Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT DAN MAKUSAM ( MADU KUNYIT ASAM ) TERHADAP DYSMENORHEA Yanyan Mulyani; Linda Rofiasari; Suherdin Suherdin
Indonesia Jurnal Kebidanan Vol 5, No 2 (2021): JURNAL ILMU KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/ijb.v5i2.1244

Abstract

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dengan ditandai perubahan baik fisik maupun psikis. Pada masa ini remaja cenderung mengalami disminore. Dismenore merupakan kejang dibagian bawah perut, angka dismenorea di dunia lebih dari 50% perempuan di setiap negara. Angka kejadian di Indonesia mencapai 60-70%. Banyak terapy untuk penanganan dysmenore salah satu cara tradisional yang cukup aman dan efektif adalah dengan mengkonsumsi ramuan madu kunyit asam.Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui perbandingan efektifitas kompres air hangat dengan madu kunyit asam terhadap dysmenore.Desain penelitian menggunakan desain Quasi-experimental tanpa control. Dilakukan penilaian skala nyeri dengan menggunakan HARZ (pretest) dan penilaian skala nyeri dilakukan lagi setelah diberikan perlakuan (posttest) yaitu pemberian madu,kunyit, asam jawa dan kompres hangat. Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswi Prodi kebidanan jumlah 30 orang ( 15 orang dilakukan intervensi  pemberian madu, kunyit, asam dan 15 orang dilakukan intervensi kompres air hangat Teknik pengambilan sample secara accidental sampling. Pengambilan data secara primer yaitu menggunakan instrument VAS dengan analisa data mengunakan analisis univariat bivariatHasil penelitian didapatkan bahwa responden yang paling banyak mengalami nyeri haid adalah pada usia  21 tahun sebanyak 10 orang ( 33,3 %), terdapat berbedaan penurunan skala nyeri dysmenore antara kelompok intervensi makusan dengan kelompok intervensi buli-buli dengan hasil p-value = 0,015 (p < 0,05)Simpulan didapatkan bahwa responden yang paling banyak mengalami nyeri haid adalah pada usia  21 tahun dan terdapat berbedaan penurunan skala nyeri dysmenore antara kelompok intervensi makusan dengan kelompok intervensi buli-buli dengan hasil p-value = 0,015 (p < 0,05). Saran bagi peneliti lain dalam meneliti lebih lanjut mengenai Disminore seperti mengkaji mengenai cara lain untuk mengatasi nyeri pada dismonore
Establishment of a Medical Team in Girimekar Village, Bandung District Fenti Fatmawati; Patonah Patonah; Dedep Nugraha; Wempi Budiana; Yanyan Mulyani; Supriyatni Kartadarma
Warta Pengabdian Andalas Vol 31 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.31.1.128-134.2024

Abstract

Bhakti Kencana University (BKU) community service activities were conducted in Girimekar Village, Bandung Regency. This activity involved BKU lecturers from various disciplines, such as Midwifery, Nursing, Public Health, and Pharmacy. This activity was carried out by forming a medical team, which was an effort to empower the community, especially the youth of the local group. This activity aims to socialize emergency treatment measures that must be carried out as soon as possible before residents are taken to the community health center or hospital. This will help the community care more about their health. Girimekar Village has topography and land contours in the form of highlands and lowlands at an altitude of between 400 meters above sea level and 600 meters above sea level, with an average temperature ranging from 19°C to 37°C. Girimekar Village consists of 5 hamlets, 22 RWs, and 79 RTs. Based on the topography, most areas outside the forest area are slopes or peaks with varying heights. Most RWs are located outside forest areas. Conditions like this are the background for the formation of this medical team. The method for forming a medical team was carried out by identifying the number of young people in the area and then carrying out preliminary outreach by educating them about the importance of emergency treatment before residents are taken to the hospital. After the socialization, the medical team was given training on first aid in the form of basic life support. The formation of the medical team was carried out by first identifying the number of youth. This activity, which was carried out for one month, produced a medical team from among the youth who were expected to be at the forefront in assisting. First, to residents before taking them to the health center or hospital. 26 Girimekar residents attended it, and the long-term plan for this activity is to hold first aid training for the medical team at least once every six months.