 7 days then were fed with pellets (AD2) for 7 days. The results showed hydropic degeneration, necrosis, and fibrosis of kidney tubule epithelial cells in group IIA and B. Group III A and B showed regeneration of kidney tubule epithelial cells, while hydropic degeneration and necrosis focus reduced more than group II A and B. Group IV showed epithelial cell regeneration, yet still showed hydropic degeneration and necrosis. Conclusion: Supplementation of purple sweet potato extract to Wistar rats induced with gentamycin showed more regeneration of kidney tubule epithelial cells compared to the Wistar rats without supplementation of purple sweet potato extract. Keywords: kidney, gentamicin, purple sweet potato extract Abstrak: Gentamisin merupakan salah satu agen nefrotoksik. Ubijalar ungu (Ipomoea batatas L. Poir) sebagai tanaman kaya antioksidan memiliki senyawa antosianin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik ginjal tikus wistar yang diinduksi gentamisin dan diberikan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L. Poir). Jenis penelitian ini eksperimental laboratorik dengan menggunakan 24 ekor tikus wistar sebagai hewan coba. Kelompok I (kontrol negatif) sebanyak 4 ekor hanya diberi makan pelet AD2 selama 7 hari. Kelompok IIA dan IIB masing-masing sebanyak 4 ekor, diinduksi gentamisin selama 7 dan 10 hari. Kelompok IIIA dan IIIB masing-masing sebanyak 4 ekor, diinduksi gentamisin selama 7 dan 10 hari kemudian diberikan ekstrak ubijalar ungu selama 7 hari. Kelompok IV sebanyak 4 ekor diinduksi gentamisin selama 7 hari dan diberikan pelet AD2 selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan degenerasi hidropik, nekrosis dan fibrosis pada sel epitel tubulus ginjal tikus yang diberi gentamisin. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu pada tikus yang diinduksi gentamisin menunjukkan regenerasi sel epitel tubulus ginjal, sedangkan fokus degenerasi hidropik dan nekrosis semakin berkurang. Kelompok tanpa pemberian ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan regenerasi sel epitel namun gambaran degenerasi hidropik dan nekrosis masih tampak. Simpulan: Pemberian ekstrak ubi jalar ungu pada tikus wistar paska induksi gentamisin menunjukkan regenerasi sel epitel tubulus lebih luas dibandingkan yang tanpa pemberian ekstrak ubijalar ungu.Kata kunci: ginjal, gentamisin, ekstrak ubijalar ungu
Gambaran histopatologik lambung tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diberi minuman kopi (Coffea Arabica L) Kuswandi, Mohammad R.; Lintong, Poppy M.; Loho, Lily L.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15631

Abstract

Abstract: Coffee contains caffeine, a substance that triggers gastritis. Caffeine can stimulate the secretion of gastrin that induces secretion of HCl. HCl acid which overload can damage the gastric mucosa. This study was aimed to obtain the histopathological gastric changes in Wistar rats (Rattus norvegicus) given coffee solution (Coffea arabica L). This experimental study used 20 rats divided into four groups (five rats per group). Group A, the negative control; group B, given a standard dose of coffe 223 mg/rat/day for 30 days; group C, given a double dose of 446 mg/rat/day for 30 days; and group D, given a triple dose 669 mg/rat/ay for 30 days. All rats were terminated on day-31. The results showed the histopathological changes of group B as chronic inflammatory cells and edema; group C, chronic inflammatory cells, edema, and erosion; group D, chronic inflammatory cells that reached the submucosal layer, edema, and erosion. Conclusion: Administration of coffee of standard dose (223 mg/day in 1 ml water) to rats for 30 days showed chronic gastritis. Administration of coffee of double dose (446mg/day in 2 ml water) for 30 days showed chronic erosive gastritis. Moreover, administration of coffee of triple dose (669 mg/day in 3 ml water) for 30 days showed chronic erosive gastritis and more severe inflammation.Keywords: coffee, gastritis Abstrak: Kopi diketahui mengandung kafein yang merupakan salah satu zat pencetus gastritis. Kafein dapat merangsang sekresi gastrin kemudian merangsang pengeluaran HCl yag bila berlebihan dapat merusak mukosa lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik lambung tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diberi minuman kopi (Coffea Arabica L). Jenis penelitian eksperimental ini menggunakan 20 ekor tikus yang dibagi dalam empat kelompok (lima ekor tikus setiap kelompok). Kelompok A tidak diberi perlakuan; kelompok B diberi dosis standar kopi 223 mg/tikus/hari selama 30 hari; kelompok C diberi dosis dua kali lipat 446 mg/tikus/hari selama 30 hari; dan kelompok D diberi dosis tiga kali lipat 669 mg/tikus/hari selama 30 hari. Semua tikus diterminasi pada hari ke-31. Hasil penelitian menunjukkan gambaran histopatologik lambung tikus wistar pada kelompok B, berupa sel radang kronik dan edema; kelompok C, sel radang kronik, edema dan erosi; dan kelompok D, gambaran sel radang kronik yang mencapai lapisan submukosa, edema, serta erosi. Simpulan: Pemberian minuman kopi dengan dosis standar (223 mg/hari dalam 1 ml pelarut air) pada tikus selama 30 hari, menunjukkan gambaran histopatologik gastritis kronik. Pemberian kopi dengan dosis 2 kali lipat (446 mg/hari dalam 2 ml pelarut air) pada tikus selama 30 hari menunjukkan gambaran histopatologik berupa gastritis kronik erosif. Pemberian kopi dengan dosis 3 kali lipat (669 mg/hari dalam 3 ml pelarut air) pada tikus selama 30 hari menunjukkan gambaran histopatologik berupa gastritis kronik erosif dengan peradangan lebih hebat.Kata kunci: kopi, gastritis
Pengaruh pemberian ekstrak biji kakao (Theobroma cacao) terhadap jumlah pigmen melanin kulit tikus Wistar (Rattus novergicus) yang dipapar sinar matahari Yonathan, Koernia H.; Lintong, Poppy M.; Durry, Meilany F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14710

Abstract

Abstract: Excessive exposure of sunlight may cause hyperpigmentation. Cocoa is a beneficial plant to the skin. This study was aimed to reveal the effect of cocoa bean extracts on the number of melanin pigments in rat skin after sun exposure. This was an experimental study using 25 Wistar rats (Rattus norvegicus) divided into one control group and four treatment groups. The treatment consisted of sunlight exposure for one hour/day and application of cocoa bean extract 1600 mg/day that varied among treatment groups. Group A was the negative control group (terminated at day 21). Group B, the treatment group 1, was exposed to sunlight for 30 days (terminated at day 31). Group C, the treatment group 2, was exposed to sunlight for 20 days (terminated at day 31). Group D, the treatment group 3, was divided into group D1 consisted of 2 rats and group D2 consisted of 3 rats. Group D1 was exposed to sunlight 30 minutes after the application of cocoa bean extract for 20 days (terminated at day 21). Group D2 was exposed to sunlight 30 minutes after the application of cocoa bean extract for 30 days (terminated at day 31). Group E was exposed to sunlight for 20 days and continued with the application of cocoa bean extract for the next 10 days (terminated at day 3). The results showed that sunlight exposure increased the number of melanin pigments in group B and C compared to group A. Group D showed fewer melanin pigments than group B and C. Group E showed fewer melanin pigments than group B, C, and D. Conclusion: Cocoa bean extract could reduce the number of skin melanin pigments in rats exposed to sunlight.Keywords: cocoa beans extract, sunlight, melanin pigment, skin Abstrak: Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan hiperpigmentasi. Kakao merupakan tanaman yang berkhasiat untuk pemeliharaan kesehatan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengolesan ekstrak biji kakao dan pemaparan sinar matahari terhadap jumlah pigmen melanin kulit tikus Wistar. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan menggunakan 25 tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Perlakuan yang diberikan ialah paparan sinar matahari selama 1 jam/hari dan aplikasi ekstrak biji kakao dosis 1600 mg/hari yang bervariasi untuk masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok A merupakan kontrol negatif (diterminasi hari ke-21). Kelompok B ialah kelompok perlakuan 1, diberi paparan sinar matahari selama 30 hari (diterminasi pada hari ke-31). Kelompok C ialah kelompok perlakuan 2, diberi paparan sinar matahari selama 20 hari (diterminasi hari ke-31). Kelompok D ialah kelompok perlakuan 3 yang dibagi menjadi kelompok D1 terdiri dari 2 tikus dan D2 dari 3 tikus. Kelompok D1 diberi paparan sinar matahari setelah diolesi ekstrak biji kakao 30 menit sebelumnya selama 20 hari (diterminasi hari ke-21). Kelompok D2 diberi paparan sinar matahari selama 1 jam setelah diolesi ekstrak biji kakao 30 menit sebelumnya selama 30 hari (diterminasi pada hari ke-31). Kelompok E ialah kelompok perlakuan 4 yang diberi paparan sinar matahari 20 hari dan dilanjutkan dengan pengolesan ekstrak biji kakao untuk 10 hari berikutnya (diterminasi hari ke-31). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kelompok B dan C menunjukkan peningkatan jumlah pigmen melanin dibandingkan kelompok A. Kelompok D menunjukkan jumlah pigmen melanin yang lebih sedikit dibandingkan kelompok B dan C. Kelompok E menunjukkan jumlah pigmen melanin yang lebih sedikit dibandingkan kelompok B, C, dan D. Simpulan: Ekstrak biji kakao dapat mengurangi jumlah pigmen melanin kulit tikus Wistar yang dipapar sinar matahari. Kata kunci: ekstrak biji kakao, sinar matahari, pigmen melanin kulit