Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Inkompatibilitas Asas Pengaturan Sistem Pemilu dengan Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia Agus Riwanto
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM Vol. 21 No. 4: Oktober 2014
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/iustum.vol21.iss4.art1

Abstract

This study examines, first, whether the principles contained in the Electoral Act Norms are incompatible with the presidential system of government? Second, what is the cause of the incompatibility between the electoral system and the presidential system? Third, what are its influences in the practice of the implementation of presidential system of government which is based on the 1945 post-amendment? This study uses normative legal research (doctrinal) focusing on literature data. The study concluded that, first, the principles of the electoral system and the presidential system of government did not support each other as one integrated system. Second, the cause of incompatibility between these two systems was because the norms and provisions in the legislation governing the electoral systems of its principles were incompatible with the principles of presidential system of government. Third, the effect was not able to support the effectiveness of the course of the practice of the organization of presidential system of government which is based on the 1945 post-amendment.
Mewujudkan Hukum Berkeadilan Secara Progresif Perspektif Pancasila Agus Riwanto
Al-Ahkam Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 2 No. 2 (2017): Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum
Publisher : IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/alahkam.v2i2.1068

Abstract

Hukum bukan hanya berguna sebagai sarana pengendali untuk memelihara ketertiban sosial, tetapi juga untuk mengendalikan perubahan masyarakat ke arah yang dikehendaki. Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah paradigma atau kerangka pikir, sumber nilai, dan orientasi arah bagi penegakan. Perwujudan nilai-nilai itu menjadi keniscayaan, karena dalam praktik penegakan hukum terjadi diskrepansi, yakni ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Penegakan hukum dan kebijakan politik kerap melukai rasa keadilan. Dalam penegakan hukum pidana dan hukum tata negara telah meninggalkan rasa keadilan dan kebijakan politik kian elitis tak berpihak pada yang lemah. Mewujudkan hukum berkeadilan secara progresif adalah solusi sistemik untuk mewujudkan keadilan substansial. Maka dari itu, menjalankan hukum progresif adalah keniscayaan, yakni menegakkan hukum dengan memilih cara tidak hanya menurut prinsip logika, tetapi harus dengan independensi, perasaan, kepedulian, dan pemihakan kepada yang lemah. Hal ini sejalan dengan ajaran nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yakni berketuhanan, berperikemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan. Inilah cara menjaga Pancasila dalam praktik penegakan hukum di Indonesia. Operasionalisasi hukum berkeadilan secara progresif adalah dengan cara mencari cara-cara baru (role breaking) dan terobosan inovatif, jika cara normal dan normatif tak mampu segera mewujudkan asas dan nilai mazhab Pancasila.  
Responsive Constitutional Law Strategy For Preventing Political Corruption Done By Local Political Dynasties Agus Riwanto; Sukarni Suryaningsih
Jurnal Cita Hukum Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v11i1.24754

Abstract

This article aims to examine corruption practices in the regions carried out by political dynasties and prevention efforts from the perspective of responsive constitutional law. It will examine the motives of political dynasties, forms of corruption by dynasties, factors that cause dynasties and efforts to prevent. This article uses a socio-legal method that is an interdisciplinary approach in the study of law by combining social sciences or humanities. Secondary data mainly comes from case, regulations and library. The results of the study show that the dynasties tend to practice the forms of corruption in the regions: corruption in the buying and selling of regional government positions and corruption in regional infrastructure projects originating from the Regional Budget Revenue. Factors causing political dynasties: the high cost of regional head elections and the absence of laws prohibiting dynastic practices in regional head elections. Efforts to prevent the practice of political dynasties for regional head elections from the perspective of responsive constitutional law are in the form of policies to regulate the regional head election system that prioritizes the principle of responsibility for public demands and provides alternative solutions through: reducing the cost of regional head elections, lowering the threshold for candidacy, changing the financing of regional head elections from the Regional Revenue Expenditure Budget to the State Expenditure Budget, separating local and national elections, a political culture that educates the people in voting, and policies for the welfare of the people in order do not elect dynastic candidates in regional head elections.  
Responsive Constitutional Law Strategy For Preventing Political Corruption Done By Local Political Dynasties Agus Riwanto; Sukarni Suryaningsih
Jurnal Cita Hukum Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v11i1.24754

Abstract

This article aims to examine corruption practices in the regions carried out by political dynasties and prevention efforts from the perspective of responsive constitutional law. It will examine the motives of political dynasties, forms of corruption by dynasties, factors that cause dynasties and efforts to prevent. This article uses a socio-legal method that is an interdisciplinary approach in the study of law by combining social sciences or humanities. Secondary data mainly comes from case, regulations and library. The results of the study show that the dynasties tend to practice the forms of corruption in the regions: corruption in the buying and selling of regional government positions and corruption in regional infrastructure projects originating from the Regional Budget Revenue. Factors causing political dynasties: the high cost of regional head elections and the absence of laws prohibiting dynastic practices in regional head elections. Efforts to prevent the practice of political dynasties for regional head elections from the perspective of responsive constitutional law are in the form of policies to regulate the regional head election system that prioritizes the principle of responsibility for public demands and provides alternative solutions through: reducing the cost of regional head elections, lowering the threshold for candidacy, changing the financing of regional head elections from the Regional Revenue Expenditure Budget to the State Expenditure Budget, separating local and national elections, a political culture that educates the people in voting, and policies for the welfare of the people in order do not elect dynastic candidates in regional head elections.  
Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenilal: Pancasila Dulu, Kini, dan Nanti Pada Siswa SMAN 4 Semarang Airlangga Surya Nagara; Isharyanto Isharyanto; Maria Madalina; Jadmiko Anom Husodo; Agus Riwanto; Sunny Ummul Firdaus; Adriana Grahani Firdausy; Andina Elok Puri Maharani; Achmad Achmad; Sri Wahyuni
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 3 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Globalisasi dan kemajuan teknologi dewasa ini telah mengakibatkan krisis ideologi dan erosi rasa cinta tanah air (nasionalisme) pada generasi muda atau remaja akibat penetrasi ideologi asing dan penyebaran paham-paham radikal. Sebagai upaya untuk menangkal penetrasi ideologi asing dan menjaga ketahanan ideologi, maka diperlukan upaya kolaboratif antara perguruan tinggi dengan masyarakat salah satunya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian ini akan diselenggarakan di SMA Negeri 4 Semarang dengan judul “Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenial: Pancasila Dulu, Kini, dan Nanti.” Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan memberikan ceramah dan melakukan diskusi interaktif dengan tujuan memberikan sharing knowledge, sosialisasi nilai-nilai Pancasila, dan internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada siswa SMA Negeri 4 Semarang. Melalui kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat terjadi: (1) Peningkatan pemahaman di kalangan siswa SMAN 4 Semarang mengenai nilai-nilai luhur Pancasila dan pentingnya untuk menjaga eksistensi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan; (2) Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam diri siswa SMAN 4 Semarang sehingga dapat terbentuk rasa cinta tanah air dan rasa kebangsaan sekaligus menangkal potensi penetrasi ideologi asing dan paham-paham radikal di kalangan siswa SMAN 4 Semarang; (3) transfer knowledge mengenai peluang dan tantangan Indonesia dalam dinamika perkembangan global dan Era Revolusi Industri 4.0 sehingga dapat membuka cakrawala pengetahuan dan mempersiapkan siswa SMAN 4 Semarang menggapai peluang dan menghadapi tantangan tersebut.
Mewujudkan Hukum Berkeadilan Secara Progresif Perspektif Pancasila Agus Riwanto
Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 2 No. 2 (2017): Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum
Publisher : Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/alahkam.v2i2.1068

Abstract

Hukum bukan hanya berguna sebagai sarana pengendali untuk memelihara ketertiban sosial, tetapi juga untuk mengendalikan perubahan masyarakat ke arah yang dikehendaki. Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah paradigma atau kerangka pikir, sumber nilai, dan orientasi arah bagi penegakan. Perwujudan nilai-nilai itu menjadi keniscayaan, karena dalam praktik penegakan hukum terjadi diskrepansi, yakni ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Penegakan hukum dan kebijakan politik kerap melukai rasa keadilan. Dalam penegakan hukum pidana dan hukum tata negara telah meninggalkan rasa keadilan dan kebijakan politik kian elitis tak berpihak pada yang lemah. Mewujudkan hukum berkeadilan secara progresif adalah solusi sistemik untuk mewujudkan keadilan substansial. Maka dari itu, menjalankan hukum progresif adalah keniscayaan, yakni menegakkan hukum dengan memilih cara tidak hanya menurut prinsip logika, tetapi harus dengan independensi, perasaan, kepedulian, dan pemihakan kepada yang lemah. Hal ini sejalan dengan ajaran nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yakni berketuhanan, berperikemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan. Inilah cara menjaga Pancasila dalam praktik penegakan hukum di Indonesia. Operasionalisasi hukum berkeadilan secara progresif adalah dengan cara mencari cara-cara baru (role breaking) dan terobosan inovatif, jika cara normal dan normatif tak mampu segera mewujudkan asas dan nilai mazhab Pancasila.