YULIANUS R. MATANA
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Cekaman Salinitas Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Dua Varietas Kedelai (Glycine max. L.) MEKSY DIANAWATI; DWI PANGESTI HANDAYANI; YULIANUS R. MATANA; SIMAO MARGONO BELO
Agrotrop : Journal on Agriculture Science Vol 3 No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.274 KB)

Abstract

The Salinity Stress Effect on Seed Viability and Vigor of Two Varieties of Soybean. Poorseed germination and crop stand are major problems in saline areas. The purpose of this study was todetermine the effect of salinity stress degrees of two varieties of soybeans. This research was conductedin March to April 2011 at the Seed Technology Laboratory, Bogor Agricultural University. Randomizedcompleted design was used with two treatment factors and three replications. First factor was varieties,i.e. Burangrang and Tanggamus. Second factor was consentrations of NaCl, i.e. 0, 2, 4, 6, 8, 10 g l-1.The results showed that the higher consentration of NaCl, the lower germination rate and seedling vigorindex. The NaCl concentration critical point of salinity stress based on germination rate of Burangrangand Tanggamus variety was 6 g l-1.
RESPON MORFOFISIOLOGI PADI VARIETAS SULUTAN DAN RINDANG 1 PADA FASE VEGETATIF DI BAWAH NAUNGAN POHON KELAPA Karina P. Tumoka; Yulianus R. Matana; Johanis J. Pelealu; Nio Song Ai
Buletin Palma Vol 22, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v22n2.2021.95-106

Abstract

Padi merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. Lahan perkebunan kelapa dapat dievaluasi sebagai lahan alternatif selain beberapa lahan yang umum dimanfaatkan untuk penanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon morfologi dan fisiologi padi Sulutan dan Rindang 1 terhadap naungan pohon kelapa dengan pola tanam segitiga dan jarak tanam 9 m x 9 m berdasarkan tinggi tanaman, luas daun, biomassa tanaman dan kandungan klorofil. Desain penelitian faktorial ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua perlakuan yaitu kontrol (tanpa naungan) dan naungan di bawah pohon kelapa dengan jarak tanam 9 m x 9 m dan pola tanam segitiga dan menggunakan dua varietas padi yakni Sulutan dan Rindang 1 dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman padi Rindang 1 lebih tinggi dibandingkan dengan Sulutan pada hari ke-2 sampai 14 dan tinggi tanaman padi pada perlakuan naungan lebih besar daripada tanpa naungan pada hari ke-8 sampai 14. Luas daun, berat basah dan berat kering akar serta volume akar tanaman yang diberi perlakuan naungan lebih tinggi (p < 0,05) daripada tanaman tanpa naungan pada hari ke-14. Berat basah daun Rindang 1 lebih besar daripada Sulutan pada hari ke-7. Volume akar tertinggi pada padi Sulutan dengan naungan tetapi tidak berbeda nyata dengan Rindang tanpa naungan pada hari ke-7. Di antara karakter morfologi dan fisiologi yang diamati, tinggi tanaman, luas daun, berat basah dan berat kering akar serta volume akar potensial sebagai indikator adanya cekaman naungan pada padi
PENAMPILAN BIBIT DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DELAPAN KOMBINASI PERSILANGAN SAWIT [THE APPEARANCE OF SEEDLINGS AND IMMATURE PLANTS EIGHT COMBINATIONS OF OIL PALM CROSSES] Budi Santosa; Yulianus R. Matana; Ismail Maskromo; Donata S. Pandin; Steivie Karouw
Buletin Palma Vol 22, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v22n2.2021.107-118

Abstract

Oil palms in the nursery phase and young oil palms in the Immature Plant (TBM) phaseare one of the important stages to consider so that the plants can grow well. The purpose of this study was to determine oil palm plantations in the nursery phase and oil palm young plants in the Immature Plant phase 8 combination accessions of oil palms. The research was conducted at the Sitiung Experimental Garden, Dharmasraya Regency, West Sumatra from 2017 - 2019 using the Single Block method and Complete Randomized Block Design (CRBD).  The characters observed included: plant height, number of leaves, length of petiole, length of rachis, length of leaves, speed of leaf breaking.The data obtained were analyzed using the SAS program and its genetic diversity. In the nursery phase until the age of 12 months, 8 combination accessions of oil palms were based on statistical analysis and there was no significant difference for the character of plant height and number of leaves. The plant height has moderate genetic diversity, and the plant height increases around 4.95 - 6.50 cm per month. Oil palm accession D2.3 x P 108 (88.80 cm) was the highest combination accession of crossed palms with the highest plant height increase of 6.5 cm per month. The number of leaves ranged from 10.30 - 13.00 leaves with low to moderate genetic diversity. Accession T23.3 x P109 had the highest number of leaves, namely 13.00 leaves with an increase in the number of leaves of 0.81 leaves per month. The eight combined accessions of crossed palms began to break leaves at about 7 months of age.In the Immature Plant (IP) phase, based on the results of statistical analysis for the observed characters, the results were no significant difference. Oil palm plants in the TBM 1 phase have the characters of plant height more than 222 cm, number of leaves more than 15 leaves, and petiol length of more than 33 cm with generally moderate genetic diversity, except for the length of the petiole for oil palm accession T 23.8 x P108, D2.3 x P108 and P108 T23.2 x has a fairly high genetic diversity. Oil palm accession T23.8 x P108 had the highest plant height (241.17 cm), while oil palm accession D91.8 x DL7 / 1 had the highest number of leaves, namely 18.44 leaves, and palm accession T23.2 x P108 has the longest case of 37.72 cm. Oil palm plants in the IP 2 phase have the characters of the number of leaflets, petiol lengths, rachis lengths, and leaf lengths between the combination of palm crossings which have low diversity. The spiny leaf midrib and the position of the leaflets alternate, the number of leaflets between the left and right sides is not the same.Accession D43.7 x P109 has a number of leaflets at most about 86 leaflets. Palm accession T23.3 x P109 has the longest characters for the length of the petiol, the length of the rachis, and the length of the leaves. The fastest combination accession of crossed palms produced the first flowers, namely T23.8 x P108, T23.3 x P109, and T23.3 x P108.Abstrak               Tanaman sawit pada fase pembibitan dan  tanaman muda sawit pada fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)  merupakan salah satu tahap yang penting untuk diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanaman sawit pada fase pembibit dan tanaman muda sawit pada fase Tanaman Belum Menghasilkan  8 aksesi kombinasi persilangan sawit. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat sejak tahun 2017 – 2019 dengan menggunakan metode Blok Tunggal dan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Karakter yang diamati antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, panjang petiol, panjang rachis, panjang daun, kecepatan pecah daun. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan program SAS  dan keragaman genetiknya. Pada fase pembibitan sampai umur 12 bulan, 8 aksesi kombinasi persilangan sawit berdasarkan analisis statistik tidak ada beda nyata untuk karakter tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman memiliki keragaman genetik termasuk sedang, dan pertambahan tinggi tanaman sekitar 4,95 – 6,50 cm per bulan. Aksesi sawit D2.3 x P 108 (88,80 cm)  merupakan aksesi kombinasi persilangan sawit paling tinggi dengan pertambahan tinggi tanaman paling tinggi 6,5 cm per bulan. Jumlah daun berkisar 10,30 – 13,00 daun dengan keragaman genetik rendah sampai sedang. Aksesi T23.3 x P109 memiliki jumlah daun paling banyak yaitu 13,00 daun dengan pertambahan jumlah daun 0,81 daun per bulan. Delapan aksesi kombinasi persilangan sawit mulai pecah daun pada umur  sekitar 7 bulan. Pada fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), berdasarkan hasil analisis statistik untuk karakter yang diamati hasilnya tidak ada beda nyata.  Tanaman sawit pada fase TBM 1 memiliki karakter tinggi tanaman  lebih dari  222 cm, jumlah daun lebih dari 15 daun, dan panjang petiol lebih dari 33 cm dengan keragaman genetik pada umumnya termasuk sedang, kecuali karakter panjang petiol untuk aksesi sawit T 23.8 x P108, D2.3 x P108, dan T23.2 x P108 memiliki keragaman genetik cukup tinggi. Aksesi sawit T23.8 x P108 memiliki tinggi tanaman paling tinggi (241,17 cm), sedangkan aksesi sawit D91.8 x DL7/1 memiliki jumlah daun paling banyak yaitu 18,44 daun, dan aksesi sawit T23.2 x P108 memiliki  petiol paling panjang 37,72 cm. Tanaman sawit pada  fase TBM 2 mempunyai karakter jumlah anak daun, panjang petiol, panjang rachis, dan panjang daun antar kombinasi persilangan sawit memiliki keragaman rendah. Pelepah daun berduri dan posisi anak daun selang-seling, jumlah anak daun antara sebelah kiri dan kanan tidak sama. Aksesi D43.7 x P109 memiliki jumlah anak daun paling banyak sekitar 86 anak daun. Aksesi sawit T23.3 x P109 memiliki karakter paling panjang untuk  panjang petiol, panjang rachis, dan panjang daun. Aksesi kombinasi persilangan sawit paling cepat keluar bunga pertama yaitu T23.8 x P 108, T23.3 x P109, dan T23.3 x P 108.   
RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI SULUTAN DAN RINDANG 2 DI BAWAH NAUNGAN POHON KELAPA Grace E.Y Lumban Raja; Yulianus R. Matana; Regina R. Butarbutar; Nio Song Ai
Buletin Palma Vol 22, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v22n2.2021.85-94

Abstract

Tanaman padi dapat diintegrasikan dengan tanaman lain dalam rangka mengatasi permasalahan kurangnya ketersediaan beras serta mengoptimalkan produktivitas lahan kosong di perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon pertumbuhan tanaman padi lokal Sulawesi Utara pada fase vegetatif terhadap naungan kelapa berdasarkan tinggi tanaman, luas daun, biomassa tanaman (berat basah dan berat kering daun, berat basah dan berat kering akar, serta volume akar), dan konsentrasi klorofil. Percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok dilakukan dengan menggunakan dua varietas padi (Sulutan dan Rindang 2), dua perlakuan (ditanam di bawah naungan pohon kelapa dengan jarak tanam pohon kelapa 16 (5 x 3) m (sistem gergaji) dan di area terbuka sebagai kontrol) dengan tiga ulangan. Tinggi tanaman diukur pada hari ke-0 (sebelum perlakuan), 2, 4, 6, 8, 10, dan 14 setelah perlakuan. Luas daun dan biomassa diukur pada hari ke-0 (sebelum perlakuan), 7, dan 14. Konsentrasi klorofil diukur pada hari ke-14 setelah perlakuan. Hasil analisis sidik ragam (ANAVA) pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan adanya perbedaan nyata antara varietas Sulutan dan Rindang 2 untuk tinggi tanaman dan biomassa. Tinggi tanaman varietas Rindang 2 pada hari ke-0, 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 lebih besar daripada Sulutan. Berat basah daun, berat kering daun dan berat kering akar varietas Sulutan pada hari ke-0 dan 7 lebih besar daripada Rindang 2. Berat basah akar Sulutan pada hari ke-0 lebih besar daripada Rindang 2. Volume akar varietas Sulutan pada hari ke-7 lebih besar daripada Rindang 2. Pada hari ke-7 dan 14 luas daun varietas Rindang 2 lebih besar daripada Sulutan serta luas daun pada perlakuan naungan lebih besar daripada tanpa naungan. Konsentrasi klorofil daun tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata. Di antara respons pertumbuhan yang dievaluasi, luas daun merupakan indikator yang potensial untuk toleransi padi terhadap naungan.