Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR H., Esa Fajar; Muslim, Muslim; Suseno, Heny; Makmur, Murdahayu
Journal of Oceanography Vol 3, No 4 (2014)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2958.524 KB)

Abstract

Tiap tahun pengangkutan sedimen menuju laut dapat mencapai jutaan meter kubik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan muka bumi dan dapat mengganggu aktivitas dari biota perairan. Sedimen yang telah masuk dalam lingkungan perairan akan mengendap dan terdistribusi oleh proses oseanografi. Lokasi Perairan Gresik yang berada pada muara sungai memiliki kesesuaian dengan kajian penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis sedimen di Perairan Gresik dan pendistribusiannya. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua fraksi sedimen di Perairan Gresik, yaitu sedimen pasir dan pasir berlanau, dimana pola distribusinya menunjukan daerah pesisir didominasi oleh sedimen pasir dan di laut lepas yang berjenis pasir berlanau. 
PENGARUH BATIMETRI PERAIRAN TERHADAP DISTRIBUSI PLUTONIUM-239/240 (239/240Pu) DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK Widyanto, Patar; Muslim, Muslim; Suseno, Heny; Makmur, Murdahayu
Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.921 KB)

Abstract

Abstrak Keberadaan suatu unsur radionuklida secara alamiah sudah terdapat di dunia oleh proses alam dalam tubuh bumi itu sendiri,selain itu berbagai aktivitas manusia juga menyebabkan keberadaan aktivitas suatu unsur radionuklida. Plutonium-239/240 adalah radionuklida reaktif (non konservatif) di mana unsur radionuklida ini lebih mudah berpindah dari laut yang disebabkan afinitasnya terhadap permukaan partikel alam yang menyebabkan radionuklida ini tenggelam ke dasar laut dan masuk ke dalam sedimen. Sifat toxic dari plutonium-239/240 menjadi perhatian khusus bagi pemantauan pencemaran laut di Perairan Gresik. Pergerakan arus laut secara terus menerus menjadi salah satu faktor pembentuk pantai, yang juga berperan dalam distribusi dari suatu pencemaran tertentu. Batimetri perairan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi arus laut, di mana semakin tinggi kemiringan suatu dasar perairan semakin besar pula kecepatan arusnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh batimetri perairan  terhadap distribusi aktivitas  239/240Pu dalam sedimen di perairan Gresik. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batimetri perairan Gresik pada lokasi penelitian berkisar antara 68cm hingga 341cm. Batimetri perairan berpengaruh terhadap distribusi Plutonium-239/240 dalam sedimen, dimana aktivitas radionuklida plutonium-239/240 cenderung lebih tinggi pada perairan yang  dangkal dan mengalami penurunan aktivitas diperairan yang dalam.  
STUDI PLUTONIUM 239/240 (239/240Pu) DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN SLUKE, REMBANG Setyahandani, Nindita Eka; Wulandari, Sri Yulina; Makmur, Murdahayu
Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.637 KB)

Abstract

Persebaran Radionuklida dapat berasal dari atmosfer maupun run off sungai. Radionuklida yang berada di atmosfer jatuh ke samudra lalu terbawa oleh arus. Arus global dan global fallout merupakan salah satu  faktoradanya radionuklida di Perairan Sluke. Perairan Sluke merupakan perairan yang dimanfaatkan dalam kegiatan penangkapan ikan dan aktivitas PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) sehingga perlu dilakukan pemantauan keadaanlingkungan.Salah satu radionuklida  yang berbahaya dan digunakan oleh manusia yaitu 239/240Pu. Radionuklida ini berbahaya karena memiliki radioksisitas yang tinggi dan waktu paro yang panjang.239/240Pu memiliki sifat mudah mengendap pada sedimen,  terutama pada sedimen  yang berbentuk lempung. Radioaktivitas Pu kemungkinanakan lebih besar di sedimen dibandingkan dengan di air. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi 239/240Pu  di sedimen berdasarkan  jenis sedimen dasar di Perairan Sluke. Informasi ini juga  sebagai data dasar (baseline), yang dapat menjadi tolok ukur terjadinya kontaminasi Pu di masa mendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberagaman besaran radioaktivitas 239/240Pu dalam sedimen berkisar antara 5,0x10-4 hingga 2,9x10-3 Bq/Kg dengan rata-rata 1,4x10-3 Bq/Kg. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi besaran radioaktivitas 239/240Pu pada perairan Sluke, Rembang cukup dipengaruhi oleh jenis sedimen lanau pada wilayah tersebut.
HUBUNGAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DENGAN KANDUNGAN TOTAL ORGANIK CARBON PADA SEDIMEN PERAIRAN PULAU TIKUS, BENGKULU Hakim, Arief Rachman; Muslim, Muslim; Makmur, Murdahayu
Journal of Oceanography Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.164 KB)

Abstract

Pulau Tikus yang berstatus sebagai Taman Wisata Alam, dikelilingi terumbu karang yang sangat luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran butir sedimen dengan kandungan total organic carbon (TOC) pada sedimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penentuan 6 stasiun yang mewakili kawasan perairan secara purposive. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwan ukuran butir sedimen memiliki korelasi negatif dengan kandungan TOC. Sedangkan ukuran sedimen yang lebih halus (lanau dan lempung) memiliki korelasi positif dengan kandungan TOC.
Penilaian Dampak Bahaya Radiologis terhadap Radionuklida Natural di Pesisir Pulau Bengkalis Makmur, Murdahayu; Prihatiningsih, Wahyu Retno; Yahya, Mohamad Nur
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.113-120

Abstract

Latar belakang : Radionuklida natural ditemukan hampir di semua media lingkungan, dan di lingkungan laut terdeteksi cukup tinggi karena adanya proses erosi, pelapukan dan daur ulang mineralyang mengalami perpindahan melalui badan air. Radionuklida natural tersebutdapat berpindah ke berbagai media, termasuk ke manusia melalui rantai makanan.Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi dasar mengenai tingkat radioaktivitas di lingkungan perairan laut di Pesisir Pulau Bengkalis dan melakukan penilaian dampak bahaya radiologis melalui aktivitas ekuivalen radium (Raeq) dan indeks bahaya eksternal (Hex)serta laju dosis eksternal dari radionuklida natural.Metode: Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dan metode pengambilan sample sedimen menggunakan metode purposive sampling. Sampelsedimen dikumpulkan dari 6 titik pengambilan sampel di pesisir Pulau Bengkalis, menggunakan sediment grab. Sampel kemudian dikeringkan dan dihomogenkan kemudian ditimbang sebanyak 1 kg. Pengukuran aktivitas radionuklida dilakukan menggunakan spektrometri gama dengan waktu cacah selama 3 hari. Aktivitas 226Ra ditentukan berdasarkan emisi sinar gamma 214Pb dan 214Bi. Aktivtias 232Th ditentukan berdasarkan emisi 212Pb dan 228Ac dan 40K ditentukan dari emisi pada 1461,8 keV. Hasil analisis akan digunakan untuk menghitung dampak radiologis di lingkungan mengunakan ekuivalen aktivitas radium dan indeks bahaya eksternal.Hasil: Aktivitas rata-rata berturut turut 56,45 ; 31,34 ; 26,04 ; 33,19 ; 30,00 dan 185,49 Bq/kg untuk radio nuklida226Ra, 212Pb, 214Pb, 214Bi, 228Ac dan 40K. Aktivitas terukur mempunyai kisaran nilai yang berdekatan dengan pengukuran di beberapa negara.Penghitungan nilai aktivitas ekuivalen radium (Raeq) berkisar dari 82,61 - 138 Bq/kg dan tidak melebihi nilai yang ditetapkan oleh ICRP (1990) dan OECD (179) yaitu sebesar 370 Bq/kg. Nilai indeks bahaya eksternal (Hex) masih dibawah 1, dengan nilai rata rata sebesar 0,31, dan laju dosis dari radionuklida natural sebesar 37,175 nGy/h.Simpulan:Aktivitas radionuklida natural di pesisirPulauBengkalismempunyai kisaran nilai yang berdekatan dengan pengukuran di beberapa Negara. Nilai aktivitas ekuivalen radium (Raeq) Yang terukur tidak melebihi nilai yang ditetapkan oleh ICRP (1990) dan OECD (179).  Nilai indeks bahaya eksternal (Hex) masih dibawah 1, dan laju dosis yang diserap lingkungan dari radionuklida natural masih dibawah nilai rata rata dunia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa parameter radiologis radionuklida natural dalam sedimen di pesisir Pulau Bengkalis berada dalam batas yang dapat diterima. AbstractTitle : --Background: Natural radionuclides are found in almost all environmental media, and in the marine compartment have been detected relative high due to the process of erosion, weathering and recycling of minerals that come trough the water bodies. Radionuclides can move to various media, including to the humans through the food chain. This research was conducted to provide baseline information about the activity of radioactivity in the marine environment of the Bengkalis Island Coast and conduct radiological hazard impact assessments through equivalent radium (Raeq) and external hazard index (Hex) and external dose rates of natural radionuclides.Method: Descriptive methods were used in this study and the sediment sampling method used a purposive sampling method. Sediment samples were collected from 6 sampling points on the coast of Bengkalis Island, using sediment grab. The samples were then dried, homogenized and weighed 1 kg. Measurement of radionuclide activity was carried out using gamma spectrometry with counting time for 3 days. The 226Ra activity is determined based on 214Pb and 214Bi gamma ray emissions. The 232Th activity was determined based on 212Pb and 228Ac and 40K emissions determined from emissions at 1461.8 keV. The results of the analysis will be used to calculate the radiological impact in the environment using equivalent radium activity and external hazard index.Results: The average activity are 56.45; 31.34; 26.04; 33.19; 30.00 and 185.49 Bq/kg for radionuclides 226Ra, 212Pb, 214Pb, 214Bi, 228Ac and 40K respectively. The value of this activity comparable withthe activities in several countries.The calculation of radium equivalent activity (Raeq) values ranges from 82.61 - 138 Bq / kg and does not exceed the value 370 Bq / kg by ICRP (1990) and OECD (179). The external hazard index value (Hex) is still below 1, with an average value of 0.31, and the dose rate of natural radionuclides is 37,175 nGy / h.Conclusion: Natural radionuclide activity on the coast of Bengkalis Island has a range of values adjacent to measurements in several countries. The measured value of radium (Raeq) activity does not exceed the value set by ICRP (1990) and OECD (179). The external hazard index value (Hex) is still below 1, and the absorbed dose rate of natural radionuclides is still below the world average value. Thus, it can be concluded that the radiological parameters of natural radionuclides in sediments on the coast of Bengkalis Island are within acceptable limits. 
Analisis Dosis efektif cemaran 210Po pada Krustasea dan Moluska di Lamongan dan Sukabumi Hombing, Angelina Br; Deswita, Elvira; Makmur, Murdahayu; Istanto, Istanto; Putra, Deddy Irawan Permana; Prihatiningsih, Wahyu Retno; Refinel, Refinel; Priasetyono, Yogi
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 19, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Politeknik - Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v19i2.1005

Abstract

Penelitian ini menghitung 210Po pada beberapa spesies filum krustasea dan filum moluska secara purposive sampling di Lamongan dan Sukabumi. Aktivitas 210Po dari tujuh sampel yaitu 3 sampel krustasea asal Sukabumi dan 4 sampel moluska asal Lamongan di analisis menggunakan Spektrometer Alfa energi 5,305 MeV selama 48 jam. Dari hasil analisis, didapatkan aktivitas 210Po tertinggi pada Krustasea sekitar pada Udang kipas (23,28±3,33 Bq/Kg) dan terendah pada rajungan Rajungan (1,46 ± 0,34 Bq/Kg). Aktivitas 210Po tertinggi pada Moluska terdapat pada Cumi-cumi (25,71±3,66 Bq/Kg) dan terendah yaitu Kerang hijau (6,00±1,00 Bq/Kg). Dosis efektif tahunan tertinggi dari Lamongan pada bayi dengan konsumsi udang kipas (34,22 μSv/tahun), pada anak-anak (10,11 μSv/tahun) dan dewasa (4,67 μSv/tahun). Dosis efektif tahunan tertinggi dari Sukabumi pada bayi dengan konsumsi cumi-cumi (19,27 μSv/tahun), pada anak-anak (5,69 μSv/tahun) dan dewasa (2,63 μSv/tahun). Dosis efektif tahunan ini jauh lebih rendah dari kisaran dosis yang ditetapkan The United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), menandakan bahwa Indonesia aman dari unsur radioaktif 210Po. Dosis konsumsi efektif tahunan sangat bergantung pada asupan makanan laut tahunan melalui makanan ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang selalu memasak sebelum mengkonsumsi makanan laut. Fakta ini harus dipertimbangkan ketika membandingkan dosis efektif tahunan antar wilayah atau negara serta dalam melakukan perhitungan cemaran 210Po pada beberapa spesies di filum krustasea dan moluska yang di distribusikan dan dikonsumsi.ABSTRACTThis study calculated 210Po in several species of crustacean and mollusc by purposive sampling in Lamongan and Sukabumi. The 210Po activity of seven samples, as filum 3 crustacean samples from Sukabumi and 4 mollusc samples from Lamongan, was analyzed using an alpha spectrometer with an energy of 5.305 MeV for 48 hours. The highest 210Po activity was found in Crustacea in Fan shrimp (23.28 ± 3.33 Bq/Kg) and the lowest in Crab Crab (1.46±0.34 Bq/Kg). The highest 210Po activity in Molluscs was found in Squid (25.71±3.66 Bq / Kg) and the lowest was in Green mussel (6.00±1.00 Bq/Kg). The highest annual effective dose from Lamongan in infants with fan shrimp consumption (34.22 μSv/year), in children (10.11 μSv/year) and adults (4.67 μSv/year). The highest annual effective dose from Sukabumi in infants with squid consumption (19.27 μSvyear), in children (5.69 μSv/year) and adults (2.63 μSv/year). This annual effective dose is much lower than the dose range set by The United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), indicating that Indonesia is safe from the radioactive element 210Po. The annual effective consumption dose depends on seafood intake through food plus the community’s habit of always cooking before consuming seafood. This fact must be considered when comparing the annual effective dose between regions or countries and in calculating 210Po contamination in several species of crustaceans and molluscs that are distributed and consumed.
Penentuan Aktivitas Spesifik Radionuklida Alam Sumber Mata Air Panas di Kabupaten Solok Sumatera Barat Darmawan, Alfian; Muttaqin, Afdhal; Makmur, Murdahayu
Jurnal Fisika Unand Vol 14 No 5 (2025)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.14.5.471-478.2025

Abstract

Research has been conducted on determination of specific activity of natural radionuclides of hot water source in Solok Regency, West Sumatera. The study aims to determine the specific activity of radionuclides 238U, 232Th, and 40K and initial water parameters from hot water to effort in radiation safety and protection for environment and surrounding communities. Water samples were taken from three places, namely Bukik Gadang, Batu Bajanjang and Bukik Kili. Then the water samples were analyzed for specific activity using HPGe gamma spectrometer which was chopped 72 hours for radionuclides 238U, 232Th and 40K. The results of measuring acidity (pH), temperature and conductivity of water as initial parameters measured in each sample ranged from 6,1-6,5 for pH; 41-52 °C and 156,4-164,7 μS/m. The results of specific activity measurements on the highest samples were found in the 40K radionuclide ranging from (0.20 ± 0.01) Bq/L to (0.58 ± 0.02) Bq/L and the lowest was in 238U at MDC. Some sample measurement results did not detect all radionuclides because the results obtained were below the MDC. The specific activity of 238U, 232Th and 40K samples were below the threshold of PERKA BAPETEN No. 9 of 2009 which indicates that the research location is safe from radiation impacts.