Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

MANAJEMEN USAHA IKAN FUFU DI DESA TAMBALA KAMPUNG BARU KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA Rinaldi, Rian; Jusuf, Nurdin; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 6, No 12 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.6.12.2018.22604

Abstract

AbstractIndonesian fisheries resources regarding food in the fisheries sector have great potential, this is an important factor in supporting national development.This study aims to determine the management of "fufu" fish business in Tambala Kampung Baru Village, Tombariri District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province, namely the system of processing and marketing of "fufu" fish.The research method is descriptive in order to describe the characteristics of a situation. Data retrieval is done by census method, where there are 19 "fufu" fish business owners, then data is collected on all business objects. Primary data was taken through direct interviews using a questionnaire to "fufu" fish business owners and secondary data is the data of viewers in this study."Fufu" fish production in Tambala Kampung Baru Village is adjusted to the acquisition of capital obtained by the business owner, where in 10 respondents it can be seen that the availability of raw materials in the production process varies from 300 kg to 500 kg. Marketing plans have been established after business planning.The economic aspect of the "fufu" fish business can provide good profit. This is because operational costs are relatively low, when compared to other businesses, producer marketing is not difficult, and the average processing process is carried out for 7 days.Keywords: management, "fufu" fish business, tambala village AbstrakSumberdaya perikanan Indonesia menyangkut bahan pangan dalam bidang perikanan memiliki potensi besar, hal ini merupakan faktor penting dalam menunjang pembangunan bangsa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen usaha ikan “fufu” di Desa Tambala Kampung Baru Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara yaitu sistem pengolahan dan pemasaran ikan “fufu”.Metode penelitian bersifat deskriptif dengan tujuan menguraikan sifat-sifat dari suatu keadaan. Pengambilan data dilakukan dengan metode sensus, dimana terdapat 19 pemilik usaha ikan “fufu”, kemudian dilakukan pengambilan data terhadap keseluruhan objek usaha. Data primer diambil melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada pemilik usaha ikan “fufu” dan data sekunder merupakan data-data penujang dalam penelitian ini.Produksi ikan “fufu” di Desa Tambala Kampung Baru disesuaikan dengan perolehan modal yang diperoleh pemilik usaha, dimana dalam 10 responden dapat dilihat ketersedian bahan baku dalam proses produksi bervariasi antara 300 kg sampai dengan 500 kg. Rencanah pemasaran sudah ditetapkan setelah adanya perencanan usaha.Segi ekonomis usaha ikan “fufu” dapat memberikan keutungan yang baik. Hal ini disebabkan biaya oprasionalnya relatif rendah, bila dibandingkan dengan usaha lain, produsen pemasaran tidak sulit, dan proses pengolahan rata-rata dilakukan selama 7 hari.Kata kunci: Manajemen, usaha ikan “fufu”, Desa Tambala
KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASI MORATORIUM PERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG Angel, Lolaro Windy Veronika; Mantjoro, Eddy; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 4, No 7 (2016): (April 2016)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.4.7.2016.13009

Abstract

Abstrak Penelitian tentang keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perlu dilakukan, karena keadaan sosial ekonomi nelayan tersebut menunjukkan bagaimana taraf hidup dari nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, mengetahui taraf hidup nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, dan mengetahui solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut pasca deklarasi moratorium perikanan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil observasi dan wawancara pada penelitian ini, menunjukkan bahwa sesudah deklarasi moratorium perikanan nelayan yang bekerja di Kapal ukuran <30 GT mengalami peningkatan taraf hidup, sedangkan nelayan yang bekerja di Kapal ukuran >30 GT mengalami penurunan taraf hidup. Peningkatan dan penurunan taraf hidup nelayan dapat dilihat dari tingkat pendapatan nelayan, karena semakin besar tingkat pendapatan, maka semakin besar pula tingkat pengeluaran atau pemenuhan kebutuhan dari nelayan. Peningkatan taraf hidup disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran <30 GT tidak termasuk dalam pelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan masih bisa melaut dan pendapatan meningkat. Sedangkan penurunan taraf hidup nelayan disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran >30 GT termasuk dalam pelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan harus berhenti melaut dan mengalami penurunan pendapatan. Solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut sesudah deklarasi moratorium perikanan adalah melakukan diversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan misalnya supir, tukang ojek, tukang bangunan, petani, buruh pabrik, kondektur, dan nelayan kapal kecil. Kata kunci : Nelayan, Moratorium, Taraf hidup   Abstract The social economic research after moratorium declaration are needs to be done, because the social economic fishery determin how the fisherman living standard. This research aims to knows the social economic fisherman after the moratorium declaration, for knowing the standard living of fisherman after moratorium declaration and to knows the solution of fisherman who stopped fishing. This research are be held in Aertembaga Bitung City. The result of observation in this research shows that after declaration of moratorium of fisherman who work on ship with size <30 GT has increased. The increase of living standard caused by fisherman on the vessel size <30 GT are not included in the implementation of the moratorium on fisheries policy. Fisherman solution who stopped fishing after moratorium declaration, they make diversity in their job. For example become a farmer, factory worker, laborier, conductor and become fisherman in small fishing boat. Keyword : Fisherman, Moratorium, Standard of Live
PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP PURSE SEINE DI KOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA Hudjuala, Erlin; Rarung, Lexy K.; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 5, No 9 (2017): (April 2017)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.5.9.2017.16989

Abstract

AbstrakBitung merupakan salah satu kawasan pengembangan perikanan di Provinsi Sulawesi Utara. Lokasi ini memiliki infrastruktur yang mendukung bongkar muat barang dari Kota Bitung dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung.Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Aertembaga Satu Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara dengan tujuan (1) Untuk mengetahui perkembangan Program Pengembangan Perikanan Tangkap Purse seine di daerah penelitian (2) Untuk mengetahui penilaian nelayan terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap Purse seine (3) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pelaksana Program Pengembangan Perikanan Tangkap Purse seine di daerah penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menafsirkan data secara umum sebagai apa yang tersedia di lapangan. Data yang diambil pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian serta wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap nelayan, responden yang dijadikan sampel yaitu nelayan penerima bantuan alat tangkap Purse seine dan Anak Buah Kapal (ABK). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen literature-literatur serta bahan bacaan yang menyangkut langsung dengan perikanan tangkap Purse seine. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis dengan memberikan gambaran serta keterangan dengan menggunakan kalimat penulis secara sistematis dan mudah dimengerti sesuai dengan data yang diperoleh. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data dengan menggunakan perhitungan seperti penjumlahan, persentasi dan rata-rata.Tanggapan dari responden menunjukkan sebagai berikut : 1) sebanyak 80% nelayan pemilik Purse seine yang menjawab setuju dan 50% untuk ABK menjawab setuju dengan Program Dinas Perikanan sangat berperan penting dalam perikanan tangkap; 2) sebanyak 50% nelayan pemilik Purse seine menjawab setuju dan 62,5% untuk ABK yang menjawab setuju dengan adanya pengembangan potensi masyarakat nelayan; 3) sebanyak 60% nelayan pemilik Purse seine menjawab setuju dan 75% untuk ABK yang menjawab setuju dengan adanya alat tangkap untuk meningkatkan hasil tangkapan; 4) sebanyak 70% nelayan pemilik Purse seine menjawab setuju dan 87,5% untuk ABK yang menjawab setuju dengan adanya bantuan perahu motor; 5) sebanyak 70% nelayan pemilik Purse seine menjawab setuju dan 75% untuk ABK yang menjawab setuju dengan pernyataan bahwa nelayan berinteraksi baik dengan Dinas Perikanan; 6) sebanyak 70% nelayan pemilik Purse seine menjawab setuju dan 62,5% untuk ABK yang menjawab setuju dengan adanya sosialisasi dalam pelaksanaan program pengembangan; 7) sebanyak 70% nelayan pemilik Purse seine menjawab kurang setuju dan 62,5% untuk ABK yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa prosedur dalam penyaluran bantuan memberatkan nelayan untuk memperoleh bantuan; 8) sebanyak 80% nelayan pemilik Purse seine menjawab tidak setuju dan 75% untuk ABK yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa sosialisasi yang diberikan tidak membantu masyarakat nelayan; 9) sebanyak 80% nelayan pemilik Purse seine menjawab tidak setuju dan 62,5% untuk ABK yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa pemberian bantuan yang diberikan tepat sasaran; dan 10) sebanyak 70% nelayan pemilik Purse seine menjawab tidak setuju dan 87,5% untuk ABK yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa Program Dinas Perikanan dan Kelautan tidak memberikan keuntungan bagi nelayan.Kata kunci: purse seine, pengembangan, perikanan tangkap, penilaian nelayan
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI DESA TATELI DUA KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA Erakapia, Hendrikus K.; Tambani, Grace O.; Pangemanan, Jeannette F.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 6, No 12 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.6.12.2018.22609

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to reveal and assess the socio-economic conditions of fishing communities in Tateli Dua Village, Mandolang District.The method used in this study is descriptive method, sampling using random sampling technique. There were 20 respondents who worked as fishermen.The social conditions of the fishermen of Tateli Dua Village in terms of education are mostly elementary school education, there are 2 respondent religions, namely Islam and Protestant Christianity, the age of fishermen is in the productive age range of 7 people, most respondents have experienced pain with medical treatment and use traditional medicine family dependents ranged between 2-7 and from housing owned by most (50%) respondents had semi-permanent housing types.The economic conditions of the fishermen in Tateli Dua Village are from business capital, almost all (95%) of respondents use their own capital. Most of the marketing places for the catch are in the market with the highest income of the respondents being Rp. 500,000 - Rp. 1,000,000. The work of respondents other than fishermen partly has a side job as a builder with an income of Rp. 500,000 - Rp. 1,000,000 and the respondent's expenditure ranges from Rp. 500,000 - Rp. 1,000,000.Keywords: socio-economic, fisherman, Tateli Dua Village AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan mengkaji kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Desa Tateli DuaKecamatan Mandolang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.Responden berjumlah 20 orang yang berprofesi sebagai nelayan.Kondisi sosial nelayan Desa Tateli Dua dari segi pendidikan paling banyak berpendidikan SD, terdapat 2 agama responden yaitu Islam dan Kristen Protestan, umur nelayan berada pada kisaran umur produktiv sebanyak 7 orang, sebagian besar responden pernah mengalami sakit dengan tempat berobat ke Puskesmas dan memakai obat tradisional, tanggungan keluarga berkisar antara 2 – 7 dan dari perumahan yang dimiliki sebagian besar (50%) responden memiliki jenis rumah semi permanen.Kondisi ekonomi nelayan Desa Tateli Dua dari modal usaha, hampir seluruh (95%) responden menggunakan modal sendiri.Tempat pemasaran hasil tangkapan sebagian besar di pasar dengan pendapatan responden paling tinggi adalah Rp 500.000 – Rp 1.000.000.Pekerjaan responden selain nelayan sebagian memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang bangunan dengan pendapatan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 dan tingkat pengeluaran responden berkisar antaraRp 500.000 – Rp 1.000.000.Kata kunci: sosial ekonomi, nelayan, Desa Tateli Dua
ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBENIHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI DESA WARUKAPAS KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA Kowarin, Emeritus; Tambani, Grace O.; Rantung, Steelma V.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 2, No 3 (2014): (April 2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.2.3.2014.13379

Abstract

Abstract This study examines the financial analysis carp hatchery operations in the Warukapas village Dimembe District of North Minahasa Regency. Methods of data collection is done by census of the object becomes the object of all farmers cultivating business owners carp hatchery totaling 3 people. Age farmer’s goldfish are 30-45 years old. Based on the results of the study showed that the financial aspects of the cultivation of carp hatchery in the Warukapas village include OP value calculation that was obtained Rp. 188,230,000; Net Profit amounted Rp. 160.946.700 value, the value of profit rate of 143.59% ; 116.367% Profitability, BCR 2,48, BEP Sales Rp. 90,103,368.6; BEP unit Rp. 90103.37, and investment payback period of 0.8593 years, this means carp hatchery operations in the Warukapas village eligible to run. Keywords: financial analysis, goldfish breeding, business eligible Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang analisis finansial usaha pembenihan ikan mas didesa Warukapas Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sensus terhadap obyek yang menjadi tujuan penelitian, yaitu semua petani pemilik usaha bubidaya pembenihan ikan mas yang berjumlah 3 orang. Rata –rata umur pembudidaya ikan mas 30-45 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa aspek finansial pada usaha bubidaya pembenihan ikan mas di desa Warukapas meliputi perhitungan nilai OP yang di peroleh Rp. 188.230.000, nilai Net Profit Rp. 160.946.700, nilai Profit rate 143,585%, Rentabilitas 116,367%, BCR 2,475, BEP Penjualan Rp. 90.103.368,6, BEP satuan Rp. 90.103,3686, serta jangka waktu pengembalian investasi 0.8593 tahun, ini berarti usaha pembenihan ikan mas di desa Warukapas layak untuk di jalankan. Kata Kunci: analisis finansial, pembenihan ikan mas, kelayakan usaha
KEGIATAN ALTERNATIF NELAYAN DI DESA MAKALESUNG KECAMATAN KEMA KABUPATEN MINAHASA UTARA Tairas, Marlon; Rarung, Lexy K.; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 1, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.1.1.2013.13309

Abstract

Abstract Livelihood as fishermen whose livelihood is heavily dependent on weather and sea conditions. In this condition fishermen increasingly difficult to get a satisfactory income. Heaviest burden will be borne by the fishermen households, the wife of coastal fishermen or women. By their husbands because of reduced income or none at all then also the fishermen of coastal women should strive tomoveo ther professions during the waiting time allowed to go to sea. This study aims to look at the general state of fisheries in Mangket Makalisung coastal village and to know and analyze the alternative activities of fishermen in Mangket Makalisung coastal village when they are not able to carry out fishing activities in the sea. Research conducted in the Makalisung village this is a case study in which the phenomenon described in this study apply only to areas where research. In accordance with the alternative title of the research activities chosen by the fishermen in the study area cannot be enacted in other regions. The data was collected in the census, where all the fishermen in the Makalisung village as object for questioning. The data obtained in this study were analyzed with descriptive analysis. This analysis is to develop the ability of researchers to provide discussion relating to the situation found in the field. The type of alternative activities on coastal fishing communities Maengket include motorcycle taxis (those who have motorcycles), masons, collect sea cucumbers and make aboat. Keywords: fishermen, livelihood, alternative activities   Abstrak Mata pencaharian sebagai nelayan adalah mata pencaharian yang sangat bergantung pada cuaca dan kondisi laut. Pada kondisi ini nelayan semakin sulit mendapatkan penghasilan yang memuaskan.Beban paling berat akan ditanggung rumah tangga nelayan, yaitu istri nelayan atau kaum perempuan pesisir. Oleh karena pendapatan suami mereka berkurang ataupun tidak ada sama sekali maka perempuan pesisir juga para nelayan harus berusaha keras untuk beralih profesi lain selama menunggu waktu yang memungkinkan untuk melaut. Penelitian ini bertujuan melihat keadaan umum usaha perikanan di Pantai Mangket Desa Makalisung dan mengetahui serta menganalisis kegiatan alternatif masyarakat nelayan yang ada di pantai Mangket Desa Makalisung pada saat mereka tidak dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Penelitian yang dilakukan di desa Makalisung ini merupakan penelitianstudi kasus dimana fenomena yang digambarkan dalam penelitian ini hanya berlaku untuk wilayah ditempat penelitian.Sesuai dengan judul penelitian ini maka alternatif kegiatan yang dipilih oleh nelayan di wilayah penelitian tidak dapat di berlakukan di wilayah lain. Pengumpulan data dilakukan secara sensus, dimana semua nelayan yang ada di desa Makalisung dijadikan objek untuk dimintai informasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis deskriptif. Analisis ini merupakan suatu analisis dengan mengembangkan kemampuan peneliti dalam memberikan bahasan yang berkaitan dengan situasi yang ditemukan di lapangan. Adapun jenis kegiatan alternatif masyarakat nelayan di pantai Mangket di antaranya adalah tukang ojek (bagi yang memiliki sepeda motor), tukang bangunan, mengumpul teripang dan membuat perahu. Kata Kunci: nelayan, mata pencaharian, kegiatan alternatif
KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PEMBUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI DESA TATELU KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA Wulur, Timmy; Pangemanan, Jeannette F.; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 7, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.7.1.2019.24410

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengkaji keadaan sosial ekonomi pembudidaya ikan mas di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dari masyarakat pembudidaya ikan mas yang ada di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan wawancara langsung, pengisian kuisoner dan juga alat perekam. Hasil penelitian keadaan sosial pembudidaya ikan mas di Desa Tatelu antara lain hampir 50% pembudidaya sudah berpendidikan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) dan mereka dapat mengadopsi teknologi yang diperkenalkan bagi pembudidaya. Keadaan ekonomi pembudidaya ikan mas di Desa Tatelu terdiri dari modal kerja dengan sumber modal sendiri, hanya dua pembudidaya yang menggunakan modal pinjaman dari Bank. Hasil usaha budidaya ikan mas di Desa Tatelu dipasarkan kepada pedagang pengumpul (depot ikan) selanjutnya pedagang pengumpul ini memasarkannya ke konsumen yang dijual secara eceran. Harga jual ikan mas Rp 40.000/Kg dan harga eceran Rp 50.000 – Rp 60.000/Kg. Total pendapatan rata-rata pembudidaya Rp 18.512.000/bulan dengan rata-rata pengeluaran per bulannya Rp. 6.020.000.
NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Tarau, Dieri; Andaki, Jardie A; Tambani, Grace O
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 4, No 7 (2016): (April 2016)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.4.7.2016.12980

Abstract

Abstract Mangrove ecosystem is the main motivator of life in the coastal and marine area. Mangrove not only have ecological function as providers for aquatic biota but also the place for the spawning ground, nursery ground, and many kinds of aquatic biota, retaining abration, wind break, tsunami, absorben of waste etch. The social economic function of mangrove as the fuel producer, industrial basic material, pharmacology, furniture, cosmetic, food, textiles, glue taner, seed fish, shrimp, crustacean, bird eggs honey and also as the tourism object, conservation, education and research. The aim of this research are 1). To indentified the economic benefit of mangrove ecosystem and 2). To calculate the economic valuation of mangrove ecosystem of Bahoi Village North Minahasa Regency. The basic method in this research is the case study, the collected data through interview direct observation, literature review, and the guidance of cost analyze to build beach damn. The retrieval data used purposive sampling. The data are collected as primary and secondary data. Primary data obtained through interview, questioner and observation the activities of society related with utilization of mangrove ecosystem. The primary data are to 1).KPPD Bahoi Management, 2). Marine ecotourism group, 3). The Government of Bahoi Village. The result research shows the mangrove ecosystem consist of direct use value and indirect use value as retaining abration and break wave is Rp.60.127.034.000,- can hold out 20 years and the benefit of mangrove will lost for rehabilitation period is Rp. 137.837.551.000,- / 10 years and income society are lost Rp. 20.862.240.000,- for 10 years and option value of mangrove ecosystem with 28 hectares is Rp.55.322.400,- for 10 years. Total economic value of mangrove ecosystem at Bahoi Village is Rp. 404.920.912.688,-. Keywords: Ecosystem, Mangrove, Resources, Economic Valuation Abstrak Hutan Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia bagi biota perairan yaitu sebagai tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah dan lain sebagainya, fungsi sosial dan ekonomis penting sebagai penghasil bahan bakar, bahan baku industri, obat – obatan, perabot rumah tangga, kosmetik, makanan, tekstil, lem penyamak kulit dan lainnya, penghasil bibit/benih ikan, udang, kerang kepiting, telur burung, madu, dan lainnya sebagai kawasan wisata, konservasi, pendidikan dan penelitian (Dahuri, dkk. 2001) Penelitian ini bertujuan untuk 1).Mengidentifikasi manfaat ekonomi ekosistem hutan mangrove dan 2). Menghitung nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, metode pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini adalah dengan adalah wawancara, observasi langsung dan studi pustaka mengenai rehabilitasi dan sumberdaya hutan mangrove serta pedoman analisis biaya pembangunan Tanggul Pantai dari sumber – sumber yang terkait. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian daftar pertanyaan, dan observasi langsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan hutan mangrove, keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan oleh masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan hutan mangrove Wawancara untuk memperoleh data primer dilakukan pada :1). Pengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa (KPPD) Bahoi, 2). Kelompok Ekowisata Bahari, 3). Hukum Tua Desa Bahoi. Berdasarkan hasil penelitian, nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi, yaitu terdiri dari manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi dan gelombang sebesar Rp.60,127,034,000bisa bertahan lebih dari 20 tahun. dan manfaat hutan mangrove yang akan hilang jika hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi ditebang adalah Rp.137.837.551.600,-/10 tahun untuk masa rehabilitasi, dan pendapatan masyarakat yang akan hilang jika hutan mangrove ditebang adalah Rp.20.862.240.000,-/10 tahun dengan luasan hutan mangrove 28 hektar dan nilai dari manfaat pilihan sebesar Rp.55.322.400,00/10 tahun,sehingga total dari keseluruhan Nilai Ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi tersebut adalah sebesar Rp.404.920.912.688,00. Kata Kunci : Ekosistem,Mangrove, Sumberdaya, Nilai Ekonomi  
ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA UDANG VANAME DI BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BPPP) AERTEMBAGA KOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA Wawoh, Lydia A.; Durand, Swenekhe S.; Tambani, Grace O.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 7, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.7.1.2019.24406

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses budidaya udang vaname dan untuk mengetahui analisis finansial dari usaha budidaya udang vaname di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Stake (2006) mengatakan studi kasus sebagai metode penelitian yang memiliki tujuan penting dalam meneliti dan mengungkap keunikan serta kekhasan karakteristik yang terdapat dalam kasus yang diteliti, dimana kasus tersebut menjadi penyebab mengapa penelitian dilakukan. Proses budidaya udang vaname terdiri dari beberapa tahap yakni penjemuran kolam, pencucian kolam, pemberian kaporit, pemberian probiotik, proses pemeliharaan, pemberian pakan, panen, dan penanganan pasca panen. Harga udang vaname di BPPP Aertembaga yaitu Rp. 75.000 / Kg dengan hasil udang yang di panen sebanyak 800 kg. Total keuntungan dari usaha budidaya udang vaname dalam 1 periode sebesar Rp.120.000.000. Total cost selama 1 periode sebesar Rp. 65.448.000 dan Total keuntungan / Net Profit sebesar Rp. 65.448.000. Sehingga Profit Rate atau tingkat keuntungan yang diperoleh sebesar 83,35% dan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 1,83 dengan jangka waktu pengembalian 1,7 tahun. BEP Penjualan menunjukkan bahwa titik impas dari usaha budidaya udang vaname di BPPP Aertembaga adalah Rp. 17.745.461 dan BEP satuan yang didapat yaitu 236,60 kg. Berdasarkan hasil analisis finansialnya ternyata usaha budidaya udang vaname di BPPP Aertembaga layak untuk dikembangkan.
MANAJEMEN USAHA SOMA PAJEKO DI DESA KUMO KECAMATAN TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA Boloha, Wiwin Brenda; Tambani, Grace O.; Kotambunan, Olvie V.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 3, No 5 (2015): (April 2015)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.3.5.2015.13405

Abstract

Abstract This study researched the business management of purse seine net ini Kumo Village. The study is aimed at knowing the business management of purse seine net which includes working capital, work force, catching operation, marketing of yiedls of catch, and product, sharing system. Based on the study, the capital needed is in the amount of 396.250.000. While the manpower needed are 18-20 persons, the catching operation is conducted sat nigt, the marketing system in the from fisherman, fish anction market (TPI), middlemen, consumers, but some of the catch (fish) are sold to trading middleman who buys directly from fisherman at fishing ground, and then sold to consumers. The product. Sharing system is 50% for the owner and 50% for the working fisherman. Key Words: Business management, purse seine net, Kumo Village Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang manajemen usaha soma pajeko di Desa Kumo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen usaha soma pajeko yang mencakup modal usaha, tenaga kerja, operasi penangkapan, pemasaran hasil tangkapan, sistem bagi hasil. Berdasarkan hasil penelitian, modal yang dibutuhkan sebesar Rp. 396.250.000. Tenaga kerja yang butuhkan 18-20 orang, operasi penangkapan dilakukan pada malam hari, sistem pemasaran dari nelayan, TPI, pedagang perantara, konsumen, tetapi ada juga yang dijual pada pedagang perantara (petibo) yang langsung menemui nelayan di daerah penangkapan kemudian dijual ke konsumen. Sistem bagi hasil 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan pekerja. Kata kunci: Manajemen Usaha, Soma Pajeko, Desa Kumo