Endang Sri Susilo
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Tutupan Terumbu Karang di Pulau Lirang Kabupaten Maluku Barat Daya Nusaputro, Kurnia Adi; Redjeki, Sri; Susilo, Endang Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.11 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i3.25267

Abstract

Penelitian mengenai persentase tutupan substrat pada perairan terumbu karang ini dilakukan di Pulau Lirang Kabupaten Maluku Barat Daya. Penelitian yang dilakukan di perairan Pulau Lirang bertujuan untuk mengetahui persentase tutupan substrat di perairan tersebut. Pengumpulan data dilakukan bulan April 2016 pada enam lokasi dengan transek sepanjang 100 meter. Data dihimpun dengan menggunakan metode Point Intersept Transect (PIT) menggunakan peralatan SCUBA. Hasil penelitian menunjukkan rerata tutupan karang hidup di Pulau Lirang, Maluku Barat Daya adalah 33,75%, dengan tutupan tertinggi pada stasiun VI (54%). Kematian karang yang mencapai 48% di stasiun V diduga disebabkan oleh persaingan dengan soft coral atau biota bentik lainnya, arus dan sedimentasi. Dominasi karang Acropora, foliose dan massive di perairan Pulau Lirang dapat diartikan masih terjadinya kesetimbangan ekosistem terumbu karang di perairan tersebut, dimana Acropora sebagai indikator percepatan pertumbuhan dan pemulihan, karang foliose menandakan ketahanan akan kerusakan fisik seperti arus dan gelombang dan karang massive sebagai indikator ketahanan perubahan iklim global. Research on the percentage of substrate cover on coral reef waters was conducted in Lirang island, Southwest Maluku Regency. The aim of this research was to determine the percentage of substrate cover in the waters. Data collection was conducted in April 2016, in six locations with 100 m long transect for each location. The data was collected using Point Intercept Transect (PIT) method using SCUBA equipment. The result showed that average live coral cover in Lirang Island waters, Southwest Maluku is 33,75%, with the highest coral cover at Station VI (54%). The exsisting coral mortality at Station V (48%) was assumed because of competition with soft corals or other benthic biota, and sedimentation. The domination of the coral life form Acropora, Foliose, and Massive in Lirang island waters indicated that the ecosystem balance in these area was still maintained. The existence of Acropora life form is an indicator of accelerated growth and recovery, while foliose life form is an indicator of durability and physical damage from current and wave. Lastly, massive coral life form is an indicator of resistance to climate change.
Struktur Komunitas Larva Ikan Pada Muara Sungai Di Kawasan Mangrove Pesisir Kota Semarang Jawa Tengah Lestari, Gita; Riniatsih, Ita; Susilo, Endang Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.675 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i1.25883

Abstract

ABSTRAK : Mangrove merupakan salah satu ekosistem pada muara sungai di pesisir kota Semarang yang memiliki peran sebagai tempat mencari makan, pemijahan, pembesaran dan bersarang organisme perairan termasuk larva ikan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas larva ikan yang meliputi keseragaman, keanekaragaman, dan dominansi larva ikan serta kelimpahan dan komposisinya pada muara sungai di pesisir kota Semarang yaitu Mangkang wetan, Trimulyo, Maron, dan Mangunharjo. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan Neuston Net dengan ukuran mata jaring 500 µm dan ditarik kapal secara horizontal sepanjang 50 meter selama ± 2 menit. Parameter lingkungan yang diukur antara lain suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman dan pH. Hasil penelitiaan didapat Larva ikan sebanyak 101 individu dan yang berhasil teridentifikasi berjumlah 79 individu yang terdiri dari 3 Famili yaitu Atherinidae, Gobiidae, dan Percophidae. Kelimpahan larva ikan pada muara sungai di kelurahan Mangunharjo sebesar 0,53 Ind/L, pada muara sungai di kelurahan Mangkang Wetan memiliki kelimpahan sebesar 0,49 Ind/L, pada muara sungai di daerah Trimulyo sebesar 0,2 Ind/L, dan muara sungai Maron sebesar 0,12 Ind/L. nilai keanekaragaman tertinggi yaitu 1.44 pada muara sungai Maron dan yang terendah bernilai 0 di muara sungai Maron, nilai keseragaman terendah yaitu 0 pada muara sungai Maron dan yang tertinggi pada muara sungai Mangkang Wetan 0,93, nilai dominansi tertinggi yaitu 1 pada muara sungai Maron dan yang terendah 0,17 di Mangunharjo menunjukkan bahwa tidak ada dominansi beberapa lokasi dan terdapat dominansi di salah satu lokasi yaitu muara sungai Maron. ABSTRACT :  Mangrove is one of River mouth ecosystems composer in Semarang which has role as feeding ground, spawning ground, nursery ground and nesting ground of aquatic organisms including fish larvae. The purpose of this study is to determine the community structure of fish larvae involved uniformity, diversity, dominance, abundance and composition in River mouth in Semarang that is Mangkang Wetan, Trimulyo, Maron and Mangunharjo. Sample were collected using 500 μm mesh sizes of Neuston Net and horizontally pulled by  boat along 50 meters for 2 minutes. Environmet parameters measrued include temperature, salinity, brightness, depth and pH. Total of fish larvae that found in this research was 101 individuals and 79 indiduals of that has been identified consist of 3 families there are Atherinidae, Gobiidae, and Percophidae. For Mangunharjo (3 families), Mangkang Wetan and Trimulyo (2 families), and Maron (1 families). The abundance of fish larvae in Mangunharjo river mouth is 0,53 ind/L, Mangkang Wetan is 0,49 ind/L, Trimulyo is 0,2 ind/m³, and Maron is 0,12 ind/L. the highest value of diversity index is 1,44 located in river mouth of Mangunharjo and the lowest value is 0 located in Maron, the highest value of uniformity index is 0,93 located in Mangkang Wetan and the lowest value is 0 at Maron, the dominance index show that there is dominance only in one location that is Maron because Maron index value is 1 that is the highest value of dominance index and the lowest value is 0,17 located in Mangunharjo.  
Morfometri Octopus vulgaris Cuvier, 1797 (Cephalopoda : Octopodidae) dari Perairan Popisi, Pulau Banggai Laut, Sulawesi Tengah Hutagaol, Inggrid Debora; Redjeki, Sri; Susilo, Endang Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.182 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i2.25095

Abstract

Penting adanya informasi dasar tentang gurita dari perairan Indonesia untuk memperbesar pengelolahan dan pelestarian potensi laut Indonesia. Secara historis dibeberapa negara telah mengalami penurunan hasil tangkap gurita dalam beberapa tahun. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat morfometri pada gurita vulgaris (Octopus vulgaris) dari Perairan Desa Popisi, Pulau Banggai Laut, Sulawesi Tengah dengan parameter panjang mantel, panjang lengan, berat, dan jenis kelamin. Sampel ditangkap oleh nelayan dengan alat pancing sederhana pada kedalaman 10-30 m dari perairan Banggai Laut. Gurita dibagi kedalam 4 kategori berdasarkan berat yang digunakan pengepul, yaitu kategori A, B, C, D. Gurita dari Desa Popisi pada bulan Maret 2018 dalam ukuran yang baik untuk di jual dan di ekspor, yaitu 87% gurita hasil tangkapan berukuran besar dengan kategori A, B, dan C. Pulau Banggai Laut menjadi salah satu wilayah yang masih baik dalam penangkapan gurita karena penangkapan yang konservatif. It is important to have basic information about octopus from Indonesian waters to enlarge the management and preservation of Indonesia's marine potential. Historically, in some countries, there has been a decline in octopus capture results in several years. The purpose of this study was to look at morphometry in octopus vulgaris (Octopus vulgaris) from the waters of Popisi Village, Banggai Laut Island, Central Sulawesi with parameters of mantle length, arm length, weight, and sex. The sample was captured by fishermen with a simple fishing rod at a depth of 10-30 m from the waters of Banggai Laut. Octopus is divided into 4 categories based on the weight used by collectors, namely categories A, B, C, D. Octopus from Popisi Village in March 2018 in a good size to sell and export, namely 87% large-sized octopus with categories A, B, and C. Banggai Laut Island is one of the areas that is still good in capturing octopuses due to conservative arrests.
Nutritional Content of Wild and Cultured Eel (Anguilla bicolor) from Southern Coast of Central Java Ima Wijayanti; Endang Sri Susilo Setiyorini
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 23, No 1 (2018): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.285 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.23.1.37-44

Abstract

Culture of eel is being pursued in Indonesia, including Central Java,however there has been no data about proximate analysis of both wildand cultured eel. The purpose of this study was to determine the nutritional content of both the wild and the culturedeel Anguilla bicolor from Southern coast of Central Java. Nutritinonal content observed were moisture, protein, fat, ash and carbohydrates content, Vitamin A, Vitamin E and Mineral (Mg, Zn, Ca, Fe). The samples were obtained from Cilacap, Central Java. The data were analyzed by t-Test of Paired Two Sample for Means to determine difference of nutritional content between the wild and the culturedeel. The level of protein, carbohydrates, and Vitamin A were significantly different (P<0.05) between the wild and the cultured one. Whereas the content of water, fat and ash were not significantly different. Furthermore, there was no significant difference the Vitamin E level between the wild and the culturedeel.Mineral levels between the wild and cultured showed significantly different in Mg, Zn and Fe, but not significantly different in Ca. The moisture, protein, carbohydrate, fat, ash, vitamin A and vitamin E content of the wild eel were 62.81%, 16.20%, 1.39%, 17.92%, 1.34%, 3316.38 mg.100g-1, and 0.21% respectively, while the cultured eel were 62.36%, 17.50%, 0.13%, 17.72%, 1.33%, 2068.55 mg.100g-1 and 0.224%, respectively. Magnesium (Mg); Zinc (Zn); Iron (Fe) content of wild and cultured eel respectively 145.35 ppm; 20.9 ppm; 48.08 ppm and 121.97 ppm; 24.44 ppm; 30.99 ppm. Calcium (Ca) content wild and cultured eel were 0.52% and 0.48% respectively. Keywords : Anguilla sp, proximate, vitamin, mineral
Pengaruh Selang Waktu Peletakkan Terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas L.) (Effect of Planting Time on Egg Hatching Success of Green Turtle (Chelonia mydas L.) Edi Wibowo Kushartono; Endang Sri Susilo; Sayyidah Fatchiyyah
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.765 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.19.3.159-164

Abstract

Salah satu usaha konservasi melindungi Penyu hijau (Chelonia mydas L.) yaitu dengan tindakan relokasi dengan memindahkan telur dari sarang alami ke tempat penetasan semi alami. Waktu pemindahan dan peletakan telur yang tepat sangat diperlukan untuk memperoleh daya tetas maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh selang waktu peletakan telur Penyu Hijau terhadap keberhasilan penetasannya. Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok berdasarkan 3 induk yang berbeda dengan perlakuan selang waktu peletakan yaitu 2, 7 dan 12 jam. Pengukuran dan pengamatan kondisi lingkungan dilakukan selama inkubasi. Pengamatan munculnya tukik mulai dilakukan pada hari ke 50 masa inkubasi.  Pembongkaran sarang dilakukan pada hari ke 60 masa inkubasi kemudian dilakukan pembedahan secara manual untuk mengamati telur yang gagal menetas. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata secara signifikan adanya perbedaan selang waktu peletakan terhadap keberhasilan penetasan dan keberhasilan kemunculan. Namun selang waktu peletakan dengan nilai yang baik ditunjukkan pada 2 jam, dilanjutkan dengan 12 jam dan 7 jam. Kata kunci: penetasan, penyu hijau (Chelonia mydas L.), semi alami One of the conservation efforts undertaken to protect the green turtle (C. mydas L.) is by relocation of the nest where the eggs are removed from natural to semi-natural hatchery. A right time for the removal and burial of eggs are needed to obtain maximum hatching rate. The purpose of this study is to determine the impact of interval laying period on the hatching success of the green turtle eggs. Randomized block design is used which is based on three different turtles with treatment interval of burying, which is 2, 7, and 12 h. Measurements and observations were made during the environmental conditions of the incubation period. Observations hatchling emergence started on day 50 of incubation. Nest destruction was conducted on the 60th day incubation then eggs that failed to hatch were manually disected. The result showed that there is no significant influence of the time differences on the hatching success and emergence success. However, the best time was foound on 2h time treatment, folowed by 12h and 7h. Keywords: hatching, green turtle (Chelonia mydas L.), semi-natural hatchery
Teknik Setting Spora Gracilaria gigas Sebagai Penyedia Benih Unggul dalam Budidaya Rumput Laut Ervia Yudiati; Endang Sri Susilo; Chrisna A Suryono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.922 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.1.37-40

Abstract

Rumput laut Gracilaria gigas dapat dikembangkan melalui cara generatif dengan cara menumbuhkan spora hingga menjadi thalus dengan teknik setting spora. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari media yangtepat untuk tumbuhnya spora hingga menjadi thallus muda. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan media tempat melekatnya spora hingga menjadi thallus muda adalah talirafia, tali nilon, tali ijuk dan tali kapas. Hasil yang didapat menunjukan bahwa media yang paling banyak ditumbuhi oleh thalus muda adalah media dati tali rafia dengan kepadatan pertumbuhan 84 ind/cm2 sedangkan yang paling sedikit adalah media dari tali kapas dengan kepadatan pertumbuhan 24 ind/cm2.Kata kunci : Gracilaria gigas, setting spora, thallus, mediaSeaweed of Gracilaria gigas has developed by generative method with the concept to growing spores to be young thallus on the substrates. The aim of the research is to find the substrate which has comfortable sporesstick on to be young thallus. Randomized design was used in these experiment with four kind of rope (raffia, nylon, palm fiber and cotton) as a substrates. The highest number of young thallus was grew on raffia rope as substrate and the lowest was on cotton rope as a substrate.Key words : Gracilaria gigas, spora setting, thallus, media
Studi Pendahuluan Hubungan Panjang–Berat Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) dari Perairan Semarang Adi Santoso; Endang Sri Susilo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 2 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.2 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i2.843

Abstract

Length-weight relationship study of narrow-barred spanish mackerel (Scomberomorus commerson) from Semarang waters was commenced in October-November 2014. The result showed that the fish growth at both the months of October and November 2014 was a negative allometric growth. There was uncertainty to answer the low value for b component during November although at this month was a peak of the fish catching at Java Sea.  Due to small fish landed, it indicated that narrow-barred Spanish mackerel of Semarang waters were not proper to be caught. Studi hubungan panjang-berat ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) dari perairan Semarang sudah dilakukan selama bulan Oktober dan November 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tenggiri selama bulan Oktober maupun November 2014 adalah bersifat allometrik negative. Tidak diketahui dengan pasti penyebab kecilnya nilai b terutama pada bulan November, meskipun pada periode tersebut merupakan salah satu puncak musim penangkapan ikan tenggiri di Laut Jawa. Kecilnya ukuran ikan yang didaratkan, menunjukkan bahwa ukuran ikan tenggiri di perairan Semarang belum layak tangkap.
Determinasi Bakteri Simbion Luminesensi Cumi Loligo edulis Serta Analisis Potensinya Sebagai Anti Bakteri Delianis Pringgenies; Dinny Anjang Sari; Ria Azizah T.N.; Ervia Yudiati; Endang Sri Susilo; Alfi Satriadi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 2 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.661 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i2.1698

Abstract

The aim of this research is to determine luminous bacteria that symbiont with the light organ of the squid Loligo  edulis and also to find out the potency of simbiont bacteria in light organ of the squid L. edulis. The squid L. edulis were collected from Teluk Awur Waters, Jepara.  Stages of this research began with the isolation of bacteria, bacteria screening for anti bacteria, antibacterial activity test and and determination of bacterial species of the isolate. The result of determination showed that luminous bacteria which symbiont with the light organ of the squid L. edulis is come from species of  Photobacterium phosphoreum.  The result showed that luminous bacteria which symbiont with the light organ of the squid L. edulis have potency as antibacterial compound. Bacteria P. phosphoreum which symbiont in light organ of the squid L. edulis could inhibit the growth of Vibrio harveyi (diameter of resistance zone had range from 8,30-8,87 mm), Escherichia coli (diameter of resistance zone had range from 7,84-8,45 mm), Staphylococcus aureus (diameter of resistance zone had range from 8,39-9,09 mm) and Bacillus sp (diameter of resistance zone had range from 8,27-9,01).                                             Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeterminasi bakteri simbion yang bercahaya yang pada organ ringan dan mengetahui potensi bakteri simbion pada organ ringan dari cumi cumi Loligo edulis. Cumi L. edulis dikoleksi dari perairan Teluk Awur, Jepara. Tahapan penelitian meliputi:  isolasi bakteri, skrining bakteri, uji aktivitas antibakteri dan dan identifikasi  spesies bakteri isolat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bakteri luminensensi yang bersimbiosis dengan organ cahaya cumi L. edulis adalah bakteri jenis Photobacterium phosphoreum. Bakteri luminesensi yang menempel pada organ cahaya cumi L. edulis memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri. Bakteri P. phosphoreum yang tergabung edulis dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen Vibrio harveyi (diameter zona resistansi berkisar antara 8,30-8,87 mm), Escherichia coli (diameter zona resistansi berkisar antara 7,84-8,45 mm), Staphylococcus aureus (diameter zona resistansi berkisar antara 8,39-9,09 mm) dan Bacillus sp (diameter zona resistansi berkisar antara 8,27-9,01). 
Kontaminasi Tembaga pada Mugil dussumieri (Actinopterygii: Mugilidae, Forsskål, 1775) yang Ditangkap di Perairan Semarang, Indonesia Chrisna Adhi Suryono; Endang Sri Susilo; Aldo Rizqi Arinianzah; Wilis Ari Setyati; Irwani Irwani; Suryono Suryono
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 2 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.214 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i2.2402

Abstract

Contamination of Copper in Mugil dussumeri (Actinopterygii: Mugilidae, Forsskål, 1775) which was caught in Semarang waters, Indonesia The marine environment in Semarang waters are highly polluted by heavy metals such as copper (Cu).  On the other side, these areas have become producers of fishery commodities such as mullet fish Mugil dussumieri. The aims of this study was to determine the heavy metal content of Cu in mullet fish during wet monsoon (December 2017 and February 2018). Atomic Absorption Spectrophotometer were used to analysis of Cu concentration in marine water and fish meat.  The results show that the Cu content in marine water was not detected while in the meat of mullet fish during December 2017 and February 2018 were 0.66 ± 0.07 mg/kg and 0,604 ± 0.217 mg/kg, respectively. The results were still within the quality standard for maximum limit of Cu content allowed in seafood by FAO/WHO. Lingkungan perairan laut di sekitar Semarang berpeluang sangat tinggi untuk terpolusi logam berat tembaga.  Di lain sisi perairan ini menjadi daerah produksi perikanan seperti ikan belanak Mugil dussumieri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam Cu dalam daging ikan belanak yang ditangkap selama musim penghujan (Desember 2017 dan Februari 2018). Untuk mengetahui konsentrasi Cu dalam air laut dan ikan belanak digunakan Atomic Absorption Spectrophotometer.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cu selama bulan Desember 2017 adalah 0.66 ± 0.07/kg dan selama bulan Februari 0,604 ± 0.217 mg/kg, sedangkan konsentrasi Cu dalam air laut tidak terdeteksi.  Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan Cu dalam ikan belanak masih berada pada konsentrasi yang diperbolehkan oleh FAO/WHO.
Karbon aktif Tempurung Kelapa untuk Peningkatan Kualitas Air Tambak Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Suryono Suryono; Endang Sri Susilo; Subagiyo Subagiyo; Sugeng Widada
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 1 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.196 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i1.2375

Abstract

The negative impact in intensive cultivation of prawn is the decreasing water quality, caused by the toxic material from food and prawn faces.  One alternative to solve that problem is to use the active carbon from coconut shell as adsorbent of toxic material.The aim of these activities is to inform to teach how was adsorption toxic compound by using active carbon running well.  The result showed, concentration of H2S in the water dramatically decrease until 0.02 ppm and NH3 until 0.05 ppm and NO2 0,05 ppm.  That condition indicates, it was good condition for prawn to life.  The conclusion of this public service activity was active carbon from coconut shell can be reduce toxic material and all participant in training very interested approximately 95% of material of training has been understood. Dampak negatif dari budidaya udang secara intensif adalah menurunnya kualitas air tambak karena menumpuknya zat zat beracun yang berasal dari akumulasi sisa pakan maupun kotoran udang.  Salah satu alternatif pengendalian kualitas air tambak akibat permasalahan tersebut dengan menggunakan karbon aktif dari tempurung kelapa sebagai bahan absorban. Tujuan dari pengabdian masyarakat adalah untuk memberikan percontohan dan pelatihan kepada petani tambak tentang pemanfaatan arang tempurung kelapa sebagai bahan absorban alami yang berguna meningkatkan kualitas air tambak.  Hasil kegiatan yang telah dilakukan meliputi peyuluhan dan percontohan menunjukan 95% masyarakat memahami materi yang diberikan selama penyuluhan.  Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat dalam bentuk tanya jawab.  Sedangkan hasil nyata dari penggunaan arang tempurung kelapa menunjukan kandungan H2S 0,02ppm, NH3 0,05 ppm dan NO2 0,05 ppm.  Kandungan zat zat tersebut menunjukan kondisi yang baik untuk hidupnya udang.