Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Sex Education Method in Agrarian Communities Desriani Desriani; Sofa Muthohar; Lilif Muallifatul Khorida Filasofa; Mursid Mursid
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 16, No 1 (2021): April
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.393 KB) | DOI: 10.21580/sa.v16i1.6087

Abstract

Sex education is an important thing that must be taught appropriately to children, but some people still think that sex education is taboo for children to know, and they let them alone to learn. The purpose of this study is to describe how an agrarian society provides sex education. This research is qualitative research with an ethnographic research type. The results show that 1) The community uses fiqh (rituals of worship) learning methods to cover genitalia and teach the culture of shame from an early age. 2) People still feel it taboo to mention genitals directly. So, they use other terms that are considered not to stimulate crime and are more polite, namely to refer to the penis as sunik, gentog and anu, while the vagina is replaced with the terms memek, iwak kebo and anu. 3) People still use the circumcision method for women even though, World Health Organization (WHO) has stated it is prohibited. This study recommends the government and community leaders continue to carry out sex education for children with the correct method according to health, religion, human rights, and laws.
SUNAT PADA ANAK PEREMPUAN (KHIFADZ) DAN PERLINDUNGAN ANAK PEREMPUAN DI INDONESIA: Studi Kasus di Kabupaten Demak Jauharotul Farida; Misbah Zulfa Elizabeth; Moh Fauzi; Rusmadi Rusmadi; Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 3 (2017): Oktober 2017
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.18 KB) | DOI: 10.21580/sa.v12i3.2086

Abstract

Female circumcision is one of the continuing practices in some countries of Africa, Europe, Latin America, and Asia, including Indonesia. In Arab, tradition of female circumcision has been widely known before the Islamic period. While in Indonesia, some areas practicing female circumcision include Java, Madura, Sumatra, and Kalimantan. This research used qualitative-ethno­graphic method. Data were collected through in-depth interviews to the traditional birth attendants who performed circumcision and to the baby's parents who sent their children for circumcision. In addition, Focus Group Discussion (FGD) involving medical personnel (doctors and midwives), traditional birth attendants, the parents, community leaders, religious leaders, academics, and government, was also conducted to explore the data. Then, the obtained data were analyzed by using descriptive analytical technique. The result shows that the practice of female circumcision in Demak Regency was done in 2 ways, namely symbolically and truly. Symbolically means that the practice of female circumcision was done by not cutting a female genital part, ie clitoris, but using substitute media, namely turmeric. On the other hand, the real meaning means that female circumcision was actually done by cutting little tip of the clitoris of a daughter. The time for practicing female circumcision in Demak regency was generally coincided with Javanese traditional ceremonies for infants / young children. The purpose for the daughters was in order to become sholihah and be able to control their lusts (not become "ngintil kakung" or hypersexual). Indeed, the motivation to practice this tradition is to preserve the ancestral tradition and to implement the religious command._________________________________________________________Sunat perempuan merupakan salah satu praktik yang saat ini masih dilakukan di beberapa negara di Afrika, Eropa, Amerika Latin, dan juga di Asia, termasuk Indonesia. Pada masyarakat Arab, tradisi sunat perempuan sudah dikenal luas sebelum periode Islam. Sementara Indonesia, beberapa wilayah yang mempraktikan sunat perempuan meliputi Jawa, Madura, Sumatera, dan Kalimantan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-etnografis. Teknik pengumpulan data: Wawancara mendalam dengan dukun bayi yang melakukan sunat dan juga orang tua bayi yang mensunatkan anaknya. Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan tenaga medis (dokter dan bidan), dukun bayi yang melakukan sunat per­empuan, orang tua anak yang disunat, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, dan pemerintah.Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif-analitis Pada masyarakat di Kabupaten Demak. Praktik sunat perempuan pada Kabupaten Demak dilakukan de­ngan 2 cara, yakni secara sim­bolik dan secara sesungguhnya. Yang dimaksud secara simbolik adalah praktik sunat perempuan dilaku­kan tidak dengan memotong se­bagain anggota kelamin per­empuan, yakni klitoris, melainkan menggunakan media peng­ganti, yakni kunyit. Sedangkan yang di­maksud secara sesungguhnya ada­lah bahwa sunat perempuan benar-benar dilakukan dengan cara memotong sebagian kecil ujung klitoris anak perempuan. Waktu pelaksanaan sunat perempuan di masya­rakat Kabupaten Demak pada umumnya bersamaan dengan upacara-upacara adat Jawa untuk bayi/anak kecil. Tujuan dilakukan sunat perempuan bagi masyarakat di Kabupaten Demak adalah agar anak perempuan tersebut menjadi anak shalihah dan dapat mengendali­kan nafsu syahwatnya agar tidak “ngintil kakung” (hyperseks). Motivasi men­jalankan tradisi sunat perempuan bagi masyarakat di Kabupaten Demak menjalankan tradisi leluhur dan menjalankan perintah agama.
Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Penyandang Disleksia: Studi Kasus Pada Lembaga Pendidikan Di Indonesia Lilif Muallifatul Khorida Filasofa; Miswati Miswati
Journal of Early Childhood and Character Education Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : FITK UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (960.725 KB) | DOI: 10.21580/joecce.v1i1.6615

Abstract

Dyslexia is a disorder of the nervous system that is characterized by difficulty recognizing words both reading, spelling, understanding symbols and distinguishing letters. Dyslexic children experience barriers to cognitive development. Children tend to be slow in thinking and hard to understand things like counting, analyzing and understanding words. Some factors that cause children to experience dyslexia are educational, psychological and biological factors. But the main thing is neubiological factors or the brain. This is due to poor connectivity in the function of parts of the brain, namely the brocas, frontal lobe and cortex. Therefore parents or teachers need to implement appropriate strategies or handling methods so that the child's cognitive abilities can develop properly.
Penerapan Pembelajaran Inklusi Pada Anak Usia Dini; Sebuah Solusi Layanan Pendidikan Khusus Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Journal of Early Childhood and Character Education Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : FITK UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.203 KB) | DOI: 10.21580/joecce.v2i1.10898

Abstract

Pembelajaran inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang terbuka dengan mengakomodasi semua peserta didik yang membutuhkan pendidikan layanan khusus tanpa diskriminatif dengan cara belajar bersama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran sesuai dengan potensi, kemampuan, kondisi tanpa membeda-bedakan latar belakang kondisi sosial, ekonomi, suku bahasa serta perbedaan kondisi fisik maupun mental. Metode Penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, menggunakan analisis dokumen, observasi, wawancara, instrumen, dan dokumentasi.Hasil Penelitian Perencanaan pembelajaran yang dilakukan PAUD Inklusi di salah satu sekolah Kota Semarang adalah dengan membuat atau menyusun rencana pembelajaran harian yang disebut dengan lesson Plan, berupa Prota, Promes, RPPM, RPPH dan bulanan di setiap kelasnya.Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara halfday dengan diberikan stimulasi pendidikan oleh pendidik secara reguler. Pembelajaran menggunakan model klasikal dan kelompok, pada kegiatan pembukaan yaitu dengan circle time, kegiatan inti model privat individu, dilakukan di luar kelas di pendopo dan halaman. Faktor pendukung adanya sinergi kesinambungan kerjasama antara orang tua dengan pihak sekolah dalam menyukseskan pembelajaran, pendidik mendapatkan training dalam upaya memberikan layanan kepada anak dengan jenis hambatan yang berbeda-beda antara anak regular dan non regular.Faktor kendala adalah ketika orang tua tidak melaksanakan aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan tidak menjalankan layanan ketika di rumah.