p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ASPIRATOR
Heni Prasetyowati
Loka Litbangkes pangandaran, Ministry of Health of Republic of Indonesia, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengetahuan, Sikap dan Riwayat Pengendalian Vektor di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Bandung Heni Prasetyowati; Hubullah Fuadzy; Endang Puji Astuti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Aspirator Volume 10 Nomor 1 2018
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.3 KB) | DOI: 10.22435/asp.v10i1.16

Abstract

Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengetahuan, sikap, dan riwayat pengendalian vektor DBD pada rumah tangga kelompok kasus dan kontrol, serta pengaruhnya terhadap kejadian DBD di Kota Bandung. Studi ini merupakan analisa lanjut hasil penelitian Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal terhadap Kasus DBD di Kota Bandung Tahun 2016, dengan mengambil enam komponen pengetahuan tentang pengendalian vektor, empat komponen sikap terhadap pengendalian vektor, serta lima komponen riwayat pengendalian vektor. Data dianalisa menggunakan Chi-square untuk melihat perbedaan antara variabel pengetahuan, sikap, dan riwayat tentang DBD antara rumah tangga kelompok kasus dan kontrol dan uji binary logistic regression untuk melihat komponen yang berperan dalam kejadian DBD di Kota Bandung. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok kasus pada komponen pengetahuan tidak menggantung pakaian (p-value 0,033), sikap menggantung pakaian (p-value 0,009), serta riwayat PSN (p-value 0,005). Responden yang tidak mengetahui bahwa menggantung pakaian dapat berpengaruh terhadap kejadian DBD berisiko 1,594 kali menderita penyakit DBD. Responden yang memiliki sikap tidak menyetujui bahwa menggantung pakaian dapat menjadi tempat hinggap nyamuk berisiko 2,898 kali menderita DBD. Responden yang tidak melakukan PSN akan berisiko 0,578 kali menderita DBD. Perlu peningkatan kegiatan PSN ditambah dengan menghindari kebiasaan menggantung pakaian untuk mengendalikan populasi nyamuk vektor, sehingga penularan penyakit DBD dapat dikurangi.
Pengetahuan Demam Berdarah Dengue pada Siswa di Berbagai Level Pendidikan Wilayah Pangandaran Joni Hendri; Heni Prasetyowati; Dewi Nur Hodijah; Rizal Pratama Sulaeman
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 12 No 1 (2020): Jurnal Aspirator Volume 12 Nomor 1 2020
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.999 KB) | DOI: 10.22435/asp.v12i1.2838

Abstract

Abstract. School is one of the potential sites for transmission of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). The level of education is thought to be a major knowledge determinant about the disease and its transmission, as well as attitudes and practices for controlling dengue fever. This study aims to describe dengue knowledge in a student at various levels of education to prevent dengue transmission. Three hundred students participated in this study, as many as 98 students were male, while 202 students were female. The average elementary school student is 10.7 years old, junior high school students are 14 years old, and senior high school students are 16.5 years old. Based on the interview results it can be seen the percentage of students with favorable knowledge about DHF for elementary school level 49.5%; Junior High 38.89%; Senior High 37.50%, while knowledge of DHF vector control at the elementary level is 3.4%; Junior High 3.7% and Senior High 2.5%. The percentage of students taking vector control measures for the elementary level is 0.49%, Junior High 9.26%, and high school 5%. Age and sex do not show a relationship with knowledge and actions towards DHF. Knowledge about DHF and the eradication of DHF vectors and the eradication of DHF vectors in students at various levels of education in the Pangandaran area is still low. The socialization of 3M Plus must be carried out thoroughly and continuously in schools to increase the knowledge and participation of students in controlling DHF. Keywords: Knowledge, Dengue, School, Pangandaran Abstrak. Sekolah merupakan salah satu tempat potensial dalam penyebaran dan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Level pendidikan diduga merupakan penentu utama pengetahuan tentang penyakit dan penularannya, serta sikap dan praktik untuk pengendalian demam berdarah. Tujuan dari penelitian kami adalah untuk menggambarkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sekolah pada berbagai level pendidikan dalam kaitannya dengan upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD. Total sampel dalam penelitian ini adalah 300 siswa yang diambil berdasarkan teknik perhitungan sampel dari populasi siswa pada masing-masing tingkatan pendidikan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang terstruktur. Siswa yang diwawancara merupakan siswa yang ditunjuk oleh sekolah sebagai anggota Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Dari 300 siswa yang ikut serta dalam penelitian ini sebanyak 98 siswa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 202 siswa berjenis kelamin perempuan. Usia rata-rata siswa SD berkisar 10,7 tahun, siswa SLTP adalah 14 tahun sedangkan usia rata-rata anak SLTA adalah 16,5 tahun. Berdasarkan hasil wawancara terlihat persentase siswa dengan pengetahuan baik tentang DBD untuk level SD 49,5%; SLTP 38,89%; SLTA 37,50% sedangkan pengetahuan tentang pengendalian vektor DBD pada level SD 3,4%; SLTP 3,7% dan SLTA 2,5%. Persentase siswa yang melakukan tindakan pengendalian vektor untuk level SD 0,49%; SLTP 9,26%; dan SLTA 5%. Usia dan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan dengan pengetahuan dan tindakan terhadap DBD. Pengetahuan tentang DBD dan pemberantasan vektor DBD serta tindakan pemberantasan vektor DBD pada siswa di berbagai level pendidikan di wilayah Pangandaran masih rendah. Sosialisasi PSN 3M Plus perlu dilakukan di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan peran serta siswa dalam pengendalian DBD. Kata Kunci: Pengetahuan, Demam Berdarah Dengue, Sekolah, Pangandaran
Autokorelasi Spasial Demam Berdarah Dengue di Kota Tasikmalaya Hubullah Fuadzy; Heni Prasetyowati; Elis Siti Marliyanih; Asep Hendra; Abdulah Mubarok Dadang
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 13 No 2 (2021): Jurnal Aspirator Volume 13 Nomor 2 2021
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.174 KB) | DOI: 10.22435/asp.v13i2.5241

Abstract

Abstract. Tasikmalaya city is a high endemic dengue area which contributes to the high number ofdengue cases in West Java province. This study aims to analyze the geographic distribution patternof dengue infection at the village level and identify high-risk urban villages in Tasikmalaya City. Thisstudy analyzed the surveillance data of dengue cases in 2016–2020 which was routinely managed bythe Tasikmalaya City Health Office. Variables analyzed included date, patient’s name and address(villages). The map data in the form of a shape file (shp.) were obtained from BPS in 2019. The spatialautocorrelation analysis uses two approaches, (the global Moran Index and LISA). The results showedthat DHF cases in the Tasikmalaya city tend to increase in the last 5 years (2016–2020). The highestnumber of annual and monthly dengue cases occurred in 2020, (1,744 cases and 307 cases) withthe incidence rate peaked at 262.6561 per 100,000 population. The global Moran index test using asignificance level of 5 showed that there is a spatial autocorrelation between adjacent sub-districts ofdengue cases in Tasikmalaya city every year for the last 5 years (2016–2020, and cumulative). Thevalue of the global moran index (I) shows a positive correlation between urban villages to the numberof annual dengue cases for the last 5 years and is cumulative. It can be concluded that there aresimilarities in the characteristics of DHF cases in adjacent villages or the relationship between DHFcases tends to be spatially clustered.