Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Struktural Novel Hong Lou Meng Xiao Lixian
Humaniora Vol 25, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.311 KB) | DOI: 10.22146/jh.2359

Abstract

Novel Hong Lou Meng karya Cao Xueqin merupakan salah satu dari empat novel klasik di sejarah sastra Tiongkok. Novel ini dianggap sangat membantu untuk memahami kebudayaan Tionghoa. Novel tersebut menarik untuk dianalisis dengan menerapkan teori strukturalisme ala Lévi-Strauss. Dalam analisis novel Hong Lou Meng ini, yang dominan diterapkan adalah asumsi dasar relasi-relasi oposisi berpasangan, karena relasi oposisi yang ditampilkan dalam novel ini banyak membantu untuk memahami fenomena-fenomena sosial pada waktu itu. Dari hasil analisis diketahui bahwa karya sastra seperti mitos juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk memahami budaya sosial yang diceritakan dalam karya sastra itu. Sebaliknya, jika mengenal baik mengenai budaya sosial yang bersangkutan, baru karya sastra dapat dipahami dengan baik.
Representation of Human Rights Violation in The Novels by Leila S. Chudori Apriyani, Tristanti; Lixian, Xiao; Daulay, Resneri
BAHASTRA Vol. 45 No. 2 (2025): BAHASTRA
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/bs.v45i2.1461

Abstract

Many authors use the theme of human rights in literature to highlight and address social issues. Similarly, Leila S. Chudori explores human rights violations in her novels Pulang (2012), Laut Bercerita (2017), and Namaku Alam (2023). This study analyzes the depiction of human rights abuses in these works as reflections of social realities during Indonesia's New Order era, employing new historicism theory. Using a qualitative descriptive approach, data were collected through reading, recording, and literature review. To ensure validity, semantic checks were applied, while reliability was confirmed through intrarater and interrater methods. Data analysis combined archaeological method and thick description techniques. The findings reveal that Chudori's novels effectively depict various human rights violations experienced during the New Order period,  such as political imprisonment, enforced disappearances, censorship, or state violence to give readers a clearer understanding of the study's scope offering critical insight into the era's social and political context. This study contributes by illuminating how Indonesian literary narratives reinterpret New Order history, thereby bridging historical memory dan cultural expression.
Emansipasi perjuangan Retna Pembayun dalam kisah heroik Mataram Islam di Kampung Purbayan Al Mardhiah, Neissaroh; Fadzira, Era; Suryadi, Anhar; Ifada, Arina; Gamaradikae, Afdri Jiyaris; Suwartini, Iis; Lixian, Xiao
Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Vol. 6 No. 1 (2024): JURNAL GENRE: (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/jg.v6i1.9109

Abstract

Tujuan penelitian mengetahui bentuk emansipasi cerita rakyat  Retno Pembayun yang terbit di koran Merapi dengan judul Perjalanan Cinta Sejati Roro Pembayun pada tanggal 8 November 2022 karya Anis Surya Trisanti. Retno Pembayun menjadi citra perempuan yang mampu tampil pada ranah publik. Pada masa itu masyarakat menganggap perempuan tidak setara dengan laki-laki. Retno Pembayun bahkan bisa menjalankan misi mengelabuhi musuh kerajaan sehingga memiliki peranan penting kejayaan Mataram Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan feminisme. Pengumpulan data dilakukan menggunakan  studi pustaka serta menggunakan teknik baca dan catat. Teknik analisis data terdiri atas reduksi data,  penyajian data, verifikasi, dan simpulan. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa ada  empat bentuk  emansipasi yaitu: (1) perempuan dan diplomasi politik, (2) perempuan dan keahlian, (3) perempuan dan perjuangan, dan (4) perempuan dan pernikahan. Keempat bentuk emansimasi tersebut berkaitan dengan nasionalisme. Retno Pembayun yang berupaya mensejajarkan perempuan dengan laki-laki dalam ranah publik, memiliki peranan dalam bidang politik. Hal tersebut menjadikan Retno Pembayun dikenal sebagai perempuan yang gigih mengorbankan jiwa dan raganya demi kepentingan bangsa.