Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

A study on potential development of fisheries resources in the coastal area of Tolitoli Regency ., Yuliani; Mantjoro, Eddy; Wantasen, Adnan; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2272

Abstract

Tolitoli is one of regencies in Central Sulawesi province that has fisheries and marine resources which are potentially exploited and developed. The total area of Tolitoli regency is 4079.77 km² land and 3008.59 oceans km² area with a long range 453.98 km coastline. Administratively, Tolitoli consists of 10 districts (9 of which are districts that have coastal areas), 104 villages (60 of which are coastal villages) and 43 islands (13 inhabited islands and 30 uninhabited islands) which are small islands scattered along the coastal areas. In addition, Tolitoli have 3 outer islands bordering neighboring country: Lingayan Island, Island Salando and Dolangan Island. Resource potential and development of coastal fisheries Tolitoli has an area of ​​707 ha of mangrove and coral 11568.5 ha. For mariculture potential is around 2011, 10.800 ha with a total production 702.4 tonnes, inland aquaculture 4250 ha with a total production of 499 tonnes. Cathing fisheries was exploited in 2011 for approximately 30009.21 tonnes/year by the number of RTP 2500 households. As for the potential location of fish processing is 29 000 M² with a production of 210.3 tonnes. For tourism potential there are 14 potential tourism attractions that can be favored by local governments to be developed© Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu  kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah yang memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Luas Kabupaten Tolitoli yaitu 4.079,77 km² daratan dan 3.008,59  km² wilayah lautan dengan panjang  garis pantai berkisar 453,98 km. Secara administratif, Kabupaten Tolitoli terdiri dari 10 kecamatan (9 di antaranya merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir) dan jumlah desa sebanyak 104 (jumlah desa pesisir sebanyak 60) serta mempunyai 43 pulau (13 pulau berpenghuni dan 30 pulau tidak berpenghuni) yang merupakan pulau-pulau kecil yang tersebar di sepanjang wilayah pesisir. Selain itu, Kabupaten Tolitoli memiliki 3 pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia, yaitu Pulau Lingayan, Pulau Salando, dan Pulau Dolangan.Potensi sumberdaya dan pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tolitoli memiliki ekosistem mangrove seluas 707 Ha, Karang 11.568,5 Ha.Untuk potensi budidaya laut tahun 2011 seluas10.800 Ha dengan jumlah produksi 702,4 ton,budidaya perikanan darat/tambak  4.250 Ha dengan jumlah produksi 499 ton. Potensi perikanan tangkap yang termanfaatkan pada tahun 2011 sekitar 30.009,21 ton/tahun dengan jumlah RTP 2.500 KK. Sedangkan untuk luas lokasi potensi pengolahan hasil perikanan yaitu 29.000 M² dengan produksi 210,3 ton. Untuk potensi pariwisata terdapat 14 objek wisata yang dapat diunggulkan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan©
Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia Dalengkade, Yulianus D; Wantasen, Adnan S; Reppie, Emil; Luasunaung, Alfret
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7283

Abstract

Sangihe Islands Regency has a coastal fishing port located in the village of Dagho sub-district of Tamako. As the only the coastal fishery port in the regency it is expected to provide support in the development of regional economy. This research intended to study the status of management sustainability in Dagho coastal fishing port and analyze policy directions in sustainability management of the coastal fishing port Dagho. Research results showed that the status of sustainability management of the coastal fishing port Dagho belongs to the category of less sustainable fisheries. Towards a policy of management of coastal fishing port Dagho port management is attainment of sustainability according to economic and institutional functions. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang terletak di Kampung Dagho, Kecamatan Tamako. Sebagai satu-satunya PPP yang ada di kabupaten tersebut diharapkan akan memberikan dukungan dalam pengembangan perekonomian daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan dalam pengelolaan PPP dan menganalisis arah kebijakan multipihak dalam keberlanjutan penatakelolaan PPP Dagho. Hasil penelitian menunjukkan status keberlanjutan pengelolaan pelabuhan perikanan tersebut masuk dalam kategori kawasan pelabuhan perikanan “kurang berkelanjutan”. Sedangkan arah kebijakan pengelolaan PPP Dagho adalah terwujudnya pengelolaan pelabuhan yang berkelanjutan menurut skenario fungsi ekonomi dan kelembagaan.
Utilization of land reclamation in Manado City Pamikiran, Vivi A; Mamuaya, Gybert E; Wantasen, Adnan
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1973

Abstract

Reclamation activities conducted in the Bay of Manado, at the seaward side on Pierre Tendean Street (Boulevard), has changed the face of the city of Manado including the coastal area. The purpose of this study was to determine whether the realization of reclamation activities seen were as planned. The second purpose was to determine the appropriate policy strategy to ensure that the utilization of reclaimed land can be optimal. The data was collected through observation to compare actual conditions with the original plan. For policy options, SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis was used. The study revealed that there are changes from the original plan, such as the extent of the area was originally planned 1185 m2, but the actual area was 781.305 m2. Based on the results of the SWOT analysis, the most appropriate policy option adopted is to optimize the role of land reclamation as one economic driving force in the city of Manado. These include the completion of a number of legal problems in reclamation© Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan di Teluk Manado, memanjang dari Utara ke Selatan Kota Manado ke arah laut telah merubah wajah Kota Manado termasuk di dalamnya tata ruang dan pemanfaatan lahan yang baru di wilayah pesisir. Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengkaji realisasi aktual dari kegiatan reklamasi apakah sesuai dengan peruntukannya, menentukan strategi kebijakan yang tepat dari pemanfaatan lahan reklamasi agar dilakukan dengan optimal dan ramah lingkungan. Pengumpulan data telah dilakukan secara deskriptif melalui observasi dan pengamatan lapangan untuk membandingkan kondisi aktual dengan rencana semula. Sebagai pilihan penentuan kebijakan penelitian, data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Hasil penelitian mengungkap bahwa adanya perubahan pemanfaatan dari rencana awal luasan kurang lebih 1.185.000 m2, menjadi luasan yang terealisasi sampai saat penelitian dilakukan mencapai luas kurang lebih 781.305 m2. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah Kota Manado harus konsisten dalam menetapkan perijinan, dengan tidak merubah fungsi lahan dan lingkungan pesisir. Dampak positif yang ditimbulkan dalam rangka mengoptimalisasi pemanfaatan lahan reklamasi sebagai salah satu lokasi yang dapat meningkatkan perekonomi dan pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja di Kota Manado. Kebijakan perubahan fungsi dan penambahan luas lokasi yang tidak sesuai dengan perencanaan awal dapat berdampak pada masalah hukum di wilayah pesisir©
Analysis for mangrove ecosystem management priority using Analysis Hierarchy Process (AHP) in Sorong City, West Papua, Indonesia Tabalessy, Roger R; Wantasen, Adnan S; Schaduw, Joshian N.W.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7285

Abstract

Indonesia’s mangrove forest is decreasing. Factors affecting this condition are excessive utilization for livelihood and market demand without considering its sustainability for the future. As a result, mangrove forest degrades year by year. The present study aimed to analyse which stakeholder is the priority for mangrove ecosystem management in the city of Sorong, West Papua, Indonesia, and which factors are the priority for sustainable management. Primary data were collected using questionnaire with interview technique and were analysed using Expert Choice 11 software. The result showed that local government was the stakeholder possessing major priority in management which was supported by others (community and NGO), and the ecological factor was the priority in management, while the economic, social, and institutionalfactors were the supporting factors for sustainability. Luas hutan mangrove di Indonesia sedang mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi kondisi ini, yaitu pemanfaatannya secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhanan hidup maupun permintaan pasar tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya di masa depan. Sebagai akibatnya tutupan hutan mangrove semakin berkurang dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis stakeholder manakah yang menjadi prioritas dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Kota Sorong, Papua Barat, Indonesia, dan faktor manakah yang menjadi prioritas dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Data primer dikumpulkan menggunakan angket dengan teknik wawancara, dan kemudian dianalisis menggunakan software Expert Choice 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stakeholder Pemda merupakan prioritas utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove dan ditopang oleh stakeholder lainnya (Masyarakat dan LSM), dan faktor prioritas dalam pengelolaan adalah ekologi, sedangkan faktor ekonomi, sosial, dan kelembagaan merupakan faktor pendukung untuk terciptanya pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan.
Diversification of business and its implications for the welfare of traditional fishermen community in Uso Village, Batui District, Luwuk Banggai, Central Sulawesi Province Srinurmahningsi, Sri; Andaki, Jardie A; Wantasen, Adnan
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 2 (2017): October
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.2.2017.24567

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Diversifikasi usaha dan implikasinya terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan tradisional Desa Uso,Kecamatan Batui,Kabupaten Luwuk Banggai,Provinsi Sulawesi Tengah This study aims to determine the business diversification selected by the fishing community in maintaining family life, to determinethe difference in choice of business diversificationas well as the implications on the fishing communityof Uso Village, Batui District, Banggai Regency, Central SulawesiProvince. This study used a mixed method, which is a research approach that combines qualitative and quantitative research. Data used in this research is both descriptive and analytical. Comparative test was performed using Student’s t-test. The results of this study concluded that 1) there is diversification outside the fishing effort by the fishermen of the village,such asworking as construction workers, company workers, motorcycle taxi drivers, merchants and farming, 2) there is a significant difference between fishing effort and business diversifications in which the contsruction workers have lower income then the fishing efforts, while the income of business diversifications as company workers, motorcycle taxi drivers, and farmers are not significant, 3) diversification of fishing effort has a positive impact on the lives of fishermen to use their spare time not to fish due to weather factors, replace lost income because it does not go to the sea, and combines a variety of businesses in outside the fishing business potential in increasing the family income of fishermen in the village, and 4) cash-flow and financial analysis shows fishing effort is feasible, as well as diversification is feasible as the support of fishing effort.Penelitian ini bertujuanuntuk menentukan diversifikasi usaha yang dipilih oleh masyarakat nelayan dalam mempertahankan hidup keluarga,untukmenentukan perbedaan pilihan diversifikasi usaha danimplikasinyapada masyarakat nelayan Desa Uso,Kecamatan Batui,Kabupaten Banggai,Provinsi Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mixed-method.Analisis data menggunakandeskriptif analitik. Uji perbandingan menggunakan uji-t. Hasil penelitian dapat disimpulkan, 1) diversifikasi usaha, yangdilakukan selain usaha penangkapan ikan, yaitu bekerja sebagai buruh bangunan, buruh perusahaan, tukang ojek, pedagang dan bertani, 2) terdapat perbedaan nyata antara usaha penangkapan ikan dengan diversifikasi usahadi mana pendapatan sebagai buruh bangunan lebih rendah daripendapatan nelayan. Sedangkan diversifikasi usahasebagai buruh perusahaan, tukang ojek,dan bertani,tidak berbeda nyata, 3) diversifikasi usaha nelayan berimplikasi positif pada kehidupan nelayan dalam memanfaatkan waktu luangsaattidak melaut karena faktor cuaca, mengganti kehilangan pendapatan karena tidak melaut, dan mengkombinasikan berbagai usaha di luar usaha penangkapan ikan yang berpotensi pada peningkatan pendapatan keluarga nelayan, dan 4) Cash-flowdan analisis finansial menunjukkanbahwausaha perikanan tangkap layak dilaksanakan, demikian pula diversifikasi usaha sebagai penunjang usaha nelayan.
Economic Analysis of Coral Reefs in Bahoi Village, North Minahasa District Rembet, Unstain N. W. J.; Wantasen, Adnan S.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 3, No 2 (2015): EDISI JULI - DESEMBER 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.2.2015.13226

Abstract

For the management activity of coastal area, especially coral reefs, need basic data about economic condition of the coral reefs. Therefore, to manage the ecosystem of coral reefs in Bahoi Village, need an analysis act of economic condition. Whereas, for the economic values, analyze base on direct use of the society. Total economic values of the coral reefs in Bahoi Village, analyze only from the direct use. At the moment its about Rp.2.420.130.000/year. This values is the acumulation from the direct use of fisheries (coral fish) about Rp.2.368.980.000/year and the direct use of the tourism about Rp.51.150.000/year. The relation of ecological and economic condition, base on the result of the coefficient values is 0.0887 for coral and 0.2470 for algae, indicated that 1% growth of the coral coverage unit, will raise 8.87% unit of the total fish. Likewise, 1% growth of the algae coverage, will raise 24.70% of the total fish. In other words, every growth of the coral coverage and algae coverage, will raise the total fish. The relation of fish diversity and fishing trip to the fisherman income, the coefficient values is 2.7475 for fish diversity and 1.1693 for fishing trip, indicated that 1% growth of fish diversity fish, will raise 274.75% unit of the fisherman income. Likewise, 1% growth of fishing trip per month, will raise 116.93% unit of the fisherman income. To improve the ecological condition that finally can increase the society income, therefore activity that cause damage to the coral reefs, such as fishing with “bubu” and coral mining, need to be stopped. It’s also need to develop the other benefit of coral reefs, like tourism. Key words : analysis, ekonomic, ekological, coral reff Abstrak   Untuk suatu kegiatan pengelolaan wilayah pesisir khususnya terumbu karang, diperlukan data dasar mengenai nilai ekonomi dari terumbu karang. Oleh sebab itu guna pengelolaan ekosistem terumbu karang di Desa Bahoi perlu dilakukan pengkajian ekonomi. Nilai ekonomi total dari terumbu karang di Desa Bahoi hanya dilihat dari nilai manfaat langsung, yang saat ini memiliki nilai sebesar Rp 2.420.130.000/tahun. Nilai ini merupakan akumulasi dari manfaat langsung perikanan tangkap (ikan karang) sebesar Rp 2.368.980.000/tahun dan manfaat langsung wisata sebesar Rp 51.150.000/tahun. Hubungan kondisi ekologi dan ekonomi dilihat dari nilai koefisien yang diperoleh yaitu 0.0887 untuk karang batu dan 0.2470 untuk algae  menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1% dari satuan tutupan karang batu akan diikuti dengan penambahan 8.87% satuan jumlah ikan. Demikian juga dengan penambahan 1% satuan tutupan algae akan dikuti dengan penambahan 24.70% satuan jumlah ikan. Dengan kata lain, setiap penambahan tutupan karang dan tutupan algae akan diikuti dengan peningkatan jumlah ikan. Dalam hubungan keanekaragaman ikan dan trip penangkapan terhadap pendapatan nelayan nilai koefisien yang diperoleh yaitu 2.7475 untuk keanekaragaman ikan dan 1.1693 untuk trip penangkapan, menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1% dari satuan keanekaragaman ikan akan diikuti dengan penambahan 274.75% satuan pendapatan nelayan. Demikian juga dengan penambahan 1% satuan jumlah trip per bulan akan dikuti dengan penambahan 116.93% satuan pendapatan nelayan. Untuk meningkatkan kondisi ekologi, yang pada akhirnya akan meningkatkan penghasilan masyarakat, maka kegiatan yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang seperti penangkapan ikan dengan bubu dan penambangan karang harus dihentikan, serta perlu dikembangkannya manfaat lain terumbu karang seperti pariwisata yang sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah ini. Kata-kata kunci : kajian, ekonomi, ekologi, terumbu karang   1 Dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi dalam program PENPRINAS MP3EI 2015-2016 2 Staf pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT
Mapping of Mangrove Diversity in Kelurahan Tongkaina, Bunaken Sub-District, Manado Puasa, Rio N.; Wantasen, Adnan S.; Mandagi, Stephanus V.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.19542

Abstract

This research was conducted in coastal area of Tongkaina Village, Bunaken Sub-district, Manado City, North Sulawesi Province. The purpose of this study was to calculate the diversity of mangrove plants and map the zoning of mangrove species distribution in three research sites. The data collected are categorized as primary and secondary data. Primary data collection related to biophysical condition of mangrove ecosystem, including vegetation structure and area of mangrove cover in study site and further analyzed. Secondary data were collected from various literature studies, documentation and scientific papers and related legislation. Based on  the obtained results, it was known that the diversity index of mangrove in Tongkaina is 1.71 which is categorized as medium in term of its diversity, because the value of H 'is greater than 1 and smaller than 3. This value means also that there was enough productivity, ecosystem condition is quite balanced, and moderate ecological pressures. The highest species diversity index was found in Sonneratia alba with an index of 0.37 and the lowest was in the Bruguiera gymnorrhiza species with index of 0.06. Mapping of mangrove species is done by taking coordinate points within quadrant at three research sites. Color degradation with rounded symbols are used to distinguish each species. The aims are designed to be able to easily distinguish between species visually and can be used as one method of mapping study on the diversity of mangroves. This study reveals the known levels of mangrove diversity are moderate. The existence of fishing activities and mooring boat by the local community contribute to mangrove land degradation. Indispensable protection or conservation through knowledge transfer and building awareness to the community, as well as providing an economic alternative for those utilizing mangrove for both household and commercial needs, in order to maintain better conditions are equally important.Keywords: Mapping, Mangrove, Diversity, TongkainaAbstrakPenelitian ini berlokasi di kawasan pesisir pantai Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung keanekaragaman hutan mangrove serta memetakan zonasi pembagian jenis mangrove di tiga stasiun penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer berkaitan dengan kondisi biofisik ekosistem mangrove yaitu, struktur vegetasi dan luasan mangrove di daerah penelitian dan selanjutnya dianalisis. Kemudian data sekunder dikumpulkan dari berbagai kajian literature, dokumentasi dan tulisan-tulisan ilmiah serta peraturan perundang-undangan terkait. Pada hasil yang diperoleh diketahui nilai indeks keanekaragaman mangrove di Tongkaina adalah 1,71 dimana nilai indeks ini tergolong dalam kategori keanekaragaman sedang, karena nilai H’ lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3, yang berarti produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang. Indeks Keanekaragaman spesies tertinggi didapati pada Sonneratia alba dengan nilai indeks 0,37 dan terendah ada pada spesies Bruguiera gymnorrhiza yang memiliki nilai indeks yaitu 0,06. Pemetaan jenis mangrove dilakukan dengan cara pengambilan titik koordinat pada kuadran di tiga stasiun penelitian. Degradasi warna dengan simbol bulat di pakai untuk membedakan tiap spesies. Hal ini bertujuan agar dapat dengan mudah membedakan antar spesies secara visual serta dapat dijadikan salah satu metode kajian untuk memetakan keanekaragaman mangrove. Diketahui tingkat keanekaragaman mangrove tergolong sedang. Adanya kegiatan pertambakan dan tambatan perahu masyarakat membuat lahan mangrove semakin berkurang. Sangat diperlukan adanya perlindungan atau pelestarian melalui pengetahuan dan penyadaran kepada masyarakat, serta memberikan alternatif ekonomi bagi yang memanfaatkan mangrove baik untuk kebutuhan rumah tangga ataupun komersial, demi menjaga perkembangan kondisi yang lebih baik.Kata kunci:      Pemetaan, Mangrove, Keanekaragaman, Tongkaina
MANFAAT LANGSUNG TERUMBU KARANG DI DESA TUMBAK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Sembiring, Ingrid; Wantasen, Adnan Sj; Ngangi, Edwin LA
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.669 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.8.2.2012.409

Abstract

Penangkapan ikan yang destruktif (menggunakan bom dan racun) dan pengambilan karang un­tuk dijadikan fondasi rumah menjadi isu dalam pengelolaan pesisir di Desa Tumbak. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui nilai manfaat langsung terumbu karang sebagai tempat penangkapan ikan oleh masyarakat di Desa Tumbak; (2) Mengetahui nilai manfaat langsung terumbu karang sebagai bahan ba­ngunan oleh masyarakat di Desa Tumbak; (3) Mengetahui total nilai pemanfaatan terumbu karang seba­gai tempat penangkapan ikan dan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat di Desa Tumbak. Nilai man­faat langsung terumbu karang untuk fondasi rumah diperoleh Rp6.177.600 per tahun dan nilai manfaat langsung terumbu karang untuk penangkapan ikan karang Rp4.860.000.000. Total nilai manfaat langsung dari kedua pemanfaatan ini yaitu: Rp4.866.177.600. Total nilai ini belum termasuk pemanfaatan dalam bentuk lain terhadap ekosistem terumbu karang. Pemanfaatan terumbu karang sebagai bahan bangunan terutama disebabkan oleh faktor biaya yang murah dan jarak yang dekat dengan pemukiman. Praktik pe­manfaatan yang tidak berkelanjutan ini menyebabkan degradasi kondisi terumbu karang sehingga tutupan karang hidup berada dalam kategori rusak (sedang). Jika terjadi terus-menerus, hal ini dapat menghilang­kan fungsi ekologis sebagai peredam ombak dan fungsi ekonomis sebagai sumber pangan. Kata kunci: Tumbak; nilai manfaat langsung; terumbu karang; ekosistem   The issues of destructive fishing practices (using of bombs and poisons) and the use of corals as construction building materials have become issues in coastal management in Tumbak Village. The aims of this study are (1) to find out the value of the direct benefits of coral reefs as fishing ground to the com­munities in Tumbak village, (2) to find out the value of the direct benefits of coral reefs as building mate­rials to the communities in Tumbak village; (3) to find out the total value of the use of coral reefs as a fishing ground and as a construction materials for to the communities in Tumbak village. The value of direct benefit of the coral reef for building foundation was Rp 6,177,600 per year and the value of direct benefits for fishing was Rp 4,860,000,000. Total value of direct benefits from both of these uses was Rp 4,866,177,600. Total value did not include the use of other forms of coral reef ecosystems. In conclusi­ons, the use of coral reefs as a building materials were mainly due to the low cost and the proximity to residential areas. Such category unsustainable practice has led to the degradation of coral reefs down to damaged category (medium category). If this happened continuously, the ecological function as wave protectors and economic functions as a source of food could be eliminated. Keywords: Tumbak; direct benefit value; coral reefs; ecosystem.
TRANSFER IPTEK KELOMPOK MASYARAKAT HILIR (DOWNSTREAM) DI KELURAHAN KOMO LUAR MANADO Pelle, Wilmy E; Wantasen, Adnan Sj
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 6, No 2 (2010)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.86 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.6.2.2010.169

Abstract

The district of Komo Luar is one of the downstream areas of River Tondano. Based on some researches, performance of physic-chemical parameters show under of Indonesian Water Quality Guidelines e.g. dissolved oxygen, nitrate, phosphate, and e. colii. Knowledge and Technology Transferring has chosen in order to implement the soft approaches. Some programme has been done for example, training related to water quality and awareness campaign. We expected this programme could be modify the way of thinking of people around the river.
ANALISIS KELAYAKAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TELUK DODINGA KABUPATEN HALMAHERA BARAT Wantasen, Adnan Sj; Tamrin, .
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.8.1.2012.388

Abstract

The study was aimed at knowing the feasibility of the waters of Dodinga Bay for seaweed; Kappaphycus alvarezii culture development.  The study used a survey method covering aquatic physical, chemical and biological parameters.  Result showed that physical, chemical and biological parameters fulfilled the criteria for the seaweed growth. Based on the suitability of the water used in this study, Dodinga Bay waters was categorized as S-2 class or having median suitability criteria, i.e. the water possessed moderate threshold for seaweed culture or had animal effect on the aquatic environmental quality, and could still be utilized for seaweed culture development under several technical prerequisites. Keywords: Kappaphycus alvarezii, seaweed culture development.   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan perairan untuk pengembangan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Pantai Dodinga.  Penelitian ini menggunakan metode survei meliputi parameter fisik, kimia dan biologi perairan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisik, kimia dan biologi memenuhi kriteria untuk pertumbuhan rumput laut.  Berdasarkan kesesuaian air yang digunakan dalam penelitian ini, perairan Teluk Dodinga dikategorikan kelas S-2 atau memiliki kriteria kesesuaian median, yaitu perairan yang memiliki batas moderat untuk budidaya rumput laut atau kurang berpengaruh pada kualitas lingkungan air, dan masih bisa dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya rumput laut di bawah beberapa prasyarat teknis. Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, pengembangan budidaya rumput laut.
Co-Authors . Tamrin Alex D. Kambey Alfret Luasunaung Ali Djamhuri Ali, Fajri Nurul Ari B. Rondonuwu Bataragoa, Nego Bawelle, Eunike Calvyn F. A. Sondak, Calvyn F. A. Cyska Lumenta Datunsolang, Frayogi Dei, Katrin Dowena Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Eddy Mantjoro Edwin D Ngangi Emil Reppie Fajar Vafry Fransine B. Manginsela Gaspar Manu Gybert E Mamuaya Hengky J. Sinjal, Hengky J. Henky Manoppo Henneke Pangkey Hens Onibala Indra R. N. Salindeho Indra Salindeho Ingrid Sembiring Janny D. Kusen Jardie A Andaki, Jardie A Jhonly Solang John L. Tombokan Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Joshian N.W. Schaduw Juliaan Ch. Watung Kepel, Rene Ch. Khristin I. F. Kondoy, Khristin I. F. Kindangen, Rezky G. T. L Kondoy, Khiristin Ivone Fisye Kreckhoff, Reni L. Kusen, Diane J. Lalita, Jans Langi, Edwin O. Lawrence J. L. Lumingas Luasunaung, Alfrets Mamonto, Riswanto Mandagi, Stephanus Mandagi, Stephanus V. Manengkey, Hermanto Manu, Lusia Manurung, Nia Dopa Markus T. Lasut Marsaoly, Rafil Menajang, Febry S. I. Menajang, Febry Susana Ivone Mokolensang, Jeffrie F. Moningka, Ivana Trixie Louisa Moningkey, Ruddy D. Namoua, Dilivia J. Nego E. Bataragoa, Nego E. Nity, Elroi Ockstan J. Kalesaran Pangemanan, Novie P. L. Pangkey, Hanneke Pelle, Wilmy Pelle, Wilmy E. Peter Mangindaan Pitoy, Israel Puasa, Rio N. Rachim, M. Hatta Rauf, Aprianto Rembet, Unstain Rene Charles Kepel, Rene Charles Ridwan Lasabuda Rignolda Djamaluddin Roger R Tabalessy Rondonuwu, Arie B. Rose O. S. E. Mantiri, Rose O. S. E. Salindeho, Indra R. Sambali, Hariyani Sammy N. J. Longdong Sangari, Joudy R. R. Sartje Lantu Silvester B Pratasik Sipriana S. Tumembouw Srinurmahningsi, Sri Stephanus V Mandagi Suria Darwisito, Suria Suzanne L Undap Takou, Putri D. Tamsir, Chika Litawaty Tangkudung, Maureen J. N. N. Tarimakase, Yulianus Tilaar, Ferdinand F. Toar, Debby Tulenan, Maryand M. Tununu, Riky R. Unstain N. W. J. Rembet, Unstain N. W. J. Vivi A Pamikiran Wilhelmina Patty Wilmy E Pelle Winda M. Mingkid, Winda M. Wungkana, Lucky Wungkana, Vike V. Yulianus D Dalengkade Yundari, Yundari