Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASI MORATORIUM PERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG Angel, Lolaro Windy Veronika; Mantjoro, Eddy; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 4, No 7 (2016): (April 2016)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.4.7.2016.13009

Abstract

Abstrak Penelitian tentang keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perlu dilakukan, karena keadaan sosial ekonomi nelayan tersebut menunjukkan bagaimana taraf hidup dari nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, mengetahui taraf hidup nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, dan mengetahui solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut pasca deklarasi moratorium perikanan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil observasi dan wawancara pada penelitian ini, menunjukkan bahwa sesudah deklarasi moratorium perikanan nelayan yang bekerja di Kapal ukuran <30 GT mengalami peningkatan taraf hidup, sedangkan nelayan yang bekerja di Kapal ukuran >30 GT mengalami penurunan taraf hidup. Peningkatan dan penurunan taraf hidup nelayan dapat dilihat dari tingkat pendapatan nelayan, karena semakin besar tingkat pendapatan, maka semakin besar pula tingkat pengeluaran atau pemenuhan kebutuhan dari nelayan. Peningkatan taraf hidup disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran <30 GT tidak termasuk dalam pelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan masih bisa melaut dan pendapatan meningkat. Sedangkan penurunan taraf hidup nelayan disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran >30 GT termasuk dalam pelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan harus berhenti melaut dan mengalami penurunan pendapatan. Solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut sesudah deklarasi moratorium perikanan adalah melakukan diversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan misalnya supir, tukang ojek, tukang bangunan, petani, buruh pabrik, kondektur, dan nelayan kapal kecil. Kata kunci : Nelayan, Moratorium, Taraf hidup   Abstract The social economic research after moratorium declaration are needs to be done, because the social economic fishery determin how the fisherman living standard. This research aims to knows the social economic fisherman after the moratorium declaration, for knowing the standard living of fisherman after moratorium declaration and to knows the solution of fisherman who stopped fishing. This research are be held in Aertembaga Bitung City. The result of observation in this research shows that after declaration of moratorium of fisherman who work on ship with size <30 GT has increased. The increase of living standard caused by fisherman on the vessel size <30 GT are not included in the implementation of the moratorium on fisheries policy. Fisherman solution who stopped fishing after moratorium declaration, they make diversity in their job. For example become a farmer, factory worker, laborier, conductor and become fisherman in small fishing boat. Keyword : Fisherman, Moratorium, Standard of Live
DAMPAK KEBIJAKAN MORATORIUM TERHADAP INDUSTRI PERIKANAN (STUDI KASUS KOTA BITUNG) Pangemanan, Ovin Valentia Liana; Mantjoro, Eddy; Jusuf, Nurdin
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 2, No 4 (2014): (Oktober 2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.2.4.2014.13401

Abstract

Abstract Bitung city has been long recognized as the largest fishing base in North Sulawesi. It means that the marine natural resources are available enough to support the economic activities of the fishing base. At the on of 2014, the Ministry of Marine Affair and Fisheries enacted several regulation which is called Moratorium Policy. In general, the content of such policy is to suspend several fishing industry activities such as to prohibit fishing vessels beyond 30 GT to fish and the transshipment of catch from fishing boat to transport vessel. The enactment of this policy causing social disorder in several area of Indonesia including North Sulawesi Province. About 9.000 people whose working on fishing boat and fish processing factories. This was thought as the problem which demanding scientific study to clarify whether the economical disharmony in this area is truly caused by the moratorium policy or any other causes. The research has been performed on Bitung fishing base along the period of May to July 2015. The results indicated that the moratorium policy become the major cause of disharmony of fishing industry in the area. In other words, the policy cause social disorder at least within the fishing industry community. Keywords : Moratorium Policy, Fishing Industry, Social Disorder. Abstrak Kota Bitung telah sejak lama diakui sebagai kota industri perikanan terbesar di Provinsi Sulawesi Utara. Ini berarti bahwa sumber daya alam kelautan cukup tersedia untuk mendukung kegiatan ekonomi pada industri perikanan. Pada akhir tahun 2014, Kementerian Kelautan dan Perikanan memberlakukan beberapa peraturan yang disebut Kebijakan Moratorium. Secara umum isi dari kebijakan tersebut adalah memberhentikan beberapa kegiatan industri perikanan seperti melarang kapal – kapal asing di atas 30 GT, pelarangan alih muatan dari kapal penangkap ke kapal pengangkut. Diberlakukannya kebijakan ini menyebabkan masalah sosial di beberapa wilayah Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Utara. Sekitar 9.000 pekerja baik di kapal maupun pegawai pabrik perikanan dirumahkan. Hal ini dianggap sebagai masalah yang menuntut penelitian ilmiah untuk mengklarifikasi apakah ketidakharmonisan ekonomi di Kota Bitung disebabkan oleh kebijakan moratorium atau ada penyebab lain. Penelitian ini dilakukan di Kota Bitung pada bulan Mei – Juli 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan moratorium menjadi penyebab utama industri perikanan di Kota Bitung goyah. Dengan kata lain, kebijakan ini menyebabkan masalah sosial dalam masyarkat industri perikanan. Kata kunci : Kebijakan Moratorium, Industri Perikanan, Masalah Sosial
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI USAHA BUDIDAYA JARING APUNG DI KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA Sasue, Wiratama M.; Mantjoro, Eddy; Kotambunan, Olvie V.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 2, No 4 (2014): (Oktober 2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.2.4.2014.13313

Abstract

Abstract Traditionally, Pond Fish Culture are common found in several area of North Sulawesi. However, floating net fish culture still rare and just developing in 4 recent years. It is therefore, attracting attention to make a study on its way of management. The first step is to perform identification and classification of business, whether remain subsistence or developed to be an industrial ways of management. Fieldwork based on case study have been performed in two villages respectively Paleloan and Urongo of South Tondano District, Minahasa regency. It is identified that the floating net fish culture were managed on commercial artisanal basis rater than of subsistence. The business of fish culture was identified as of household unit of management and classified as of small scale fishery. It is seems however there is a possibility will develop towards industrial system of management. This is because the business activity was motivated by commercial needs rather than of subsistence one. Keywords: Floating net, Fish culture, Identification, Classification Abstrak Secara tradisional, kolam budaya ikan yang umum ditemukan di beberapa daerah Sulawesi Utara. Namun budidaya ikan jaring apung masih jarang dan hanya berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, menarik perhatian untuk membuat sebuah studi dalam perjalanan manajemen. Langkah pertama adalah untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi bisnis, apakah tetap subsisten atau dikembangkan oleh industri manajemen. Kerja lapangan studi kasus telah dilakukan di dua Kelurahan masing-masing Paleloan dan Urongo Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa. Hal ini di identifikasi bahwa budidaya ikan jaring apung yang dikelola berdasarkan usaha komersial dari pada subsistensi. Usaha budidaya ikan dalam jaring apung di identifikasi sebagai unit rumah tangga dan di klasifikasikan sebagai perikanan skala kecil. Ada kemungkinan usaha ini bisa dikembangkan ke arah sistem industri manajemen. Hal ini kelihatan karena kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan komersial dan bukan dari satu subsistensi. Kata kunci: Jaring apung, budaya Ikan, Identifikasi, Klasifikasi
SEJARAH, KENDALA DAN HAMBATAN INVESTASI SEKTOR RIIL TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (Studi Kasus Pabrik Pengolahan Ikan) Mantjoro, Eddy
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 1, No 2 (2013): (Oktober 2013)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.1.2.2013.13323

Abstract

Abstract Goals to be achieved through this research are as follows: (1) the scientific explanation about the initial conditions of fishing effort in the area of ​​research in this area is South Minahasa; (2) To obtain information on the historical development of the fish processing industry in North Sulawesi and Minahasa south in particular; (3) To be informed of the obstacles and challenges faced by the fisheries sector investors, especially fish processing timber. This research focuses on one unit of the fish processing industry wooden fish processing plant, and then in the case study method is relevant. The case study method is expected that researchers can examine more detailed and focused on problems experienced by fish processing company. As a consequence the results can not be generalized as like which would otherwise require science. Unless some case studies on the same topic on other companies and the result is the same, the efforts generalizations can be made. However the results of the case study can paint a picture on the history, constraints and barriers to investment that occur in similar industries and other industries. The initial condition of fisheries business investment in South Minahasa in 1995 was still dominated by small-scale businesses, which is limited to household livelihoods of fishermen. How governance is still very traditional in terms of business objectives just to meet daily food needs. Wooden fish processing technology already existed and developed since the year 700 BC in Japan. In Indonesia, especially in North Sulawesi started introduced in 1927 by a Japanese man named Hara Ko. The new investment started in 1971 until now. Investment in fish processing faces many obstacles and challenges, namely (1) the limited market share, (2) Legal certainty is not guaranteed, (3) Investors from outside the region and abroad to invest by holding on minimal information about the culture and traditions of local communities (4 ) morale of local residents very traditional if not arguably worse. (5) The investment policy is supported by the local government level only at the Regent while Assiten level, down to the village more displays of terror and intimidation to investors. Keywords: fish factory, investment, history, constraints, obstacles Abstrak Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Penjelasan ilmiah tentang kondisi awal usaha perikanan di wilayah penelitian dalam hal ini Daerah Minahasa Selatan. (2) Memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan industri pengolahan ikan di Sulawesi Utara dan Minahasa selatan khususnya. (3) Mendapatkan informasi mengenai kendala dan tantangan yang dihadapi oleh investor bidang perikanan khususnya pengolahan ikan kayu. Penelitian ini berfokus pada satu unit industri pengolahan ikan yakni pabrik pengolahan ikan kayu, maka metode studi kasus di pandang relevan. Metode studi kasus diharapkan peneliti dapat mengkaji lebih rinci dan fokus pada masalah yang dialami oleh perusahan pengolahan ikan. Sebagai konsekwensinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisir sebagai layaknya yang di syaratkan oleh ilmu pengetahuan. Kecuali beberapa studi kasus dengan topik yang sama pada perusahan lain dan hasilnya sama maka upaya generalisasi dapat dilakukan. Walau demikian hasil studi kasus dapat melukiskan gambaran mengenai sejarah, kendala dan hambatan investasi yang terjadi pada industri sejenis dan industri lainnya. Kondisi awal usaha perikanan di wilayah Minahasa selatan pada tahun 1995 ketika investasi pabrik pengolahan ikan kayu di mulai masih didominasi oleh usaha skala kecil, yaitu sebatas mata pencaharian rumah tangga nelayan. Cara kelola pun masih sangat tradisional dalam pengertian tujuan usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan harian. Teknologi pengolahan ikan kayu sudah ada dan berkembang sejak tahun 700 sebelum masehi di Jepang. Di Indonesia khususnya di Sulawesi Utara mulai di perkenalkan pada tahun 1927 oleh orang Jepang bernama Hara Ko. Investasi baru dimulai pada tahun 1971 hingga sekarang. Investasi bidang pengolahan ikan menghadapi banyak kendala dan tantangan, yaitu (1) keterbatasan pangsa pasar, (2) Kepastian hukum tidak terjamin, (3) Investor dari luar daerah dan luar negeri berinvestasi dengan berpegang pada informasi minim mengenai budaya dan tradisi masyarakat lokal (4) moral kerja penduduk lokal amat tradisional jika tidak boleh dikatakan buruk.(5) Kebijakan investasi ditunjang oleh pemerintah daerah hanya pada level Bupati sedangkan level assiten, ke bawah sampai kelurahan lebih banyak menampilkan teror dan intimidasi kepada investor. Kata Kunci : pabrik ikan, investasi, sejarah, kendala, hambatan
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI PERIKANAN STUDI KASUS : PT. NICHINDO MANADO SUISAN Mapaliey, Trifosa; Mantjoro, Eddy; Wasak, Martha P
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 2, No 3 (2014): (April 2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.2.3.2014.13312

Abstract

Abstract The study conducted aims at to determine the level productivity of labour working in the fishing industry with particular reference of PT. Nichindo Manado Suisan. The study was performed on the case study method. Primary data were collected was working hours, productivity, and employment and work unit actively collected by means of active participation that involved collecting data while working. Secondary data was its historical notes and other data compiled by the company. The analysis was focused on factors which affected the company workers productivity and labour unit time was calculated by the equation; wt = (sx)/Ly, the labour productivity index is calculated by the equation; IP = (T /C)-1, and productivity labour from the actual results/total working days.   Key words: Productivity, Labour, Fishing Industry Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang diserap pada industri perikanan dan unit kerja yang terdapat pada PT. Nichindo Manado Suisan, serta bagaimana tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektor perikanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data primer yang dikumpulkan yaitu jam kerja, produktivitas, jumlah tenaga kerja dan unit kerja dikumpulkan secara aktif dengan cara partisipasi aktif yaitu ikut mengumpulkan data sambil bekerja. Data sekunder yaitu sejarah perusahaan dan catatan yang tersimpan di perusahaan.Hal-hal yang dianalisis adalah faktor yang mempengaruhi produktivitas dan unit kerja perusahaan waktu tenaga kerja yang dihitung berdasarkan persamaan ; wt = (s-x)/Ly, indeks produktivitas tenaga kerja dihitung dengan persamaan ; IP =(T/C) - 1, dan produktivitas tenaga kerja dari hasil sebenarnya/total hari kerja. Kata Kunci : Produktivitas, Tenaga Kerja, Industri Perikanan
STUDI ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI DESA KEMA TIGA KECAMATAN KEMA KABUPATEN MINAHASA UTARA Daud, Christo; Mantjoro, Eddy; Pontoh, Otniel
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 6, No 11 (2018): April (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.6.11.2018.25019

Abstract

AbstrakAspek sosial merupakan hasil dari hubungan sosial antar manusia dan manusia dengan alam. Aspek sosial dalam penelitian ini hanya dibatasi sesuai variabel yang telah ditentukan yaitu ukuran keluarga, keadaan rumah, agama, umur dan pengalaman kerja, kesehatan, tingkat pendidikan, dan sarana hiburan.Aspek ekonomi adalah aspek yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup atau berkaitan dengan uang. Aspek ekonomi dalam penelitian ini hanya dibatasi sesuai variabel yang telah ditentukan yaitu tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan.Pendapatan adalah hasil usaha yang nelayan peroleh dan dinyatakan dalam bentuk uang. Untuk mengetahui tingkat pendapatan para nelayan dihitung berdasarkan penghasilan sebagai nelayan dan penghasilan usaha lain. Pendapatan usaha lain yang dimaksudkan disini adalah penghasilan nelayan dari usaha lain atau penghasilan dari istri nelayan atau keluarga nelayan. Pendapatan nelayan purse seine adalah Rp2.500.000,- untuk ABK yang bekerja di ukuran kapal <30 GT dan Rp4.000.000,- untuk ABK yang bekerja di ukuran kapal >30 GT, Sedangkan pendapatan nelayan perahu lampu adalah Rp6.000.000,-.Tingkat pengeluaran tergantung dari tingkat pendapatan semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula pengeluaran. Pengeluaran rumah tangga nelayan untuk bahan makanan disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, karena semakin banyak anggota keluarga maka pengeluaran untuk bahan makanan semakin tinggi.Tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang telah digunakan dalam berbagai keperluan atau pengeluaran. Tabungan yang dimiliki nelayan purse seine berkisar antara Rp60.000,- hingga Rp3.200.000,- dari setiap responden, sedangkan untuk nelayan perahu lampu berkisar antara Rp1.700.000,- hingga Rp2.800.000,- dari setiap responden. Tabungan dihitung dengan jumlah pendapatan dikurangkan dengan jumlah pengeluaran. Hasil wawancara dengan responden, tabungan tersebut tidak disimpan setiap bulan, karena ada beberapa kebutuhan yang tidak terduga yang harus dipenuhi oleh responden. Kebutuhan tidak terduga misalnya untuk perbaikan rumah, kursi, meja, dan lain-lain.Kata kunci: sosial, ekonomi, nelayan, kesejahteraan
A study on potential development of fisheries resources in the coastal area of Tolitoli Regency ., Yuliani; Mantjoro, Eddy; Wantasen, Adnan; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2272

Abstract

Tolitoli is one of regencies in Central Sulawesi province that has fisheries and marine resources which are potentially exploited and developed. The total area of Tolitoli regency is 4079.77 km² land and 3008.59 oceans km² area with a long range 453.98 km coastline. Administratively, Tolitoli consists of 10 districts (9 of which are districts that have coastal areas), 104 villages (60 of which are coastal villages) and 43 islands (13 inhabited islands and 30 uninhabited islands) which are small islands scattered along the coastal areas. In addition, Tolitoli have 3 outer islands bordering neighboring country: Lingayan Island, Island Salando and Dolangan Island. Resource potential and development of coastal fisheries Tolitoli has an area of ​​707 ha of mangrove and coral 11568.5 ha. For mariculture potential is around 2011, 10.800 ha with a total production 702.4 tonnes, inland aquaculture 4250 ha with a total production of 499 tonnes. Cathing fisheries was exploited in 2011 for approximately 30009.21 tonnes/year by the number of RTP 2500 households. As for the potential location of fish processing is 29 000 M² with a production of 210.3 tonnes. For tourism potential there are 14 potential tourism attractions that can be favored by local governments to be developed© Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu  kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah yang memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Luas Kabupaten Tolitoli yaitu 4.079,77 km² daratan dan 3.008,59  km² wilayah lautan dengan panjang  garis pantai berkisar 453,98 km. Secara administratif, Kabupaten Tolitoli terdiri dari 10 kecamatan (9 di antaranya merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir) dan jumlah desa sebanyak 104 (jumlah desa pesisir sebanyak 60) serta mempunyai 43 pulau (13 pulau berpenghuni dan 30 pulau tidak berpenghuni) yang merupakan pulau-pulau kecil yang tersebar di sepanjang wilayah pesisir. Selain itu, Kabupaten Tolitoli memiliki 3 pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia, yaitu Pulau Lingayan, Pulau Salando, dan Pulau Dolangan.Potensi sumberdaya dan pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tolitoli memiliki ekosistem mangrove seluas 707 Ha, Karang 11.568,5 Ha.Untuk potensi budidaya laut tahun 2011 seluas10.800 Ha dengan jumlah produksi 702,4 ton,budidaya perikanan darat/tambak  4.250 Ha dengan jumlah produksi 499 ton. Potensi perikanan tangkap yang termanfaatkan pada tahun 2011 sekitar 30.009,21 ton/tahun dengan jumlah RTP 2.500 KK. Sedangkan untuk luas lokasi potensi pengolahan hasil perikanan yaitu 29.000 M² dengan produksi 210,3 ton. Untuk potensi pariwisata terdapat 14 objek wisata yang dapat diunggulkan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan©
KONDISI PERUSAHAAN PERIKANAN DI KOTA BITUNG PASCA MORATORIUM 2014 Sarempaa, Evan Sparta; Mantjoro, Eddy; Lumenta, Vonne
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 5, No 9 (2017): (April 2017)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.5.9.2017.16992

Abstract

AbstractNorth Sulawesi is one of the provinces in Indonesia which have large fisheries potential. The province has made the results of operations and marine fisheries as one of the featured products to spur increase revenue. Then formulated some questions that become problems in this study 1). How is the post-moratorium fishing company in Bitung 2). Is this moratorium policy implementation can enhance the progress of the fishing company in Bitung 3). How do enterprise solutions to meet the needs of the company, when applied moratorium on fishing in Bitung.This study aims to 1) .To obtain scientific data about the condition of the fishing company Post moratorium on fishing in Bitung 2) .To determine the effect of the implementation of the moratorium policy of the condition of the fishing company in Bitung. The method used in this research case study approach. Retrieval of data taken in two fishing companies, namely PT. Sari Tuna Makmur and PT. Blue Ocean Grace International in Bitung City District of Aertembaga, data collection is done by observation and in-depth interviews. 1.Conditions fishing company in Bitung post-moratorium by the Minister of Marine and Fisheries in November 2014 are as follows: a) The number of vessels decreased from 3,213 in 2014 to 2,222 in 2015 and then rose to 3,165 in 2016. b) Production of fish reduced from 111,315.53 in 2014 to 45208.52 in 2015 then production rises, namely 46522.77 2016. c) The increase in the market price of skipjack Winenet, Girian and TPI of the normal price 12500-14000, in 2014 rose to 17000-20000 in 2015 and 2016. As for the Tuna from the standard price of 32000-35000 in 2014 and rose to 50000-55000 in 2015 and 2016. Then for the fish Deho from 5000-8000 at the normal price in 2014, rose to 9000-12000 in 2015, and rose to 12,000-15,000 in 2016. d) Increased export of fishery company PT. STM of 196,034.50 in 2014 to 294,911.4 in 2015 and falling back to 200,403.95 in 2016. e) The increase in exports of fishery company PT. Bogi of 116,196.20 in 2015 to 285,797.3 in 2016. 2. Moratorium Policy turn out to be a positive impact on the company's progress fishery indicated by the decline in the economic sector in Bitung. 3. It was not able to improve the progress of the fishing company in the city of Bitung in general and in particular. 1. moratorium greatly affect the fishing company therefore Policy Minister about the moratorium should be revoked. 2. This study still needs further research is therefore suggested that interested readers can conduct advanced research.Keywords: fisheries, companies, moratorium, conditions
Kajian Dampak Promosi Terhadap Tingkat Penjualan Produk Selular PT. Bakrie Telecom Esia-Manado Prestasi, Hadi; Mantjoro, Eddy
JURNAL ILMU ADMINISTRASI (JIA) Vol 8, No 3 (2012): Ilmu-Ilmu Administrasi
Publisher : JURNAL ILMU ADMINISTRASI (JIA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The objectives of the research are to determine the impact on the level of sales promotions. Methodology used in this research is qualitative descriptive which described it in detail starting from the general conditions to the promotion and implementation of how the volume of sales at PT. Bakrie Telecom Esia-Manado. The number of sample was 30 respondentscoposed of the Sale and respondents (Owner Counter), civil servants, private employees, students, housewives. To get data we used a structured interview instrument that is directed at informants. Analysis of data from data collection, data classification, data display, to the inference. To prove the results of the study is strengthened by data on the interview, sales volume, and promotions conducted by PT. Bakrie Telecom Esia-Manado. The results showed that the  mobile card products PT. Bakrie Telecom Esia-Manado is quite good, especially at the rate or rates of use cellular card. When compared with the rate of its peers are much cheaper there even in the development of new program bundling with other vendor phone  Blackberry, Samsung, HTC, Alcatel, Iphone. Promotion is done is not maximized, it is indicated there are still many people not familiar with the products produced by the company. an effect on the level of sales promotion cellular cards PT. Bakrie Telecom Esia-Manado. Visible indication that the increase in sales in each quartile for the three years 2010 to the third quartile of 2011sebesar 1%, this happens because of promotion and advertising firm is not maximized. From the research it can be concluded that sales promotion of PT. Bakrie Telecom Esia-Manado indicated there is an impact. For that the company should be able to make the scale of priorities is the promotion and advertising so that people know the products marketed by the company. Primarily engaged in the promotion of the price offered, because it is owned by the company's advantage. Key word: promotion, product sales