Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Konservasi penyu di Pulau Talise, Gangga dan Bangka Kabupaten Minahasa Utara Arunde, Preti; Boneka, Farnis B.; Wagey, Billy Th.; Mamangkey, Gustaf; Manembu, Indri; Kambey, Alex
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.6.2.2018.20634

Abstract

Generally, this study was intended to examine the problems or implementation of turtle conservation in Talise, Gangga and Bangka Islands and specifically with a number of objectives to: know the introduction of sea turtle, to know sea turtle fishing and turtle exploitation, to know the knowledge of the people about turtle as a protected animal. Survey results on Talise Island, Gangga and Bangka showed that people who had seen turtles directly: Talise Island 94%, Gangga 58%, and Bangka 92%. Local residents of Talise, Gangga and Bangka Islands know well the turtles even see directly in their habitat and spawning time. In Talise, Gangga and Bangka Islands,  turtles are still commonly caught, traded and consumed by local people.  People's awareness about turtles as protected animals is lacking.  Keywords: Turtle, Talise Island, Gangga and Bangka
PEARL PRODUCING MOLLUSCS: WITH A NOTE ON THE BIOLOGY OF THE SILVER-LIPPED PEARL OYSTER PINCTADA MAXIMA (JAMESON) Gustaf Mamangkey
EKOTON Vol. 3 No. 1 (2014): JANUARI - JUNI 2014
Publisher : PPLH-SDA, Lembaga Penelitian Unsrat Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan nilai per volume, industri mutiara dunia adalah yang tertinggi di antara jenis budidaya lainnya. Produksi mutiara dunia disuplai dari hasil budidaya seperti beberapa jenis kerang mutiara air tawar, kerang mutiara Akoya Pinctada fucata, kerang mutiara bibir hitam P. margaritifera dan kerang mutiara bibir silver P. maxima. Secara alami, semua jenis kerang bisa menghasilkan mutiara, namun mutiara berharga hanya dihasilkan oleh jenis-jenis tertentu dan hanya sebagian darinya yang dibudidayakan. Mutiara yang dihasilkan kerang terdiri dari mutiara tanpa nacre (umumnya sebagai mutiara alami) dan mutiara dengan nacre (umumnya dibudidayakan). Pinctada maxima adalah salah satu kerang mutiara yang menghasilkan mutiara dibalut nacre. Kerang ini menghasilkan mutiara paling besar dan memiliki nilai paling tinggi di dunia dibandingkan kerang budidaya penghasil mutiara lainnya. Cangkang, mantle dan gonad adalah tiga organ penting untuk produksi mutiara. Kerang dengan cangkang yang bagus dengan warna tertentu pada bagian dalamnya biasanya dipilih untuk produksi mutiara, mantel adalah bahan penting yang dipakai untuk disuntikkan dengan inti dan gonad adalah sebagai tempat inti bersama potongan mantel untuk produksi mutiara. Walaupun memiliki potensial besar dengan adanya Pinctada maxima sebagai penghasil mutiara bernilai tinggi namun Indonesia masih memproduksi mutiara bernilai lebih rendah daripada Australia. Hal ini selain disebabkan oleh strain kerang yang ada di Indonesia tetapi juga karena penanganan yang tak tepat selama budidaya termasuk penanganan pasca panen nya.
Mollusks attached to natural mangrove roots and silvofisheries in Nabire Papua: to what extent are they different Maitindom, Frits A; Mamangkey, Gustaf; Boneka, Farnis B. Boneka; Lasut, Markus T.; Mantiri, Rose O. S. E.; Bara, Robert. A.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 12 No. 2 (2024): ISSUE JULY-DECEMBER 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v12i2.57758

Abstract

The research aim on natural mangrove forests and silvofishery is to determine the community structure of attached invertebrates to silvofishery and natural mangrove ecosystems. I was comparing the community structure of attached invertebrates in mangrove silvofishery and natural mangrove ecosystems. Sampling was done by dredging the mangrove root skin, the collected samples were then sieved using a sieve with a mesh size of 1.0 mm using salted water and then put into sample bottles and preserved using 70% alcohol solution, then the samples were identified in the laboratory. The chemical physical parameters at both locations are within the normal range in the development of mangrove-attaching invertebrates. The two study sites contained 4 families (Potamididae, Littorinidae, and Muricidae) 7 species of which 3 species were in natural mangroves Littoraria scabra (Linnaeus, 1758), Nerita planospira (Anton, 1838), and Terebralia palustris (Linnaeus, 1767) compared to mangroves In Silvofishery there are 4 species of Chicoreus capicinus (Lamarck, 1822), Cerithidea quadrata (G. B. Sowerby II, 1866), Nerita picea (Recluz, 1841), and Cerithidea obtuse (Lamarck, 1822). The density of the mangrove-attaching anvertebtata in the mangrove forest of Sylvofishery was the highest, namely L. scabra (0.14 ind/m2 ) and the lowest was T. palustris (0.01 ind/m 2 ) Attachment invertebrate diversity at both study sites was in a low condition, and high dominance and uniformity. Keywords: Biofouling, artificial and Silvofishery, Nabire Abstrak Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada hutan mangrove alami dan Silvofishery adalah Mengetahui struktur komunitas moluska pada ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami. Membandingkan struktur komunitas moluska pada ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami. Pengambilan sampel dengan mengkeruk kulit akar mangrove, sampel yang telah terkumpul kemudian dimasukan kedalam botol sampel dan diawetkan menggunakan larutan alkohol 70%, kemudian sampel diidentifikasi di Laboratorium. Parameter fisik kimia pada kedua lokasi dapat dikatakan dalam range yang normal dalam perkembangan moluska mangrove. Kedua lokasi penelitian terdapat 4 family (Potamididae, Littorinidae, dan Muricidae) 7 spesies dimana 3 spesies pada mangrove alami (Littoraria scabra (Linnaeus, 1758), Nerita planospira (Anton, 1838), dan Terebralia palustris (Linnaeus, 1767) sedangkan pada mangrove Silvofishery terdapat 4 spesies Chicoreus capicinus (Lamarck, 1822), Cerithidea quadrata (G. B. Sowerby II, 1866), Nerita picea (Recluz, 1841), dan Cerithidea obtuse (Lamarck, 1822). Kepadatan moluska mangrove pada hutan mangrove Sylvofishery tertinggi yaitu L. scabra (0,14 ind/m2 ) dan terendah yaitu T. palustris (0,01 ind/m 2 ) Keanekaragaman moluska pada kedua lokasi penelitian barada pada kondisi rendah, dan dominansi tinggi dan seragaman. Kata kunci: Moluska, Mangrove Alami dan Silvofishery, Nabire