Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penampilan Beberapa Klon Bawang Merah dan Hubungannya dengan Intensitas Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Putrasamedja, Sartono; Setiawati, Wiwin; Lukman, L; Hasyim, Ahsol
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan varietas-varietas bawang merah di suatu daerah ditentukan oleh keserasian dengan lingkungan, potensi hasil, toleransi terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta umur dan mutu hasil. Penelitian bertujuan untuk menguji penampilan beberapa klon bawang merah dan hubungannya dengan intensitas serangan OPT penting. Penelitian dilaksanakan di Brebes dan Tegal (Jawa Tengah) dari Bulan Juni sampai dengan September 2011. Perlakuan yang diuji ialah 10 klon bawang merah hasil silangan tahun 2004 dan 2005, serta dua varietas bawang merah sebagai pembanding (Bauji dan Bima Brebes). Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok dan diulang tiga kali. Parameter yang diamati ialah pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan), hasil panen, dan serangan OPT penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon no. 2005/1 dapat beradaptasi dengan baik di Brebes dan Tegal, mampu menghasilkan produksi tertinggi masing-masing sebesar 9,95 dan 17,50 t/ha, mempunyai diameter umbi terbesar (1,87 dan 2,41 cm), bentuk umbi bulat, dan berwarna merah tua, sedangkan klon no. 2004/11 mempunyai pertumbuhan dan  produktivitas yang tinggi, relatif toleran terhadap serangan Spodoptera exigua, Alternaria porri, dan Colletotrichum gloeosporioides, diameter umbi (1,67 dan 1,96 cm), bentuk umbi bulat,  dan berwarna merah tua, sedangkan klon no. 2004/10 dan no. 2005/19 sangat rentan terhadap serangan hama S. exigua, penyakit A. porri, dan C. gloeosporioides. Klon-klon yang mempunyai tingkat serangan rendah/toleran terhadap OPT merupakan klon harapan bawang merah toleran/tahan OPT. Namun demikian, penggunaan pestisida sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) masih tetap diperlukan terutama apabila serangan OPT tersebut mencapai ambang pengendalian yang ditetapkan. The development of shallots varieties in one location depends on the genetic adaptability, yield potential,  tolerance to pest and diseases, harvest date, yield and quality. The aim of study was to evaluate 10 clones and two local clones as check, Bima Brebes and Bauji were conducted in Brebes and Tegal (Central Java) from June to September 2011. The trial were laid out in a completely randomized block design and each treatment was replicated three times. The parameters used for evaluating these clones were plant height, no. of sprout,  no. of leaves, yield and pests and diseases incidence. The results showed that considering overall performance, clone no. 2005/1 gave the highest yield (9.95 and 17.50 t/ha), and diameter of bulb (1.87 and 2.41 cm) in Brebes and Tegal respectively, clone no. 2004/11 produced growth and good yield  and showed tolerance to Spodoptera exigua, Alternaria porri, and Colletotrichum gloeosporioides, bulb diameter (1.67 and 1.96 cm) with dark red color,  while clone no. 2004/10 and no. 2005/19 were identified as the most susceptible clones to S. exigua, A. porri, and C. gloeosporioides. This suggests that some of shallots clones could be good candidates for the new varieties of shallots. However, the use of pesticides in IPM concept were still needed especially if the incidence of pests and diseases reach the action threshold.
Penampilan Beberapa Klon Bawang Merah dan Hubungannya dengan Intensitas Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Sartono Putrasamedja; Wiwin Setiawati; L Lukman; Ahsol Hasyim
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n4.2012.p349-359

Abstract

Perkembangan varietas-varietas bawang merah di suatu daerah ditentukan oleh keserasian dengan lingkungan, potensi hasil, toleransi terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta umur dan mutu hasil. Penelitian bertujuan untuk menguji penampilan beberapa klon bawang merah dan hubungannya dengan intensitas serangan OPT penting. Penelitian dilaksanakan di Brebes dan Tegal (Jawa Tengah) dari Bulan Juni sampai dengan September 2011. Perlakuan yang diuji ialah 10 klon bawang merah hasil silangan tahun 2004 dan 2005, serta dua varietas bawang merah sebagai pembanding (Bauji dan Bima Brebes). Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok dan diulang tiga kali. Parameter yang diamati ialah pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan), hasil panen, dan serangan OPT penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon no. 2005/1 dapat beradaptasi dengan baik di Brebes dan Tegal, mampu menghasilkan produksi tertinggi masing-masing sebesar 9,95 dan 17,50 t/ha, mempunyai diameter umbi terbesar (1,87 dan 2,41 cm), bentuk umbi bulat, dan berwarna merah tua, sedangkan klon no. 2004/11 mempunyai pertumbuhan dan  produktivitas yang tinggi, relatif toleran terhadap serangan Spodoptera exigua, Alternaria porri, dan Colletotrichum gloeosporioides, diameter umbi (1,67 dan 1,96 cm), bentuk umbi bulat,  dan berwarna merah tua, sedangkan klon no. 2004/10 dan no. 2005/19 sangat rentan terhadap serangan hama S. exigua, penyakit A. porri, dan C. gloeosporioides. Klon-klon yang mempunyai tingkat serangan rendah/toleran terhadap OPT merupakan klon harapan bawang merah toleran/tahan OPT. Namun demikian, penggunaan pestisida sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) masih tetap diperlukan terutama apabila serangan OPT tersebut mencapai ambang pengendalian yang ditetapkan. The development of shallots varieties in one location depends on the genetic adaptability, yield potential,  tolerance to pest and diseases, harvest date, yield and quality. The aim of study was to evaluate 10 clones and two local clones as check, Bima Brebes and Bauji were conducted in Brebes and Tegal (Central Java) from June to September 2011. The trial were laid out in a completely randomized block design and each treatment was replicated three times. The parameters used for evaluating these clones were plant height, no. of sprout,  no. of leaves, yield and pests and diseases incidence. The results showed that considering overall performance, clone no. 2005/1 gave the highest yield (9.95 and 17.50 t/ha), and diameter of bulb (1.87 and 2.41 cm) in Brebes and Tegal respectively, clone no. 2004/11 produced growth and good yield  and showed tolerance to Spodoptera exigua, Alternaria porri, and Colletotrichum gloeosporioides, bulb diameter (1.67 and 1.96 cm) with dark red color,  while clone no. 2004/10 and no. 2005/19 were identified as the most susceptible clones to S. exigua, A. porri, and C. gloeosporioides. This suggests that some of shallots clones could be good candidates for the new varieties of shallots. However, the use of pesticides in IPM concept were still needed especially if the incidence of pests and diseases reach the action threshold.
Pemberdayaan Petani Melalui Berbagai Pola Pembibitan Gaharu Sebagai Komoditi Unggulan Hutan Non-Kayu di Gampong Teupin Rusep Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara Budi, Setia; Wardah, Eva; Lukman, L
Jurnal Solusi Masyarakat Dikara Vol 2, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Yayasan Lembaga Riset dan Inovasi Dikara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gaharu adalah substansi aromatik berupa gumpalan berwarna coklat muda, coklat kehitaman sampai hitam yang terbentuk pada lapisan kayu gaharu.  Gaharu dapat terbentuk akibat adanya interaksi antara mikroba (inokulum tertentu) dengan tanaman inang dan adanya mekanisme kimia yang akhirnya membentuk suatu produk yaitu gubal.  Inokulum lokal efektif dalam menghasilkan gaharu, karena endemiknya didaerah tertentu. Beberapa kendala mitra yang sangat dirasakan anatara lain (1) rendahnya kemampuan anggota kelompok tani dalam hal pembibitan tanaman gaharu baik secara alami (generatif) meliputi perlakuan perbanyakan dengan pengunaan benih yang sudah masak dan anakan (cabutan) serta pola stek tanaman. (2) Belum adanya pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok kedua mitra dalam melakukan pembibitan dan pemeliharaan bibit gaharu. Pengabdian ini mengunakan metode Pelatihan dan pembibitan pola biji dan anakan (cabutan) dan stek tanaman. Pendekatan ini tepat untuk dilakukan dimana partisipasi petani mitra dalam peningkatan ketrampilan dan proses pendampingan dilakukan dengan langsung mempraktekkan. Pola pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada petani mitra menerapkan prinsip” learning by doing” belajar sambil bekerja. Pemberdayaan Petani pada kegiatan Pembibitan Komoditi Unggulan Hutan Non-Kayu (Gaharu Aceh) di Gampong Teupin Rusep telah mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta perubahan sikap dalam pembibitan tanaman gaharu. Dampak yang dirasakan dengan adanya kegiatan pembibtan tanaman gaharu melputi; peningkatan pendapatan ekonomi petani mitra yang sangat potensial serta peningkatan keharmonisan sosial diantara anggota kelompok dan masyarakat dilokasi kegiatan pengabdian.
Pengenalan Inovasi Benih Unggul Dan Pupuk Bokashi Pada Kelompok Tani Budidaya Padi Sawah Desa Binaan Pulo Iboh Kabupaten Aceh Utara Wardah, Eva; Budi, Setia; Lukman, L
Jurnal Solusi Masyarakat Dikara Vol 2, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Yayasan Lembaga Riset dan Inovasi Dikara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketersediaan benih padi sawah unggul secara lokal merupakan solusi yang tepat ini dengan mendorong sebagian petani menjadi penangkar. Upaya ini lebih berorientasi pemberdayaan petani dan mengedepankan aspek kemandirian.  pola ini lebih menjamin ketersediaan benih unggul secara lokal, sehingga murah dan mudah didapat oleh petani. Selanjutnya kegiatan pelatihan untuk pembuatan pupuk bokashi diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan petani untuk dapat menjawab permasalahan kelangkaan dan ketidakmampuan petani untuk mengakses pupuk anorganik karena membutuhkan biaya yang besar. Ketrampilan budidaya untuk petani yang dipersiapkan untuk penangkar juga diberikan pelatihan dan pedampingan untuk memastikan penerapan paket tehnologi untuk menghasilkan benih padi unggul. Pengabdian ini mengunakan metode Pelatihan dan Demontrasi Plot (DemPlot) kedua metode ini menjadi pendekatan yang tepat dimana partisipasi Mitra dalam peningkatan ketrampilan dan proses pedampingan dilakukan dengan langsung mempraktekkan dan secara tidak langsung proses ini menerapkan prinsip” learning by doing” belajar sambil bekerja. Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian berupa pengenalan inovasi berupa benih unggul varietas IPB (IPB 3S, IPB 8G dan IPB 9G serta IPB 7R) dan pembuatan pupuk jenis Bokhasi mendapatkan sambutan dari petani mitra.  Pengunaan varietas unggul yang diperkenalkan oleh tim pengabdian telah mampu meningkatkan hasil produksi padi sawah petani mitra. kegiatan peuatan pupuk bokhasi dengan bahan baku yang mudah didapatkan oleh petani mitra, proses pembuatannya yang tidak rumit menjadi daya tarik bagi petani mitra untuk memproduksi pupuk bokashi serta menerapkan dalam kegiatan usaha pertanian khususnya pada lahan padi sawah petani mitra. Setelah mengikuti kegiatan pengenalan inovasi keberdayaan mitra terwujud dengan terjadinya peningkatan produksi serta solusi terhadap ketersediaan pupuk pada uasahatani petani mitra pengabdian.