Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Factors associated with smoking behaviour among Indonesian students: Analysis of the 2019 Global Youth Tobacco Survey Faisal, Debri Rizki; Putra, Onetusfifsi; Nadira, Nindy Audia
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 10 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53638/phpma.2022.v10.i2.p05

Abstract

Background and purpose: The smoking prevalence in youths aged 10-18 years in Indonesia increased from 7.2% in 2013 to 9.1% in 2018. The aim of this study was to assess factors related to smoking behavior among students in Indonesia. Methods: This is a secondary analysis of the 2019 Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia data. The sampling technique used was two-stage cluster sampling, classified by schools and classes. The samples included in this analysis were all students aged 13-15 years who participated in the survey and have complete data, accounted for 9,789 respondents. The data were analysed with the Chi-Square Test and Logistic Regression with a 95% confidence interval and p value of 0.05. Results:  A total of 3,595 students (36.72%) had smoked. The number of respondents was the most in the age group of 13-15 years (51.43%). The number of male respondents was 44.01% and women 55.99%. Most students (90.29%) had seen cigarette advertisements, 55.88% of them saw people smoking in school areas and 46.88% saw teachers smoking at schools. The results of a multivariate analysis found factors affected smoking behaviour in students were the friend's offer to smoke (AOR=10.69; 95%CI: 7.37-15.50), male gender (AOR=13.94; 95%CI: 11.56–16.81) and presence of people smoking in the house (AOR=2.15; 95%CI: 1.88-2.45). Conclusion: Environmental cues and peer pressure are associated with smoking among students. Optimizing smoke free and health education about the dangers of cigarettes is essential to counteract the extensive exposure to environmental influence to smoking.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-19 DI KOTA BANDA ACEH Faisal, Debri Rizki; Marissa, Nelly; Ramadhan, Nur; Nur, Abidah; Ichwansyah, Fahmi; Fitria, Eka; Ramadhan, Raisuli; Suryati, Tati; Putra, Onetusfifsi
Majalah Kesehatan Vol. 9 No. 4 (2022): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.009.04.4

Abstract

Banyak hoaks yang beredar di masyarakat tentang Covid-19 membentuk persepsi yang salah sehingga menyebabkan rendahnya penerimaan masyarakat terhadap vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 di Kota Banda Aceh. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pengumpulan data secara online menggunakan Google form dengan responden berusia ≥18 tahun yang berdomisili di Kota Banda Aceh. Analisis data dengan uji Chi square dengan 95% confident interval. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang berpartisipasi sebanyak 258 orang dengan status belum divaksin sebanyak 14,34%. Distribusi skor persepsi manfaat pada responden yang vaksin lebih baik dibandingkan dengan responden yang tidak vaksin. Persepsi masyarakat yang rendah terhadap manfaat vaksin berhubungan secara signifikan terhadap penolakan vaksin (p value ≤ 0,05). Risiko untuk tidak vaksin pada responden yang berpersepsi: vaksin tidak melindungi infeksi Covid-19 (PR = 3,51, 95% CI = 1,74-7,06); vaksin tidak mengurangi keparahan akibat Covid-19 (PR = 6,57, 95% CI = 3,00-14,36); dan program vaksin bukan untuk membentuk herd immunity (PR = 6,71, 95% CI = 2,76-16,30). Berdasarkan dorongan untuk vaksin yaitu  informasi yang tidak memadai (PR = 7,96, 95% CI = 2,93-21,63); dan vaksin belum dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) (PR =  4,77, 95% CI = 2,01-11,31) berhubungan dengan status tidak vaksin responden. Persepsi masyarakat akan manfaat Covid-19 menjadi faktor utama yang melandasi masyarakat bersedia untuk divaksin Covid-19. Peran pemerintah dan stakeholder dalam melakukan sosialisasi dan edukasi tentang vaksin kepada masyarakat adalah kunci untuk memberikan pengetahuan yang benar dan menangkal informasi hoaks sehingga meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap vaksin.  
Persepsi Masyarakat Terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa: Pengalaman dari Sleman dan Padang Pariaman Nuraini, Syarifah; Fitrianti, Yunita; Agustiya, Rozana Ika; Faisal, Debri Rizki; Yustianingtyas, Kristina
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL ILMU KESEHATAN STIKES ADI HUSADA 2023 Vol 1 No 1 (2023): Prosiding Konferensi Ilmu Kesehatan STIKES Adi Husada
Publisher : STIKES Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37036/prosiding.v1i1.488

Abstract

Latar Belakang: Masyarakat, termasuk keluarga, memiliki peran penting dalam proses deteksi, perawatan, dan pemulihan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Penerimaan dan peran aktif masyarakat menjadi faktor penting dalam mempercepat pemulihan dan mencegah kekambuhan pasien. Studi ini bertujuan untuk menggali informasi terkait persepsi masyarakat terhadap ODGJ dan peran mereka dalam proses perawatan ODGJ. Metode: Studi dilakukan di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Padang Pariaman dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dillakukan melalui wawancara mendalam dengan keluarga dari sembilan ODGJ dan diskusi kelompok terarah dengan tokoh masyarakat di tempat ODGJ tinggal. Hasil: Persepsi masyarakat terhadap penyebab gangguan jiwa melibatkan banyak faktor seperti kesulitan ekonomi, lingkungan sosial, konflik keluarga, kehilangan keluarga, sihir, faktor genetik, dan ketidakmampuan belajar. Pengobatan tradisional, seperti pengobatan oleh dukun atau tokoh agama, lebih sering dipilih oleh masyarakat. Sementara itu pengobatan medis masih kurang menjadi perhatian masyarakat. Sikap dan perilaku masyarakat terhadap ODGJ sangat beragam yang dipengaruhi oleh stigma. Sebagian ODGJ mendapat penerimaan yang baik dan diberi kesempatan bekerja dan bersosialisasi di tengah masyarakat, namun ada juga yang dipasung karena dianggap membahayakan diri sendiri dan orang lain. Saran: Studi ini menunjukkan bahwa masih ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pendidikan, dan sistem dukungan kesehatan mental untuk memberikan perawatan komprehensif bagi individu dengan gangguan kesehatan mental. Selain itu, diperlukan strategi untuk mengatasi stigma terhadap gangguan mental guna membangun sistem dukungan sosial yang berperan sebagai pendukung.
Economic Loss of Leptospirosis: Is It Still Appropriate to be Tropical Neglected Zoonosis Disease? Nugraheni, Wahyu Pudji; Lestyoningrum, Sinta Dewi; Ristiyanto, Ristiyanto; Putro, Wahyu Gito; Pawitaningtyas, Indah; Nuraini, Syarifah; Putri, Linta Meyla; Faisal, Debri Rizki; Noveyani, Adhista Eka; Mikrajab, Muhammad Agus
Kesmas Vol. 19, No. 5
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leptospirosis is a tropical endemic disease that can reduce the productivity of sufferers. However, research on economic and productivity losses due to leptospirosis is rare. This study aimed to determine economic and productivity losses due to leptospirosis in the Banyumas District, Indonesia, as an endemic area. This study used a cross-sectional design and quantitative methods conducted in October 2022. Secondary data of medical records and billing information from 73 inpatients receiving treatment at a Public Hospital in the Banyumas District from February 2021 to September 2022 obtained from the hospital’s archives were used. This study examined the actual costs (direct and indirect costs) of treatment, average length of stay, and patient characteristics. Statistical tools were carried out to check the results. The results showed that over half of leptospirosis patients used insurance with an economic loss of USD 289.64 and a productivity loss value of USD 388,499. Patients infected with leptospirosis vary in age. Leptospirosis results in loss of patient productivity during treatment. Increasing prevention and control to prevent deaths and economic burdens on society and local governments is proposed to local governments.