Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Gambaran histopatologik lambung tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi asam mefenamat dan diberi susu kental manis Shafira, Aisyah N.; Kairupan, Carla F.; Durry, Meilany F.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14687

Abstract

Abstract: Empirically, sweet condensed milk is often consumed by gastritis patients with acute gastritis to relieve the symptoms of epigastric pain. Its amphoteric acidity (pH 6,5 - 6,7), sweet taste, nutritional and oligosaccharides contents are some factors that are predicted to influence the relieve of epigastric pain. Acute gastritis can be induced by NSAIDs, such as mefenamic acid. This study aimed to reveal the histopathological features of the gaster of Wistar rats (Rattus norvegicus) induced with mefenamic acid and fed with sweet condensed milk. This was laboratory experimental study using 21 Wistar rats. Rats were divided into three groups (seven rats in each group). Group A was the negative control, group B was induced with mefenamic acid 23,25 mg/day for seven days, and group C were induced with mefenamic acid 23,25 mg/day and administered with sweet condensed milk 0,8 ml/day simultaneously for seven days. All rats were terminated on day 8. The results showed that histopathological features of the gaster of Wistar rats had less inflammatory cells and more regenerated cells than that of rats in group B. Conclusion: Histopathological features of gaster of Wistar rats induced with mefenamic acid and treated with sweet condensed milk showed milder signs of acute gastritis and better cell regeneration than that of Wistar rat not treated with sweet condensed milk.Keywords: Sweet Condensed Milk, Acute Gastritis, Histopathological Abstrak: Berdasarkan pengalaman empiris, susu kental manis sering dikonsumsi oleh penderita gastritis akut untuk meredakan keluhan nyeri epigastrium pasien. Sifat amfoter (pH 6,5 – 6,7), rasa manis, kandungan nutrisi, dan oligosakarida susu merupakan faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap perbaikan keluhan tersebut. Penyakit gastritis akut dapat diinduksi dengan obat AINS, salah satunya asam mefenamat. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran histopatologik lambung tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi asam mefenamat dan diberi susu kental manis. Penelitian eksperimental ini menggunakan subyek 21 ekor tikus wistar yang dibagi dalam tiga kelompok (tujuh ekor tikus setiap kelompok). Kelompok A tidak diberi perlakuan, kelompok B diberi asam mefenamat 23,25 mg/tikus/hari selama tujuh hari, dan kelompok C diberi asam mefenamat 23,25 mg/tikus/hari dan susu kental manis 0,8 ml/tikus/hari secara bersamaan selama tujuh hari. Semua tikus diterminasi pada hari ke-8. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran histopatologik lambung tikus wistar berupa infiltrat sel-sel radang yang lebih sedikit serta sel-sel regenerasi yang lebih aktif dan banyak pada kelompok C jika dibandingkan dengan yang terlihat pada kelompok B. Simpulan: Gambaran histopatologik lambung tikus wistar yang diinduksi asam mefenamat dan diberi susu kental manis menunjukkan tanda-tanda gastritis akut yang lebih ringan dan regenerasi sel yang lebih baik dibandingkan dengan yang terlihat pada lambung tikus wistar yang diinduksi asam mefenamat tetapi tidak diberi susu kental manis. Kata kunci: Susu Kental Manis, Gastritis Akut, Histopatologik
GAMBARAN HITOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (WISTAR) SETELAH PEMBERIAN RIFAMPISIN Mappa, Indah S.; Kairupan, Carla; Loho, Lily
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4368

Abstract

Abstract: Rifampicyn a bactericidal antibiotic drug of the rifamycin group. The drug is made ​​from semisynthetic compound derived from Amycolatopsis rifamycinica (formerly known as Amycolatopsis mediterranei and Streptomyces mediterranei). Rifampicyn dose of 600 mg / day in humans can cause side effects such as kidney renal insufficiency, acute renal failure, urine output, and the orange-red. This study a imsto look at the white rat renal histological (Wistar) after administration of rifampin. This research was conducted at the Research Laboratory of Integrated Pathology Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado. Study using 10 rats (Wistar) consisting of 3 treatment groups. The results showed that the use of rifampicyn at a dose of 5 mg in rats (Wistar) showed vacuole-vacuole in the renal tubular cells, where as the use of rifampicyn at a dose of 8 mg in rats (Wistar) causes acute tubular necrosis. Keywords: Kidney White Rat (Wistar), rifampicyn.  Abstrak: Rifampisin adalah obat antibiotik bakterisida dari kelompok rifamycin. Obat  ini   terbuat  dari  senyawa semisintetik yang berasal dari Amycolatopsis rifamycinica (sebelumnya dikenal sebagai Amycolatopsis mediterranei dan Streptomyces mediterranei). Rifampisin dosis 600 mg/hari pada manusia dapat menyebabkan efek samping terhadap ginjal berupa insufiensi ginjal, gagal ginjal akut, dan pengeluaran urin yang berwarna oranye-kemerahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran histologi ginjal tikus putih (Wistar) setelah pemberian rifampisin. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Terpadu Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian mengunakan 10 ekor tikus (Wistar) terdiri dari 3 kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunaan rifampisin dengan dosis 5 mg pada tikus (Wistar) menunjukkan adanya vakuola-vakuola di dalam sel tubulus ginjal, sedangkan pengunaan rifampisin dengan dosis 8 mg pada tikus (Wistar)  menyebabkan terjadinya nekrosis tubular akut. Kata Kunci: Ginjal Tikus Putih (Wistar), Rifampisin.
Gambaran histopatologik hati tikus wistar yang diberi minuman kopi pasca induksi karbon tetraklorida (CCl4) Pratiwi, Sulistia; Durry, Meilanny F.; Kairupan, Carla
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12206

Abstract

Abstract: Liver is the central of body metabolism and therefore is the major organ that suffers the most when subjected to free radicals and toxins, e.g carbon tetrachloride (CCl4). One of the herbal plants that is useful for treating liver damage is coffee. Coffee beans contains chlorogenic acid, an antioxidant, that can prevent liver damage. This study aimed to obtain a histopathological features of the liver of Wistar rats administered with coffee after induced with CCl4. This was a laboratory experimental study. Samples were 24 Wistar rats (Rattus norvegicus) divided into four groups. Rats in group 1 were the negative control. Rats in group 2 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days. Rats in group 3 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days, followed by coffee administration 1 ml/day for 7 days. Rats in group 4 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days then were given no treatment for 7 days. Termination was done on day 6 (group 1 and 2) and day 13 (group 3 and 4). The results showed that rats in group 2 histophatologically showed fatty liver formation and inflammation. Rats in group 3 were the same as group 4 in the terms showed regeneration of hepatocytes. Conclusion: Administration of coffe 1 ml/day (single dose) for seven days after induction with CCl4 for five days showed regeneration of hepatocytes which was similar to that in physiological condition. Keywords: histopathological features of the liver of wistar rats, carbon tetrachloride, coffee Abstrak: Hati merupakan pusat metabolisme tubuh sehingga menjadi organ utama yang mengalami kerusakan karena terpapar oleh radikal bebas dan bahan toksik seperti karbon tetraklorida (CCl4). Tanaman herbal yang berkhasiat mengobati kerusakan hati yaitu kopi. Biji kopi mengandung asam klorogenat yang bersifat antioksidan kuat yang dapat mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran histopatologik hati tikus Wistar yang diberikan minuman kopi pasca induksi CCl4. Jenis penelitian ini eksperimental laboratorik yang menggunakan 24 ekor tikus Wistar spesies Rattus norvegicus. Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari selama 5 hari, kelompok 3 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari selama 5 hari kemudian diberikan minuman kopi 1 ml/hari selama 7 hari, kelompok 4 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari kemudian tidak diberi perlakuan selama 7 hari. Kelompok 1 dan 2 diterminasi pada hari ke-6, sedangkan kelompok 3 dan 4 diterminasi pada hari ke-13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok 2 menunjukkan adanya perlemakan sel hati dan peradangan. Kelompok 3 menunjukkan hasil yang mirip dengan kelompok 4 yaitu adanya regenerasi sel-sel hati. Simpulan: Pemberian minuman kopi 1 ml/hari dosis tunggal selama tujuh hari pasca induksi CCl4 selama lima hari menunjukkan gambaran histopatologik berupa regenerasi sel-sel hati yang mirip dengan regenerasi sel-sel hati yang terjadi secara fisiologik.Kata kunci: gambaran histopatologik hati tikus wistar, karbon tetraklorida, minuman kopi.
Gambaran histopatologik lambung tikus wistar yang diberikan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) setelah induksi aspirin Sundalangi, Chelyne F.; Loho, Lily; Kairupan, Carla F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12223

Abstract

Abstract: Aspirin is an anti-inflammatory drug which can cause side effect such as damage of the gastric mucous. Soursop leaf is usually used for medical treatment because it contains flavonoid compound which has the antioxidant and anti-inflamatory activity and may protect gastric mucous from the side effects of aspirin. This study aimed to reveal the histopathological features of the gaster of wistar rats administered with soursop leaf extract after induced with aspirin. This was an experimental study using 20 Wistar rats. Rats were divided into negative control group (A) and treatment groups. Treatment groups were divided into; rats induced with aspirin 30mg for 10 days (B); rats administered with soursop leaf extract 80mg before induced with aspirin 30mg for 10 days (C); rats induced with aspirin 30mg for 10 days and administered with soursop leaf extract 80mg for the next 3 days (D); and rats induced with aspirin 30mg for 10 days and not treated for the next 3 days (E). Groups A, B and C were terminated on 11th day, meanwhile groups D and E were terminated on 14th day. The results showed normal histological features in group A. Group B showed acute gastritic features such as many PMN inflammatory cells in the mucous to serous layers, submucous edema, and capillary dilatation. Groups C and D showed many PMN inflammatory cells in the mucous to submucous layers. Group E showed decreased PMN inflammatory cells in mucous to submucous layers. Conclusion: Administration of soursop leaf extract could not decrease the acute gastritic signs such as inflammatory cells, edema and capillary dilatation in the gaster of Wistar rats induced with aspirin.Keywords: aspirin, soursop leaves, gaster. Abstrak: Aspirin merupakan obat anti inflamasi yang bisa menyebabkan efek samping gangguan mukosa lambung. Daun sirsak sering digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat karena mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiinflamasi yang mungkin dapat melindungi lambung dari efek samping aspirin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik lambung tikus Wistar yang diberikan ekstrak daun sirsak setelah induksi aspirin. Jenis penelitian ini ialah eksperimental yang menggunakan 20 ekor tikus Wistar. Hewan uji dibagi dalam kelompok kontrol negatif (A) dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi atas kelompok tikus yang diberi aspirin 30mg selama 10 hari (B); tikus yang diberi ekstrak daun sirsak 80mg sebelum induksi aspirin 30mg selama 10 hari (C), tikus yang diberi aspirin 30mg selama 10 hari dan diberikan ekstrak daun sirsak 80mg selama 3 hari berikutnya (D); dan tikus yang diberi aspirin 30mg selama 10 hari dan tidak diberi perlakuan selama 3 hari berikutnya (E). Kelompok A, B dan C diterminasi pada hari ke-11, kelompok D dan E diterminasi pada hari ke-14. Hasil penelitian menunjukkan gambaran histologik lambung normal pada kelompok A. Kelompok B menunjukkan gambaran histopatologik gastritis akut yakni baanyak sel-sel radang PMN pada lapisan mukosa sampai serosa, edema submukosa, dan pelebaran pembuluh darah kapiler. Kelompok C dan D menunjukkan banyak sel-sel radang PMN pada lapisan mukosa sampai submukosa. Kelompok perlakuan E menunjukkan sel-sel radang PMN yang lebih sedikit pada lapisan mukosa sampai submukosa. Simpulan: Pemberian ekstak daun sirsak tidak dapat mengurangi tanda-tanda gastritis akut berupa sel-sel radang, edema, dan pelebaran pembuluh darah kapiler pada lambung tikus wistar yang diinduksi aspirin. Kata kunci: aspirin, daun sirsak, lambung
GAMBARAN HISTOPALOGIK PAYUDARA MENCIT (MUS MUSCULLUS) YANG DIINDUKSI DENGAN SENYAWA KARSINOGENIK BENZO(Α)PYRENE DAN DIBERIKAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L) Husain, Nindy P.; Kairupan, Carla F.; Durry, Meilany F.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.7661

Abstract

Abstract: Breast cancer has the highest incidence of all cancers in women worldwide. Its etiology is still unknown, however, there are several risk factors considered as the primary contributors to the occurrence of breast cancer including life style, reproduction, genetic mutation, and hormonal inbalance. Benzo(α)pyrene, a polycyclic aromatic hydrocarbon compound (PAH), is known as a carcinogenic agent that can cause genetic mutations. Noni (Morinda citrifolia L) can be used as a natural medicine because it contains active compounds such as anti-microbial (antrhaquinone), anti-cancer (damnacanthal), proxeronin, alkaloids, minerals, vitamins, and some essential amino acids. This study aimed to determine the differences between the histopathologic features of the breasts of female mice administered and not administered with noni fruit (Morinda citrifolia L) after induction with benzo(α)pyren. This was an experimental study. There were 16 female mice approximately ± 2 months old with body weight approximately 20 gr divided into 4 groups: 1) Negative control, without any treatment for 28 days and mice were terminated on day 29. (2) Treatment I, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0.3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were terminated on day 29; 3) Treatment II, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0,3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were administered with noni fruit extract 0.5 mg/head/day on days 15-35 and mice were terminated on day 36; and 4) Treatment III, breasts were injected with benzo(α)pyrene 0,3 mg/head/day subcutaneously for 14 days and mice were administered with noni fruit extract 1.5 mg/head/day on day 15-35 and then were terminated on day 36. The results showed that the negative control group showed normal microscopic features of breast tissues. Treatment I group presented hyperplasia of the columnar epithelial cells lining the lactiferous ducts (> 4 layers) as well as cells with coarse nucleus chromatin and inflammatory cells. Treatment II and treatment III groups still presented hyperplasia of the columnar epithelial cells in milder manifestation than that of treatment I group (< 4 layers). Conclusion: Microscopic features of mice breasts induced with benzo(α)pyrene showed hyperplasia of the columnar epithelial cells of lactiferous ducts (>4 layers) while those of the mice administered with noni fruit extract after being induced with benzo(α)pyrene showed milder hyperplasia of the columnar epithelial cells (<4 layers).Keywords: Benzo(α)pyren, noni, hyperplasia, breast.Abstrak: Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan insidensi terbanyak dari semua jenis kanker pada perempuan di seluruh dunia. Penyebab kanker payudara masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang merupakan kontributor utama dalam pertumbuhan kanker, diantaranya gaya hidup, reproduksi, faktor genetik, dan ketidakseimbangan hormonal. Benzo(α)pyrene merupakan senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan mutasi genetik. Mengkudu (Morinda Citrifolia L) dapat digunakan sebagai obat alami karena mengandung senyawa-senyawa aktif berupa anti mikroba (antrhaquinone), anti kanker (damnacanthal), proxeronin, alkaloid, mineral, vitamin dan beberapa asam amino esensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologik antara payudara mencit betina yang diberi dan tidak diberi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L) setelah diinduksi dengan benzo(α)pyren. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Hewan uji ialah 16 ekor mencit betina berumur ± 2 bulan dengan berat badan 20 gr yang dibagi menjadi 4 kelompok: 1) Kelompok kontrol negatif (KN), mencit tidak diberi perlakuan selama 28 hari dan diterminasi hari ke-29; 2) Kelompok perlakuan I (KP-I), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan diterminasi hari ke-29; 3) Kelompok perlakuan II (KP-II), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan mencit diberi ekstrak buah mengkudu 0,5 mg/ekor/hari pada hari ke 15-35 dan diterminasi hari ke-36; dan 4) Kelompok perlakuan III (KP-III), payudara mencit diinduksi benzo(α)pyrene 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari dan mencit diberi ekstrak buah mengkudu 1,5 mg/ekor/hari pada hari ke 15-35 dan diterminasi hari ke-36. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada KN didapatkan gambaran mikroskopik jaringan payudara mencit yang normal. Pada KP-I didapatkan hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi payudara (>4 lapis sel) dengan kromatin inti kasar dan berwarna ungu gelap, serta adanya sel-sel radang di jaringan ikat. Pada KP-II dan III masih didapatkan hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi namun lebih ringan dari KP-I (<4 lapis sel). Simpulan: Gambaran mikroskopik payudara mencit yang diinduksi benzo(α)pyrene menunjukkan adanya hiperplasia sel epitel kolumnar duktus laktiferi (> 4 lapis) sedangkan payudara mencit-mencit yang diberikan ekstrak buah mengkudu setelah diinduksi dengan benzo(α)pyrene menunjukkan hiperplasia sel epitel yang lebih ringan (< 4 lapis).Kata kunci: benzo(α)pyren, mengkudu, hiperplasia, payudara
EFEK DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN GAMBARAN MORFOLOGI ENDOKRIN PANKREAS TIKUS WISTAR (Rattus Norvegicus) Nasi, Liestiono S.; Kairupan, Carla F.; Lintong, Poppy M.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10151

Abstract

Abstract: Leaves of ’sirih merah‘ (Piper Crocatum) contain compounds such as flavonoid, alkaloid and tannin, wich are capable of lowering blood sugar levels. This study aimed to investigate the effects of the administration of ‘sirih merah’ broth on blood sugar levels and histopathological features of pancreatic endocrine. This was a laboratory experimental study which was conducted for five month using 12 wistar rats as objects. The rats were divided into four groups: Group A (negative control), which received no treatment; group B, which were given the broth of ‘sirih merah’ at 2,4 ml; Group C, which were given sugar solution at 2,4 ml; and Group D, which were given the broth (1,2 ml) and sugar solution (1,2 ml). The results revealed that the levels of blood sugar decreased in rats in Groups B and D but increased in Group C. When compared with rats in Group A, the size and the number of Langerhans islets increased in Group C (more than twice). On the contrary, the number of Langerhans islets in Group D was relatively similar with that of Group A. Conclusion: The administration of the broth of ‘sirih merah’ leaves is able to lower blood sugar levels and to cause hyperplasia of pancreatic Langerhans islets.Keywords: leaves of ’sirih merah‘, blood sugar level, langerhans islandAbstrak: Daun sirih merah (Piper Crocatum) mengandung senyawa kimia, seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin, yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian air rebusan daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah dan gambaran morfologik endokrin pankreas. Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan selama lima bulan dengan objek penelitian tikus wistar sebanyak 12 ekor. Tikus dibagi dalam empat , yaitu Kelompok A (kontrol negatif), tikus tidak diberi perlakuan khusus; Kelompok B, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 2,4 ml; Kelompok C tikus diberikan air larutan gula 2,4 ml; dan Kelompok D, tikus diberikan air rebusan daun sirih merah 1,2 ml dan air larutan gula 1,2 ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gula darah menurun pada tikus Kelompok B dan D tetapi meningkat pada Kelompok C. Jika dibandingkan dengan Kelompok A, maka ukuran dan jumlah pulau Langerhans pankreas bertambah namun jumlahnya jauh lebih banyak pada Kelompok C (> dari dua kali lipat). Sebaliknya jumlah pulau Langerhans pada Kelompok D relatif hampir sama dengan yang ditemukan pada Kelompok A. Simpulan: Pemberian air rebusan daun sirih merah dapat menurunkan kadar gula darah dan menyebabkan pulau Langerhans pankreas hiperplasia.Kata kunci: Daun sirih merah, kadar gula darah, pulau Langerhans
EFEK SEDUHAN TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA MENCIT YANG DIINDUKSI BENZO(α)PYRENE Tabaga, Kirsten D.; Durry, Meilany F.; Kairupan, Carla
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8138

Abstract

Abstract: Breast cancer is the second most common cause of deaths due to cancer in women after cervical cancer. The etiology of breast cancer includes genetic, hormonal, and enviromental factors. Benzo(α)pyrene (BaP) is one of the polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) compounds that has been proven to induce tumor in animal models. Green tea (Camellia sinensis), a kind of popular beverage, contains polyphenols which have anticarcinogenic effect. This study aimed to determine the effect of green tea on microscopic features of mice’s breasts induced with BaP. This was an experimental laboratory study. Samples were 15 mice divided into 3 groups: A, B, and C. Group A (negative control) mice received no treatment for 28 days. Group B (treatment 1), mice’s breasts were induced with BaP 0.3 mg/head/day subcutaneously for 14 days. Group C (treatment 2), mice’s breasts were induced with BaP 0,3 mg/head/day subcutaneously for 14 days then those mice were given green tea 0.24 ml/head/day for the next 14 days. All mice were terminated on day 29. The microscopic results were as follow: Group A had normal microscopic features of breast tissues; Group B showed PMN cells, thickening of cuboidal epithelial cell layers lining the lactiferous ducts (more than 4 layers) as well as cells with coarse chromatin. Group C had PMN cells, 2-3 layers of cuboidal epithelial cells lining the lactiferous ducts as well as cells with coarse chromatin. Conclusion: Mice induced with benzo(α)pyrene followed by administration of green tea showed fewer layers of cuboidal epithelial cells lining the lactiferous ducts than the others without administration of green tea.Keywords: benzo(α)pyrene, green tea, hyperplasia, breastAbstrak: Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan setelah kanker serviks. Penyebab kanker payudara meliputi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Benzo(α)pyrene (BaP) ialah salah satu seyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) yang telah terbukti dapat menyebabkan tumor pada hewan percobaan. Teh hijau (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman yang mengandung polifenol dengan sifat antikarsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek seduhan teh hijau terhadap gambaran mikroskopik payudara mencit yang diinduksi BaP. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Sampel 15 ekor mencit yang dibagi dalam 3 kelompok: A. B. Dan C. Kelompok A (kontrol negatif), mencit tidak diberi perlakuan selama 28 hari. Kelompok B (perlakuan 1), payudara mencit diinduksi BaP 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari. Kelompok C (perlakuan 2), payudara mencit diinduksi BaP 0,3 mg/ekor/hari secara subkutan selama 14 hari kemudian mencit diberikan seduhan teh hijau 0,24 ml/ekor/hari selama 14 hari (hari ke-15 sampai 28). Semua mencit diterminasi pada hari ke-29. Hasil pemeriksaan mikroskopik ialah sebagai berikut: Pada kelompok A didapatkan gambaran mikroskopik jaringan payudara mencit yang normal; Pada kelompok B didapatkan adanya sel-sel PMN, penebalan lapisan sel epitel kuboid yang melapisi duktus laktiferi (>4 lapis), serta sel-sel dengan kromatin inti kasar. Pada kelompok C didapatkan adanya sel-sel PMN, 2-3 lapis sel epitel kuboid yang melapisi duktus laktiferi serta sel-sel dengan kromatin inti kasar. Simpulan: Mencit yang diinduksi dengan benzo(α)pyrene diikuti pemberian seduhan teh hijau memperlihatkan lapisan epitel kuboid dari duktus laktiferi yang lebih sedikit dibandingkan mencit tanpa pemberian teh hijau.Kata kunci: Benzo(α)pyrene, teh hijau, payudara, hiperplasia
Gambaran Mikroskopik Endokrin Pankreas pada Tikus Wistar yang Diberikan Sukrosa Dosis Bertingkat Mirotoneng, Gustap S.; Kairupan, Carla F.; Durry, Meilany F.
e-Biomedik Vol 7, No 2 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i2.24246

Abstract

Abstract: Sucrose can cause hyperglycemia on test animals because its glycemic effect resulting in pancreatic damage when consumed excessively. This study was aimed to evaluate the effects of administrasion of variable levels of sucrose on blood sugar level and microscopic features of the pancreatic endocrine of Wistar rats. This study employed 20 Wistar rats divided randomly into four groups of five rats per group (KN, P1, P2, and P3). Group KN received no treatment; group P1 was treated with 1.125 g of sucrose; while group P2 and P3 were treated with 5.625 g and 11.25 g of sucrose, respectively. The treatments were administered for 21 days and the rats were terminated at days 22. The results showed that levels of blood sugar of Wistar rats increased variably from the 1st-day compared with the 21-st day. The higher the dosage of sucrose given, the higher the sugar blood levels. Similarly, the higher the dosage of sucrose given, the higher the number of Langerhans islets. Differences among groups treated with sucrose were not statistically significant for both variables. In conclusion, administration of sucrose for 21 days increased blood sugar levels of Wistar rats. Increased levels of blood sugar and increased average number of Langerhans islets were correlated to the dosage of sucrose given. The higher the dosage of sucrose given, the higher the levels of blood sugar and the higher the number of Langerhans islets of pancreas.Keywords: sucrose, microscopic feature, pancreatic endocrine, hyperglycemic Abstrak: Sukrosa dapat menyebabkan hiperglikemia pada hewan uji karena memiliki efek glikemik yang berakibat kerusakan pankreas bila dikonsumsi berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian tingkat variabel sukrosa pada kadar gula darah dan mikroskopik endokrin pankreas dari tikus Wistar. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium. Penelitian ini menggunakan 20 tikus Wistar yang dibagi secara acak menjadi empat kelompok dengan lima tikus per kelompok (KN, P1, P2, dan P3). Kelompok KN tidak diberi perlakuan; kelompok P1 diberikan 1,125 g sukrosa; kelompok P2 dan P3 diberikan masing-masing 5,625 g dan 11,25 g sukrosa. Perlakuan diberikan selama 21 hari dan tikus diterminasi pada hari 22. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kadar gula darah tikus mengalami peningkatan bervariasi dari pengukuran hari ke-1 dibandingkan pengukuran hari ke-21. Semakin tinggi dosis sukrosa yang diberikan, maka semakin tinggi kadar gula darah. Pada pengamatan mikroskopik terdapat perbedaan jumlah pulau Langerhans pankreas. Semakin tinggi dosis sukrosa yang diberikan, semakin tinggi jumlah pulau Langerhans. Kedua perbedaan antar kelompok hewan uji tersebut tidak bermakna secara statistik. Simpulan penelitian ini ialah pemberian sukrosa selama 21 hari meningkatkan kadar gula darah tikus Wistar. Peningkatan kadar gula darah dan peningkatan jumlah rerata pulau Langerhans berkorelasi dengan dosis sukrosa yang diberikan. Semakin tinggi dosis sukrosa yang diberikan, semakin tinggi kadar gula darah dan semakin tinggi jumlah pulau Langerhans pankreas.Kata kunci: sukrosa, gambaran mikroskopik, endokrin pankreas, hiperglikemik
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK PAYUDARA MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI benzo(a)pyrene Liangan, Raymon; Kairupan, Carla; Durry, Meilany
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7492

Abstract

Abstract: Galangal (Alpinia galanga) is one of the plants that is often used for cancer therapy. Galangal contains different active ingredients, one of which is 1 'acetoxy chavicol acetate (ACA) which serves as an anticancer through its action as an anti-inflammatory agent, induction of apoptosis and inhibition of proliferation. Benzo(a)pyrenes (BAP) are five-ringed Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs), a group of mutagenic and carcinogenic organic compounds. This study aimed to determine the effect of galangal extract on histological features of mice’s breast induced by benzo(a)pyrene. This was an experimental laboratory study using mice as experimental animals. Subjects were 15 mice, divided into negative control group (5 mice) and two treatment groups (5 mice each). All mice were fed with standard pellet throughout the experiment. Mice in group A (negative control) received no treatment; mice in group B were administered with benzo(a)pyrene for 14 days then were given no treatment for the next 14 days; and mice in group C were induced by benzo(a)pyrene and were given galangal extract for 14 days then were given no treatment for the next 14 days. The result of this study revealed changes in mice breast histological features in the form of hyperplasia of cuboid epithelial cells of lactiferous ducts in group B and C, however the manifestation in group C was less pronounced than that was seen in group B. Conclusion: Oral administration of galangal extract subcutaneously was able to inhibit the cuboidal ductal lactiferious epithelial cell hyperplasia of mice breast induced by benzo(a)pyrene.Keywords: breast, benzo(a)pyrene, galangal extractAbstrak: Lengkuas (Alpinia galanga) merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk terapi kanker. Lengkuas mengandung berbagai bahan aktif, salah satunya 1’ acetoxy chavicol acetate (ACA), yang berkhasiat sebagai antikanker melalui kerjanya sebagai antiinflamasi, menginduksi apoptosis dan menghambat aktivitas proliferasi. Benzo(a)pyrene (BaP) adalah anggota Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) bercincin lima yang merupakan kelompok senyawa organik yang bersifat mutagenik dan karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lengkuas terhadap gambaran histologik payudara mencit yang diinduksi dengan benzo(a)pyrene. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba. Subjek penelitian yang digunakan yaitu 15 ekor mencit yang dibagi atas satu kelompok kontrol negatif (5 ekor) dan dua kelompok perlakuan (masing-masing 5 ekor). Semua hewan uji diberi makan pelet standard selama penelitian. Mencit kelompok A (kontrol negatif) tidak diberi perlakuan selama 28 hari, kelompok B diinduksi benzo(a)pyrene selama 14 hari lalu tidak diberi perlakuan selama 14 hari berikutnya dan kelompok C diinduksi benzo(a)pyrene dan diberikan ekstrak lengkuas selama 14 hari lalu tidak diberi perlakuan selama 14 hari berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan gambaran histologik payudara mencit berupa hiperplasia sel epitel kuboid dari duktus laktiferi pada kelompok B dan C, namun hiperplasia tampak lebih sedikit pada kelompok C dibandingkan yang terlihat pada kelompok B. Simpulan: Pemberian ekstrak lengkuas secara oral pada mencit yang payudaranya diinduksi benzo(a)pyrene secara subkutan terbukti dapat menghambat hiperplasia sel-sel epitel kuboid duktus laktiferi payudara.Kata kunci: payudara, benzo(a)pyrene, ekstrak lengkuas.
Gambaran histopatologik hati tikus Wistar yang diberi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) setelah diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) Syahrin, Satriani; Kairupan, Carla; Loho, Lily
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.13331

Abstract

Abstract: Moringa (Moringa oleifera) is a traditional plant, which is known to treat liver disease. The effect of moringa is related to the antioxidant activity of its compounds such as quercetin and flavonoid silymarin which are useful as liver protector. Carbon tetraclorida is a hepatotoxic substance that is usually used as an inducer of liver damage in studies related to hepatoprotector activity of a substance. This study aimed to describe liver histopathological features of Wistar rats fed with moringa leaf extract after CCl4 induction. This was an experimental study using 24 Wistar rats (Rattus norvegicus) which were divided into 4 groups. Group A, the negative control, was terminated at day 6th, and the other groups (B, C, and D) were induced with CCl4 0.05 cc/day for 5 days. After CCl4 induction, group B were terminated at day 6th; group C was treated with moringa leaf extract 100 mg/day for 5 days and was terminated at day 11th; group D received no treatment for 5 days and was terminated at day 11th. The results showed that groups induced with CCl4 for 5 days showed the presence of inflammatory cells and fatty cells. The groups treated with moringa leaf extract 100mg/day for 5 days after CCl4 induction 0.05 cc/day exhibited regeneration of liver cells in nearly all lobules. Conclusion: Administration of moringa leaf extract of 100mg/day could accelerate liver cell regeneration of Wistar rats after induction of CCl4 0.05cc/day.Keywords: moringa leaf extract, carbon tetrachloride, histopathologogical image of liverAbstrak: Kelor merupakan tanaman tradisional yang diketahui dapat mengobati penyakit hati. Khasiat obat tanaman kelor dihubungkan dengan kandungan senyawa kimia quercetin dan silymarin golongan flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang dapat melindungi dan mengobati kerusakan hati. Karbon tetraklorida merupakan zat hepatotoksik yang lazim dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati dalam pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik hati tikus wistar yang diberi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) setelah diinduksi CCl4. Jenis penelitian ini ialah eksperimental menggunakan 24 ekor tikus Wistar spesies Rattus norvegicus yang dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok A merupakan kelompok kontrol negatif, diterminasi pada hari ke-6; kelompok B,C, dan D (kelompok perlakuan) diberi CCl4 dengan dosis 0,05 cc/hari selama 5 hari. Setelah pemberian CCl4, kelompok B langsung diterminasi pada hari ke-6; kelompok C diberi ekstrak daun kelor 100 mg/hari selama 5 hari, diterminasi pada hari ke-11; kelompok D tidak diberi perlakuan selama 5 hari, diterminasi pada hari ke-11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diinduksi CCl4 selama 5 hari secara histopatologik memperlihatkan sel-sel radang dan perlemakan sel. Kelompok tikus yang diberi ekstrak daun kelor 100 mg/hari selama 5 hari setelah diinduksi CCl4 0,05 cc/hari menunjukkan regenerasi sel hati, hampir di seluruh lobuli hati. Simpulan: Pemberian ekstrak daun kelor 100 mg/hari setelah induksi CCl4 0,05 cc/hari dapat mempercepat regenerasi sel hati tikus Wistar yang mengalami cedera akibat CCl4.Kata kunci: ekstrak daun kelor, karbon tetraklorida, gambaran histopatologik hati