Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN INFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA ANGGOTA RUMAH TANGGA PASIEN TB PARU (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar) Marissa, Nelly; Nur, Abidah
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 2 Jun (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.934 KB)

Abstract

AbstrakPenularan tuberkulosis paru melalui droplet nuclei merupakan ancaman kesehatan bagi orang-orang yang berada disekitarnya. Adanya penderita TB paru BTA (+) dalam satu keluarga merupakan sumber penularan bagi anggota keluarga lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anggota rumah tangga pasien TB paru (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar). Metode penelitian studi potong lintang dengan total sampling. Sampel berjumlah 31 orang, terdiri dari 12 orang pasien TB paru diambil dari catatan medis periode Juli 2011 sampai Juni 2012, dan 19 orang anggota rumah tangga pasien TB paru. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien TB paru berupa status demografi, lama didiagnosa, pengawas minum obat, keteraturan minum obat, tidur sekamar dengan orang lain, tutup mulut jika batuk atau bersin, dan buang dahak di tempat terbuka. Dilakukan juga wawancara terhadap anggota keluarga untuk mengetahui status demografi, jumlah anggota rumah tangga, riwayat imunisasi BCG dan gejala TB Paru yang dialami. Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux. Hasil penelitian didapatkan bahwa pasien sebagian besar adalah laki-laki pada usia produktif, didiagnosa TB paru kurang dari 6 bulan sebelum penelitian, memiliki PMO, teratur minum obat, tidur sekamar dengan anggota rumah tangga lainnya, tidak tutup mulut jika batuk atau bersin, dan buang dahak tidak di tempat terbuka. Semua anggota rumah tangga yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis memiliki anggota rumah tangga yang banyak. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berada pada usia produktif, merupakan anggota keluarga inti, memiliki riwayat imunisasi BCG dan tidak memiliki gejala TB Paru. Penularan penyakit TB paru lewat udara, sehingga perlu pendidikan kesehatan untuk penderita TB paru agar tidak menulari ART lainnya.Kata Kunci : kontak serumah, pasien TB paru, penularanAbstractPulmonary tuberculosis transmission via droplet nuclei is a health threat to people who are nearby. The existence of patients with pulmonary TB smear (+) in the family is a source of transmission to other family members. This study was aimed to overview the infection of Mycobacterium tuberculosis in household members of the patient at Puskesmas Darul Imarah, Aceh Besar. Cross sectional study used total sampling with 31 peoples, consisting of 12 pulmonary TB patients were taken from the medical records from July 2011 to June 2012, and 19 household members of pulmonary tuberculosis patients. Interviews were done to determine the demographic characteristics of the patients in the form of status, length of diagnosis, medication oversight, adherence to medication, sharing a room with others, cover their mouth when coughing or sneezing, and dispose of sputum in the open area. Also conducted interviews with family members to determine the demographic status, history of BCG immunization and experienced symptoms of pulmonary TB. Tuberculin test used Mantoux. Most of the pulmonary TB patients were men of reproductive age, was diagnosed with pulmonary TB less than 6 months before the study, had a PMO, take medication regularly, sharing a room with others, do not cover their mouth when coughing or sneezing, and did not dispose the sputum in the open area. All household members who infected with Mycobacterium tuberculosis have a large household. Most of the respondents were women in the productive age, an immediate family member, has a history of BCG immunization and do not have symptoms of pulmonary TB.Pulmonary Tb is an infectious air borne disease, health education necessary for TB patients to protect another household.Keywords : household contacts, tuberculosis, transmission
Indeks Glikemik Penganan Khas Aceh (Dodoi, Meuseukat, dan Asoe Kaya) Nur, Abidah; Marissa, Nelly; Wilya, Veny
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 28, No 1 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v28i1.7596.39-44

Abstract

Sugar is a carbohydrate disaccharide type of sucrose that is hydrolyzed into fructose and glucose.The intake of glucose from food is directly proportional to the increase in glucose in the blood. Dodoi,meuseukat, and asoe kaya are typical Aceh snacks containing high sugar. This study aimed to assess the glycemic index of typical Aceh foods (dodoi, meuseukat, and asoe kaya). The research was conductedin May-June 2014 at Puskesmas Kopelma Darussalam. Respondents consisted of 4 healthy men and 4 women aged 17-20 years who were not sick (diabetes mellitus and hypertension). Each respondent was given 50 grams of dodoi, meuseukat, and asoe kaya, then checked blood glucose levels at 0, 15, 30,45, 60, 90, and 120 minutes after food consumption. The value of food glycemic index was calculatedby the ratio of food curve to the standard curve area. The results showed that the highest increase in blood glucose levels at 30 minutes for all food tested. Meuseukat has the highest elevated blood glucose (108.42 mg / dl). The glycemic index values of dodoi meuseukat, and asoe kaya were 40.67,77.74, and 30.60, respectively. Dodoi and asoe kaya have low glycemic index and the meuseukat has high glycemic index. The labeling of glycemic index values on food packaging is very beneficial for the community, especially prediabetes and diabetics. AbstrakGula merupakan karbohidrat disakarida jenis sukrosa yang dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa. Asupan glukosa dari makanan berbanding lurus dengan peningkatan glukosa dalam darah. Dodoi,meuseukat, dan asoe kaya merupakan penganan khas Aceh yang mengandung gula tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai indeks glikemik makanan khas Aceh (dodoi, meuseukat, dan asoe kaya). Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 di Puskesmas Kopelma Darussalam. Responden terdiri dari 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan umur 17-20 tahun berbadan sehat dan tidak dalam keadaan sakit (diabetes melitus dan hipertensi). Setiap responden diberikan 50 gram dodoi, meuseukat,dan asoe kaya, kemudian diperiksa kadar glukosa darah pada 0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit setelah konsumsi makanan. Nilai indeks glikemik makanan dihitung dengan perbandingan luas kurva makanan terhadap luas kurva standar. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kadar glukosa darah tertinggi pada menit ke-30 untuk semua makanan yang di uji. Meuseukat memiliki peningkatan kadar glukosa darah tertinggi (108,42 mg/dl). Nilai indeks glikemik dodoi, meuseukat, dan asoe kaya masing-masing 40,67, 77,74, dan 30,60. Dodoi dan asoe kaya memiliki indeks glikemik rendah dan meuseukat memiliki indeks glikemik tinggi. Pelabelan nilai indeks glikemik pada kemasan makanan sangat bermanfaat bagi masyakarat, terutama prediabetes dan penderita diabetes.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-19 DI KOTA BANDA ACEH Faisal, Debri Rizki; Marissa, Nelly; Ramadhan, Nur; Nur, Abidah; Ichwansyah, Fahmi; Fitria, Eka; Ramadhan, Raisuli; Suryati, Tati; Putra, Onetusfifsi
Majalah Kesehatan Vol. 9 No. 4 (2022): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.009.04.4

Abstract

Banyak hoaks yang beredar di masyarakat tentang Covid-19 membentuk persepsi yang salah sehingga menyebabkan rendahnya penerimaan masyarakat terhadap vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di Kota Banda Aceh. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pengumpulan data secara online menggunakan Google form dengan responden berusia ≥18 tahun yang berdomisili di Kota Banda Aceh. Analisis data dengan uji Chi square dengan 95% confident interval. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang berpartisipasi sebanyak 258 orang dengan status belum divaksin sebanyak 14,34%. Distribusi skor persepsi manfaat pada responden yang vaksin lebih baik dibandingkan dengan responden yang tidak vaksin. Persepsi masyarakat yang rendah terhadap manfaat vaksin berhubungan secara signifikan terhadap penolakan vaksin (p value ≤ 0,05). Risiko untuk tidak vaksin pada responden yang berpersepsi: vaksin tidak melindungi infeksi Covid-19 (PR = 3,51, 95% CI = 1,74-7,06); vaksin tidak mengurangi keparahan akibat Covid-19 (PR = 6,57, 95% CI = 3,00-14,36); dan program vaksin bukan untuk membentuk herd immunity (PR = 6,71, 95% CI = 2,76-16,30). Berdasarkan dorongan untuk vaksin yaitu  informasi yang tidak memadai (PR = 7,96, 95% CI = 2,93-21,63); dan vaksin belum dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) (PR =  4,77, 95% CI = 2,01-11,31) berhubungan dengan status tidak vaksin responden. Persepsi masyarakat akan manfaat Covid-19 menjadi faktor utama yang melandasi masyarakat bersedia untuk divaksin Covid-19. Peran pemerintah dan stakeholder dalam melakukan sosialisasi dan edukasi tentang vaksin kepada masyarakat adalah kunci untuk memberikan pengetahuan yang benar dan menangkal informasi hoaks sehingga meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap vaksin.  
Hubungan Pola Konsumsi Minuman Manis Terhadap Prediktor Sindrom Metabolik Suardi, Amila Konatri; Rizal, Fakhrul; Marissa, Nelly
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 3 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i3.615

Abstract

Sugar-Sweetened Beverage (SSB) didefinisikan sebagai minuman yang mengandung gula, seperti soda, jus buah, minuman berenergi, dan lainnya. Menurut WHO, meningkatnya konsumsi minuman manis atau Sugar-Sweetned Beverage (SSB) berkontribusi terhadap kenaikan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) salah satunya adalah Sindrom Metabolik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi minuman manis dengan parameter Sindrom Metabolik yaitu lingkar perut, kadar kolesterol, dan tekanan darah pada Mahasiswa/I Prodi Akutansi Universitas Abulyatama. Penelitian ini dilakukan dengan studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari data primer melalui Semi Quantitative Food Frequency Questinnoaire (SQ-FFQ) untuk melihat konsumsi Sugar- Sweetned Beverage (SSB), pengukuran lingkar perut menggunakan meteran, pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter, serta Nesco lipid monitor sebagai pengukuran kadar kolesterol. Analisis Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pola konsumsi minuman manis dengan lingkar perut (P = 0,015), kadar kolesterol (P = 0,012), dan tekanan darah (P = 0,004). Responden dengan pola konsumsi minuman manis yang baik lebih cenderung memiliki lingkar perut, kadar kolesterol, dan tekanan darah dalam kategori normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaturan frekuensi konsumsi minuman manis berperan penting dalam menjaga indikator Sindrom Metabolik terkait obesitas sentral, kolesterol, dan hipertensi.
Riwayat Pemberian Air Susu Ibu dengan Penyakit Infeksi pada Balita Nur, Abidah; Marissa, Nelly
Kesmas Vol. 9, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan angka insiden diare pada balita di Indonesia sebesar 6,7%. Aceh merupakan provinsi dengan insiden diare tertinggi, mencapai 10,2%. Profil Kesehatan Aceh menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan penyakit infeksi seperti influenza, tuberkulosis, dan diare dalam kurun waktu tujuh tahun (2006 - 2012). Penyakit tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI yang berperan dalam peningkatan kekebalan tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI dengan penyakit infeksi pada balita. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, yaitu data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional tahun 2012 dengan jumlah sampel 3.486 balita. Data penelitian dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan secara umum ada hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan penyakit infeksi. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI, ASI eksklusif, dan pemberian makanan pendamping ASI dengan penyakit infeksi pada balita di Provinsi Aceh. Basic Health Research in 2013 mentions the incidence of diarrhea in toddlers in Indonesia amounted to 6.7%. Aceh Province has the highest incidence of diarrhea reached 10.2%. Aceh’s Health Profile indicates that in general there is an increase in infectious diseases such as influenza, tuberculosis, and diarrhea within a period of seven years (2006 - 2012). The disease can be prevented by breastfeeding to increase immune system. This study used secondary data from the Central Statistics Agency of Aceh Province, The National Socio-Economic Survey 2012 using 3,486 toddlers as samples. Data were analyzed using logistic regression. Results showed in general no significant relationship between a history of breastfeeding with infectious diseases. There is a significant relationship between duration of breastfeeding, exclusive breastfeeding, and complementary feeding with infectious disease in toddlers in the Aceh province.