Chaliluddin Marwan
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Studi Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus Sp) Dengan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo Resi N. Sari; Edy Miswar; Chaliluddin Marwan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.194 KB)

Abstract

The production of Decapterus fish catches (Decapterus sp) in Samudera fishing port (PPS) Lampulo which is largely undergone by the Purse Seine fleet, leads to the need for sustainable and effective fishery resources utilization. Therefore, it requires information on CPUE (Catch Per unit Effort) tren and the Decapterus sp fishing season in the land of PPS Lampulo. This research was conducted in February to March 2017 which was located in Lampulo fishing port. The data were obtained by using two methods: primary data (Catching trip, catching season, operational catching distance). Secondary data (the series of fish catching  production time in 2011 to 2016), Furthermore data from  the istitution associated with the material research and of the publication of research ever in doing, the analysis is undergone with CPUE method by comparing the catches gathered with the catching effort and then by using seasonal catching analysis carried out by time series analysis (moving averagely) from 2011 to 2016. The results obtained show that the CPUE trend of the high this Decapterus sp fish in 2015 932,51 kg/trip, trend the low in 2011 440,32 kg/trip, faced decreasing fluctuation caused by the difference in fish catches and catching efforts, if the effort is greater, the value of fluctuations will decrease. The peak of catching fish season occurred in July (211.59), August (132.24), September (227.53), October (243.47), November (186.84), and December (167.17) and the season of the least fish catching occurred in February (3.49), March (3.97), April (3.65), and May (3.79).       Produksi hasil tangkapan ikan layang (Decapterus sp) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo sebagian besar didaratkan oleh armada tangkap purse seine. Mendorong perlunya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dan efektif, maka perlunya informasi mengenai tren CPUE dan Indek Musim Penangkapan ikan layang yang di daratkan di PPS Lampulo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2017, berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo. Data penelitian diperoleh dengan dua cara yaitu data primer meliputi (Trip penangkapan, Jarak pengoperasian dan Musim Penangkapan) dan data sekunder (Data time series hasil tangkapan ikan layang dan data trip  kapal Purse seine tahun 2011 sampai 2016 serta Jurnal, literatur terkait dengan penelitian). Analisis yang digunakan menggunakan analisi CPUE dengan membandingkan hasil tangkapan terhadap upaya penangkapan dan Analisis Musim Penangkapan dilakukan dengan analisis rata-rata bergerak (moving average) dari data time series ikan layang tahun 2011 -2016. Hasil penelitian yang diperoleh CPUE tertinggi ikan layang (Decapterus sp) terjadi pada tahun 2015 sebesar 932,51 kg/trip, CPUE terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 440,32 kg/trip. Rata-rata tren CPUE ikan layang tahun 2011-2016 mengalami fluktuatif semakin meningkat karena rata-rata upaya trip tahun 2011-2016 mengalami penurunan. Musim Puncak penangkapan ikan layang (Decapterus sp) dengan kriteria diatas 100% terjadi pada bulan Juli (211,59), Agustus (132,24), September (227,53) ,Oktober (243,47), November (186,84), Desember (167,17) dan musim paceklik penangkapan dengan kriteria dibawah 50% terjadi pada bulan Februari (3,490), Maret (3,97), April (3,65), Mei (3,79). 
Analisis Faktor-Faktor Produksi Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo Sarwita Sarwita; Chaliluddin Marwan; Muklis Muklis
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.743 KB)

Abstract

ABSTRACT       The fishing port of lampulo  located in waters north of Aceh, the dominant fishing gear used by fisherman is purse seine for catching pelagic in the schooling fish.This time the used fishing gear of purse seine is very rapidly while the factors of production not know yets, then it needs to make research about the effect of production factor through the catch of fisherman purse seine. The aims of this research is to know factors of influence through the catch result by using nine independent variables vessel  size (X1), engine power (X2), length of the net (X3), wide net (X4), total of crew (X5), total of fuel oil (X6), total of ice (X7), total of lamp (X8), long operation (X9) and dependent variable that is the result of catcth (Y) with multiple linear regression analysis using MINITAB application. This research also by analyzing NPV, IRR, NET B/C. The result of research show that factor of production which influence through the catch result of purse seine in The fishing port of lampulo ocean  such ship size (0,005), lengt of the net (0,000), total of fuel oil (0,003) and long operation (0,020). The analysis result from feseability ship size 16 GT as much NPV Rp. 1.368.011.860, IRR 51,72%, Net B/C 1,08. The ship size 21 GT as much NPV Rp. 2.040.778.550, IRR 63,53, Net B/C 1,06. The ship size 31 GT at as much NPV Rp. 2.621.737.643, IRR 72,57,  Net B/C 1.06. The ship size 60 GT as much Rp. 3.193.257.840 IRR 79,98, Net B/C 1.06. The ship size 120 GT as much NPV Rp. 4.514.707.485 IRR 89,24 and Net B/C 1.05. The ship size 16 GT, 21 GT, 31 GT, 60 GT and 120 GT is worth to continue (Go).Keywords: Purse seine, factors of production, appropriateness of business, Lampulo, BandaAceh.ABSTRAK       Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo terletak di Perairan Utara Aceh, alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan adalah purse seine. Purse seine adalah alat tangkap digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang berbentuk gerombolan, selama ini penggunaan alat tangkap purse seine  sangat pesat sementara fungsi produksi yang menentukan keberhasilan belum diketahui, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor produksi terhadap hasil tangkapan nelayan purse seine yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan tersebut dengan menggunakan sembilan variabel bebas yaitu ukuran kapal (X1), daya mesin (X2), panjang jaring (X3), lebar jaring (X4), jumlah ABK (X5), jumlah BBM (X6), jumlah Es (X7), jumlah lampu (X8), lama pengoperasian (X9) dan variabel terikat yaitu hasil tangkapan (Y) dengan analisis regresi linear berganda menggunakan aplikasi MINITAB. Penelitian ini juga menganalisis NPV (net present value), IRR (internal rate of return), Net B/C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan purse seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo yaitu ukuran kapal (0,005), panjang jaring (0,000), jumlah BBM (0,003) dan lama pengoperasian (0,020). Hasil analisis dari kelayakan usaha yang berukuran 16 GT di dapatkan NPV Rp1,368,011,  IRR 51,72% dan Net B/C 1,08. Kapal berukuran 21 GT di dapatkan NPV Rp 2,040,778,550, IRR63,53 dan Net B/C 1,06. Kapal yang berukuran 31 GT di dapatkan NPV Rp 2,621,737,648, IRR 72,57 dan Net B/C 1,06. Kapal yang berukuran 60 GT di dapatkan NPV Rp 3,193,257,842 IRR 79,98 dan Net B/C1,06. Kemudian kapal berukuran 120 GT di dapatkan NPV Rp 4,514,707,485 IRR 89,24 dan Net B/C1,05.   Kapal yang berukuran 16 GT, 21 GT, 31 GT, 60 GT dan 120 GT layak untuk dilanjutkan (Go).Kata kunci: Purse seine,faktor produksi, kelayakan usaha, Lampulo, Banda Aceh.
Kajian Kebutuhan Fasilitas Fungsional (Pabrik Es) Terkait Kelancaran Aktivitas Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sawang Ba’u Aceh Selatan Misjar Misjar; Edy Miswar; Chaliluddin Marwan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.549 KB)

Abstract

Fishing port is a special port that is designated as an activity area of fishery economic activities, which is equipped with various facilities. One of the various facilities is an ice factory. Itis one of the functional facilities that must exist in every fishing port. Ice is one of the ingredients to preserve fish, the fish must be processed directly so that the quality is maintained. Once the fish is landed it also needs processing or packing in order to distribute to other areas. The aim of this study is to know the ice requirement for the supply of fishing operations, to determine the feasibility of the development of the factory at TPI Sawang Ba’u. This study was conducted at PPI Sawang Ba’u on March 21st – April 19th 2017.The result of the research concludes that the existing of ice factory is not able to fulfill the needs of the catched fishand the process of fish in TPI Sawang Ba'u, the ice needed are 286 sticks per day. Meanwhile, the existing factory is only able to produce 140 sticks per day. Hence, it is necessary to develop or build new ice factory. To build new ice factory, it needs large amount of investment so that the analysis of feasibility should be analized to know the profit and loss of factory. The result of feasibility analysis is NPV 153.725.693 IRR 28,72% B / C Ratio 1,52. Therefore, it can be concluded that the bulding and development of ice factory is proper to be done.Keywords; ice factory, the need of ice, feasibility  Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan khusus yang diperuntukkan sebagai kawasan kegiatan aktivitas perikanan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas,  salah satu dari berbagai fasiltas tersebut adalah pabrik es.  Pabrik es merupakan salah satu fasilitas fungsional yang harus ada di setiap pelabuhan perikanan. Es merupakan salah satu bahan untuk mengawetkan ikan, es diperlukan untuk penanganan pasca penangkapan ikan di laut, hasil tangkapan harus dilakukan penanganan langsung agar kualitasnya tetap terjaga. Setelah ikan didaratkan juga perlu dilakukan penanganan atau pengepakan untuk mendistribusikan ikan ke luar daerah. Tujuan penelian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan es untuk perbekalan operasi panangkapan ikan, dan mengetahui kelayakan usaha pengembangan pabrik es di PPI Sawang Ba’u. Penelitian ini dilakukan di PPI Sawang Ba’u pada 21 Maret - 19 April 2017. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pabrik es yang ada sekarang tidak mampu memenuhi kebutuhan es untuk operasi penangkapan ikan dan penangan hasil tangkapan di tempat pelelangan ikan (TPI), jumlah kebutuhan es per hari 386 batang, sedangkan pabrik es hanya mampu memproduksi 140 batang es setiap hari. Maka perlu dilakukan pengembangan atau pembuatan pabrik es yang baru.Untuk membuat sebuah pabrik es memerlukan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui untung atau rugi usaha tersebut. Hasil analisis kelayakan usaha yang didapatkan adalah NPV 153.725.693, IRR 28,72%, B/C Ratio 1.52. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa usaha pembangunan atau pengembangan pabrik es  layak untuk dilakukan.Kata kunci: Pabrik es, kebutuhan es, kelayakan usaha
Studi Peranan Pangkalan PSDKP Lampulo Terhadap Upaya Pengawasan dan Pencegahan Illegal Fishingdi Perairan Aceh Cut R. Maulida; Chaliluddin Marwan; Yustom Yustom
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.785 KB)

Abstract

The waters of Aceh borders the Straits of Malacca and the Indian Ocean and have a cluster of large and small islands of about 180 islands make the territorial waters of Aceh as one of the areas that have great potential in the marine and fisheries sector. This makes it possible to illegal fishing practices and threatens the conservation of marine biological resources in Aceh waters. Supervision and prevention Illegal fishing in Aceh waters is done by the Supervision of Marine and Fisheries Resources (PSDKP) Lampulo, which has the role of one is to oversee and prevent the occurrence of Illegal fishing. The purpose of this research is to know the role of PSDKP Base in supervision and prevention of Illegal fishing, Pokmaswas role in supporting the activity of PSDKP Base Lampulo and to know public perception about the role of PSDKP Lampulo base to supervise in Aceh waters. Data collection was done by observation, interview and documentation. The analysis is done qualitatively, then the data is described descriptively. The results showed that Lampulo PSDKP Base has role as Operational Implementation Supervision of marine and fishery resource utilization, implementation of guidance to community group of supervisor (POKMASWAS) Lampulo PSDKP base effort in Operational Implementation Supervision of marine and fishery resource utilization is by installing VMS (Vessel Monitoring System ) Issuance of Operation Letters (SLO), the implementation of patrols of fishing vessels, and verification of fishing vessels. The role of POKMASWAS in supporting the activities of PSDKP base on the supervision and prevention of illegal fishing is to play an active role in the community to monitor all prohibited activities such as catching fish using dangerous fishing gear, fish bombing, use of chemicals that are harmful to aquatic ecosystems, Protected fish, marine pollution such as garbage and sewage, marine and fisheries research conducted on coral reefs that if these activities could damage and endanger the coral reef ecosystem. Public perceptions related to the role of PSDKP Lampulo base on supervision and prevention illegal fishing showed 48.89% of fisherman community stated that the supervision made by PSDKP base has been good in preventing and supervising Illegal fishing. As many as 86.67% of fishermen claim the existence of local POKMASWAS has contributed to the implementation of the task of prevention and supervision illegal fishing.       Perairan Aceh berbatasan dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia serta memiliki gugusan pulau besar dan kecil sebanyak sekitar 180 pulau menjadikan wilayah Perairan Aceh sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi besar disektor kelautan dan perikanan. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya praktik penangkapan ikan secara tidak sah (Illegal fishing) dan mengancam kelestarian sumberdaya hayati lautdi Perairan Aceh. Pengawasan dan pencegahan Illegal fishing di Perairan Aceh dilakukan oleh Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Lampulo, yang memilki peran salah satunya adalah mengawasi dan mencegah terjadinya Illegal fishing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Pangkalan PSDKP dalam pengawasan dan pencegahan Illegal fishing, peran Pokmaswas dalam mendukung kegiatan Pangkalan PSDKP Lampulo dan mengetahui persepsi masyarakat tentang peranan Pangkalan PSDKP Lampulo terhadap pengawasan di Perairan Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara kualitatif, selanjutnya data tersebut diuraikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pangkalan PSDKP Lampulo mempunyai peranan sebagai Pelaksanaan Operasional Pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, pelaksanaan bimbingan kepada kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) Upaya pangkalan PSDKP Lampulo dalam Pelaksanaan Operasional Pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan adalah dengan melakukan pemasangan VMS (Vessel Monitoring System) penerbitan Surat Laik Operasi (SLO), pelaksanaan patroli kapal perikanan, dan melakukan verifikasi kapal penangkap ikan. Peranan POKMASWAS dalam mendukung kegiatan Pangkalan PSDKP terhadap pengawasan dan pencegahan Illegal fishing adalah ikut berperan aktif dalam masyarakat untuk memantau segala aktivitas yang dilarang seperti melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang berbahaya, pengeboman ikan, pengunaan zat kimia yang berbahaya bagi ekosistem perairan, penangkapan terhadap ikan yang dilindungi, pencemaran laut seperti sampah dan limbah, penelitian kelautan dan perikanan yang dilakukan dikawasan terumbu karang yang apabila kegiatan tersebut bisa merusak dan membahayakan ekosistem terumbu karang.Persepsi masyarakat terkait peran Pangkalan PSDKP Lampulo terhadap pengawasan dan pencegahan Illegal fishing menunjukkan 66.67% masyarakat nelayan menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan Pangkalan PSDKP sudah baik dalam hal pencegahan dan pengawasan Illegal fishing. Sebanyak 86.67% nelayan menyatakan keberadaan  POKMASWAS setempat sudah memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan tugas pencegahan dan pengawasan Illegal fishing.
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Dengan Jaring Insang (Gillnet) di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil Yuli Yarni; Edy Miswar; Chaliluddin Marwan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.194 KB)

Abstract

Gillnet is a rectangular fish catching tool with the same mesh size and is the most widely used equipment in Singkil. This study aims to determine the enterprise feasibility of gillnet used by fishermen in Singkil sub-district of Aceh Singkil. This research was conducted in February 2017 and the data was collected using census or total cover by means of questionnaire technique. The method of analysis employed is the method of business financial feasibility analysis that is NPV, IRR, and Net B/C ratio. From the financial analysis studied for this enterprising business of gillnet in Singkil Sub-district, the result was obtained with the NPV of Rp. 15.386.36, - and IRR of 42.28% with B/C ratio of 1.85. The result of this study indicates that the business of gillnet in Singkil sub-district of Aceh Singkil Regency is feasibly worthy to be continued.Jaring insang adalah alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama dan merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan di Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha dari alat tangkap jaring insang yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017. Pengambilan data menggunakan sensus atau sampel total dengan cara melakukan teknik kuisioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kelayakan finansial usaha yaitu NPV, IRR, dan  Net B/C ratio. Dari analisis finansial yang diteliti untuk usaha perikanan tangkap jaring insang  Kecamatan Singkil  diperoleh hasil sebagai berikut NPV dengan nilai Rp.15,386,346-, IRR 42,28% dengan nilai B/C 1,85. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha perikanan tangkap jaring insang di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil dikatakan layak dilanjutkan.
Pengaruh Waktu Lingkar Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Sawang Ba’u, Aceh Selatan Muhammad Yanis; Chaliluddin Marwan; Edy Miswar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.162 KB)

Abstract

Fish Landing Base (PPI) in Sawang Ba'u Aceh Selatan is one of the fishery ports in South Aceh district. Fishing Landing Base (PPI) Sawang Ba'u was built in 2002 with community self-help and toke-toke local vessels. The influence of ship's time circling hordes of fish in fishing operations is not yet known for certain, on the basis of which this research needs to do to find out how much influence time of the circle to the catch. The purpose of this research is to know the effect of ring ring purse seine time (purse seine) to the catch. This research was conducted for one month from 19 August until 19 september 2017 located in Sawang Ba'u Aceh Selatan the number of samples used in this study as many as three ships with purse seine a size of 800 meters x 35 meters fishing gear, the results of the analysis of the time relationship of the circle to the catch obtained the value of multiple R of 0.88 which means the relationship between the time of the circle with the catch quite closely, so it can be taken the conclusion that the faster the circle the more the catch. The most caught fish species at the time of the study were skipjack (Katsuwonus pelamis) as much as 9336 kg, then tuna fish (Euthynnus affinis) as much as 6700kg,dencis fish (fresh sardines) of 1994 kg and sunglir fish(selaroides leptolepis) of 795 kg. Keywords: vessels (purse seine), circular influences, catchesPangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di Sawang Ba’u Aceh Selatan merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Pangkalan Pendaratan Ikan(PPI) Sawang Ba’u dibangun pada tahun 2002 dengan swadaya masyarakat dan toke-toke kapal setempat.Pengaruh waktu kapal melingkari gerombolan ikan dalam operasi penangkapan belum diketahui secara pasti, atas dasar ini perlu melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruhwaktu lingkar terhadap hasil tangkapan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu lingkar alat tangkap pukat cincin (purse seine) terhadap hasil tangkapan, penelitian ini dilakukan selama satu bulan dari tanggal 19 Agustus sampai dengan tanggal 19 september 2017 bertempat di perairan Sawang Ba’u Aceh Selatan. Jumlah (dimensi) sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak tiga kapal dengan ukuran alat tangkap pukat cincin (purse seine) 800 meter x 35 meter (p x l). Hasil analisis hubungan waktu lingkar terhadap hasil tangkapan diperoleh nilai Multiple R sebesar 0,88 yang berarti hubungan antara waktu lingkar  dengan hasil tangkapan cukup erat, sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa semakin cepat melingkar maka semakin banyak hasil tangkapan. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 9336 kg, ikan tongkol (Euthynnus affinis) sebanyak 6700 kg, ikan dencis (fresh sardines) sebanyak 1994 kg dan ikan sunglir (Selaroides leptolepis) sebanyak 795 kg.Kata kunci: kapal pukat cincin (purse seine), pengaruh melingkar, hasil tangkapan 
Hubungan Partisipasi Nelayan dan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Tuan, Aceh Besar Zilvi A. Rahmi; Chaliluddin Marwan; Edy Miswar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.976 KB)

Abstract

The district of Aceh Besar has 23 districts and 8 of them are in the coast. Peukan Bada district is a coastal area where the majority of people are fishermen. In Peukan Bada there are 211 fishermen’s who do fishing in Tuan Island waters conservation area. Marine Waters Conservation Area Tuan has been defined as a Water Conservation Area by Decree of the Regent of Aceh Besar Number 190 of 2011 on the Establishment of Regional Water Conservation Area of Aceh Besar Regency of Aceh Province. In this research, to conduct a study on the relationship of  fishermen participation and stakeholder role as a tool and reference in conducting activities of utilization in a water. The purpose of this research is to know the participation of fishermen and pemangku kepentingan role in the management of Tuan Island Watershed Conservation Area, and to know the relationship of fishermen participation and stakeholder role in the management of Tuan Island Watershed Conservation Area. The data used in this research include primary data and secondary data. The analytical method that used to find out the relationship of both using correlation formula. The results showed that the active participation of fishermen 81.94% and the role of are stakeholder were 77.78%. It can be concluded that the most of the fishermen in the category of active participation. Correlation value indicates there is relationship between two variables with value r = 0.839 and the relationship between fisherman participation and stakeholder role is very strong.       Kabupaten Aceh Besar mempunyai 23 Kecamatan dan 8 diantaranya berada di pesisir. Kecamatan Peukan Bada merupakan kawasan pesisir yang masyarakatnya sebahagian besar merupakan nelayan. Nelayan Peukan Bada berjumlah 211 nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan. Kawasan Konservasi Perairan daerah Pulau Tuan Telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan daerah dengan SK Bupati Aceh Besar  Nomor 190 tahun 2011 tentang Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan daerah Daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Pada penelitian ini, perlu dilakukan sebuah kajian mengenai hubungan partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan sebagai alat dan acuan dalam melakukan kegiatan pemanfaatan di sebuah perairan daerah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan, serta mengetahui hubungan partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan keduanya menggunakan rumus korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel partisipasi nelayan sangat tinggi sebesar 81,94% dan variabel peran pemangku kepentingan sangat tinggi sebesar 77,78%. Nilai korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara kedua variabel dengan nilai r = 0,839 dan hubungan antara partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan tinggi. 
Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil Nelci Sylvia; Chaliluddin Marwan; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.194 KB)

Abstract

Jaring insang merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknologi penangkapan ikan dan komposisi hasil tangkapan, keanekaragaman, dominansi serta ukuran hasil tangkapan alat tangkap jaring insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil.Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi hasil tangkapan yang diperoleh. Jaring insang yang digunakan nelayan berukuran 20 set atau 1000 m dengan lebar 7 dan 14 m yang terbuat dari bahan PA multifilament mesh size 5 inci. Nelayan jaring insangKuala Baru Kabupaten Aceh Singkil tidak menggunakan alat bantu penangkapan. Komposisi hasil tangkapan jaring insang di dominansi oleh ikan tenggiri (Scombiromorus sp 54,80%) sebagai hasil tangkapan utama, dan hasil tangkapan sampingan berupa ikan parang – parang (Chirocentrus sp. 11,02%)  dan hiu (Charcharias sp 34,16%).Selama penelitian diperoleh indeks keanekaragamanjaring insang adalah 1,01, yang berarti keanekaragaman relatif sedang. Indeks dominansi0,39, yang berarti relatif rendah. Ukuran hasil tangkapan pancing selama penelitian sangat bervariasi.       Gill ne tare included as fishing gears which are extensively utilized by fisherman in Kuala Baru of Aceh Singkil Regency. The objective of this research is to know the fishing technology and the composition of catches, the diversity, dominance, and catch size of fishing line and gillnet in Kuala Baru of Aceh Singkil regency. The analysis is conducted descriptively in the form of tables and the distribution graph of the catch frequency obtained. Gillnets used by the fishermen are about 20 sets or 1000 m wide with a width of 7 and 14 m made of 5-inched PA multifilament mesh size material. Those Fishermen who use gillnets and fishing line in Kuala Baru of Aceh Singkil regency do not use any fishing aids. The dominance catches of gillnet are mackerel fish (Scombiromorus sp, 54.80%) as main catch, and by-catches is Herring fish (Chirocentrus sp 11.02%) and shark (Charcharias sp 34.16%).During the research, the index of diversity of gillnet were1.01, which means that the diversity is relatively moderate. The dominance index of gillnets is 0.39, which means relatively low. The size of catches from fishing line and gill nets during this study varied considerably.