Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Risk factors associated with Dengue incidence in Bandung, Indonesia: a household based case-control study hubullah fuadzy; Mutiara Widawati; Endang P. Astuti; Heni Prasetyowati; Joni Hendri; Rohmansyah W. Nurindra; Dewi N. Hodijah
Health Science Journal of Indonesia Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsji.v11i1.3150

Abstract

Latar belakang: Bandung memiliki daerah perkotaan dengan kualitas bangunan rumah yang memadai, namun masih memiliki kasus endemik Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kejadian demam berdarah di tingkat rumah tangga. Metode: Data dianalisis dari 781 rumah tangga yang terdiri dari 261 kasus dan 522 kontrol. Pemilihan sampel menggunakan metode kasus kontrol berpasangan dengan rasio 1:2. Tahapan penelitian terdiri dari pengamatan status rumah menggunakan form ceklis pemeriksaan dan wawancara menggunakan kuesioner tertutup. Analisis data korelasi pairwise spearmen, kemudian regresi logistik biner digunakan untuk prediksi faktor risiko. Hasil: Faktor risiko usia produktif dan rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga, toilet yang kotor, dan status rumah tidak sehat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kasus demam berdarah di Kota Bandung ((p<0.05). Faktor determinan adalah usia produktif kepala keluarga (31 - 60 tahun) dimana memiliki kemungkinan 2,53 (95%CI 1.34-4.78;p<0.05) kali lebih besar untuk memiliki anggota rumah tangga yang menderita DBD di Bandung. Kesimpulan: Usia dan pendidikan kepala rumah tangga, kebersihan toilet dan status rumah sehat memilikiperan penting dalam mempengaruhi kejadian demam berdarah. Dengan demikian, petugas kesehatanperlu melakukan promosi kesehatan mengenai DBD secara intensif kepada kepala rumah tangga. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD), kepala rumah tangga, usia, sanitasi rumah, Kota Bandung Abstract Background: Bandung have urban areas with adequate housebuilding quality, yet still has high Dengue endemic cases. This study aims to investigate the characteristics of dengue incidence at the household level. Methods: Data analyzed from 781 households consisted of 261 cases and 522 controls. We applied matched case-control samples with a ratio of 1:2 (case: controls). The stages of the research consisted of a house status observation using a form inspection checklist and interviews using a closed-ended questionnaire. The data analyzed by pairwise spearmen correlation and binary logistic regression for risk factor prediction. Results: Risk factors for productive age and low level of education of family heads, dirty toilets, and unhealthy house status have a significant effect on the increase of dengue cases in Bandung (p<0.05). The determinant factor is the productive age of the head of the family (31 - 60 years), it means that the family who has a family head in a productive age is 2.53 (95% CI 1.34-4.78; p <0.05) times more likely to have a household member suffering from DHF in Bandung. Conclusion: The age and the level of education of the household heads, toilet hygiene, and healthy home status have an essential role in influencing dengue fever. Therefore, health workers need to perform an intensive health promotion regarding DHF to the household heads. Keywords: Dengue, head of household, ages, house sanitation, Bandung City
Pengetahuan, Sikap dan Riwayat Pengendalian Vektor di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Bandung Heni Prasetyowati; Hubullah Fuadzy; Endang Puji Astuti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Aspirator Volume 10 Nomor 1 2018
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.3 KB) | DOI: 10.22435/asp.v10i1.16

Abstract

Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengetahuan, sikap, dan riwayat pengendalian vektor DBD pada rumah tangga kelompok kasus dan kontrol, serta pengaruhnya terhadap kejadian DBD di Kota Bandung. Studi ini merupakan analisa lanjut hasil penelitian Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal terhadap Kasus DBD di Kota Bandung Tahun 2016, dengan mengambil enam komponen pengetahuan tentang pengendalian vektor, empat komponen sikap terhadap pengendalian vektor, serta lima komponen riwayat pengendalian vektor. Data dianalisa menggunakan Chi-square untuk melihat perbedaan antara variabel pengetahuan, sikap, dan riwayat tentang DBD antara rumah tangga kelompok kasus dan kontrol dan uji binary logistic regression untuk melihat komponen yang berperan dalam kejadian DBD di Kota Bandung. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok kasus pada komponen pengetahuan tidak menggantung pakaian (p-value 0,033), sikap menggantung pakaian (p-value 0,009), serta riwayat PSN (p-value 0,005). Responden yang tidak mengetahui bahwa menggantung pakaian dapat berpengaruh terhadap kejadian DBD berisiko 1,594 kali menderita penyakit DBD. Responden yang memiliki sikap tidak menyetujui bahwa menggantung pakaian dapat menjadi tempat hinggap nyamuk berisiko 2,898 kali menderita DBD. Responden yang tidak melakukan PSN akan berisiko 0,578 kali menderita DBD. Perlu peningkatan kegiatan PSN ditambah dengan menghindari kebiasaan menggantung pakaian untuk mengendalikan populasi nyamuk vektor, sehingga penularan penyakit DBD dapat dikurangi.
Efikasi Kain Bahan Furnitur Berinsektisida Malation terhadap Kematian Aedes aegypti Hubullah Fuadzy; Susi Soviana; Risa Tiuria
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 10 No 2 (2018): Jurnal Aspirator Volume 10 Nomor 2 2018
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.273 KB) | DOI: 10.22435/asp.v10i2.191

Abstract

Implementation of fogging using malathion impacted to insecticides deposited to household furniture in resident. The other hand, Ae. aegypti preference resting on that furniture. The objective was determine lethal concentration of malathion in an emulsifiable concentrate (EC) formulation which have been deposited on furniture fabrics against mortality of Ae. aegypti. The study was true experimental and completed randomize design. Treatment as much as six of concentration levels (0.00; 0.27; 0.29; 0.31; 0.32; 0.34%) and ten replications. The sample were female Ae. aegypti on ovary condition of unfed and bloodfed. Material of fabrics used were cotton, chenille, and blackout. Procedure efficacy test based on WHO (2013). The result showed that between concentration levels gave a significantly different impact of mortality, but between concentration of 0.27% with 0.29% was not significantly. Mortality of Ae. aegypti reached 100% on 0.34% concentration for cotton and blackout, whereas chenille on 0.31% concentration. Lower lethal concentration to kill 50% and 95% Ae. aegypti population were 0.260% and 0.301% on chenille, whereas the higher were 0.296% and 0.337% on cotton, respectively. Conclusion was malation (EC) which were deposited to cotton, chenille, and blackout fabrics as a upholstery for furniture influence on increasing insecticide efficacy to Ae. aegypti.
Autokorelasi Spasial Demam Berdarah Dengue di Kota Tasikmalaya Hubullah Fuadzy; Heni Prasetyowati; Elis Siti Marliyanih; Asep Hendra; Abdulah Mubarok Dadang
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 13 No 2 (2021): Jurnal Aspirator Volume 13 Nomor 2 2021
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.174 KB) | DOI: 10.22435/asp.v13i2.5241

Abstract

Abstract. Tasikmalaya city is a high endemic dengue area which contributes to the high number ofdengue cases in West Java province. This study aims to analyze the geographic distribution patternof dengue infection at the village level and identify high-risk urban villages in Tasikmalaya City. Thisstudy analyzed the surveillance data of dengue cases in 2016–2020 which was routinely managed bythe Tasikmalaya City Health Office. Variables analyzed included date, patient’s name and address(villages). The map data in the form of a shape file (shp.) were obtained from BPS in 2019. The spatialautocorrelation analysis uses two approaches, (the global Moran Index and LISA). The results showedthat DHF cases in the Tasikmalaya city tend to increase in the last 5 years (2016–2020). The highestnumber of annual and monthly dengue cases occurred in 2020, (1,744 cases and 307 cases) withthe incidence rate peaked at 262.6561 per 100,000 population. The global Moran index test using asignificance level of 5 showed that there is a spatial autocorrelation between adjacent sub-districts ofdengue cases in Tasikmalaya city every year for the last 5 years (2016–2020, and cumulative). Thevalue of the global moran index (I) shows a positive correlation between urban villages to the numberof annual dengue cases for the last 5 years and is cumulative. It can be concluded that there aresimilarities in the characteristics of DHF cases in adjacent villages or the relationship between DHFcases tends to be spatially clustered.
Risiko Penularan DBD Berdasarkan Maya Index dan Key Container pada Rumah Tangga Kasus dan Kontrol di Kota Bandung Heni Prasetyowati; Endang Puji Astuti; Joni Hendri; Hubullah Fuadzy
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 14 Nomor 2 Desember 2018
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.406 KB) | DOI: 10.22435/blb.v14i2.399

Abstract

Dengue virus infection in Bandung city in 2016 reach as amount 3381 cases. The high number of dengue cases indicated that dengue prevention and vector control have not been implemented optimally. Therefore, people who live in this area is at risk of DHF transmission. The risk of transmission and potential breeding place of Aedes sp. can be analyzed by maya index and key container. The aim of this study was to describe maya index and key containers in case and control household in the Bandung City. This study is a further analysis of the study entitled "Determination of Risk Factors for Household Sanitation in the Dengue Hemorrhagic Fever case in Bandung city". Data analysis including data of the number of houses examined, the number of houses that were positive larvae, the number of containers examined, the number of positively larvae containers and the location of containers. Data analysis was carried out to calculate maya index and identifying key container. Based on indicators risk of breeding and environmental sanitation, the values ​​of breeding risk index, hygiene risk index, and maya index in Bandung city were in the moderate category in both case and control households. The key containers case and control households were dispensers, bathtubs and buckets. ABSTRAKKasus Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung mencapai 3.381 kasus pada tahun 2016. Masih tingginya kasus DBD menunjukkan upaya pengendalian vektor DBD belum optimal. Setiap penduduk yang tinggal di wilayah ini berisiko tertular DBD. Risiko penularan dan tempat perkembangbiakan potensial Aedes di suatu wilayah dapat dianalisa dengan maya index dan key container. Tujuan dari studi ini adalah menggambarkan maya index dan key container pada rumah tangga kasus dan kontrol di wilayah Kota Bandung. Kajian ini merupakan analisis lanjut dari hasil penelitian “Penentuan Faktor Risiko Sanitasi Rumah Tinggal Pada Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung”. Kajian ini menganalisa data berupa jumlah rumah yang diperiksa, jumlah rumah yang positif jentik, jumlah kontainer yang diperiksa, jumlah kontainer yang positif jentik serta letak kontainer. Data tersebut dianalisis lebih lanjut untuk menghitung maya index dan mengidentifikasi key container. Berdasarkan indikator risiko tempat perkembangbiakan dan sanitasi lingkungan, nilai Breeding Risk Index (BRI), Hygiene Risk Index (HRI), serta maya index di wilayah Kota Bandung termasuk kategori sedang baik pada rumah tangga kasus maupun kontrol. Key container yang ditemukan di rumah tangga kasus dan kontrol adalah dispenser, bak mandi dan ember.
Penggunaan Insektisida Komersial dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue di Provinsi Riau Hubullah Fuadzy; Firda Yanuar
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 14 Nomor 2 Desember 2018
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.045 KB) | DOI: 10.22435/blb.v14i2.421

Abstract

Commercial insecticide generally used by the people to reduce Aedes spp. mosquito infestation. The practice of using one type of insecticide for long period may induce the risk of mosquito tolerance. The purpose of this study is to analyse the habits of people using commercial insecticides for controlling Aedes spp. infestation in Riau Province. The source of data in this study was obtained from the research of "Aedes aegypti susceptibility status to insecticides mapping in Indonesia 2015". This is a cross sectional study which conducted in three dengue endemic areas in Riau Province. Data collection was conducted by observation dan interview used structured questionnairre. The results showed that commercial insecticide used by Bengkalis community was associated with Aedes spp. infestation, whereas in Pekanbaru and Dumai the infestation of Aedes spp. is not associated with it. Majority of respondents in Pekanbaru, Dumai, and Bengkalis prefer to use insecticide from pyrethroid synthetic type with anti-mosquito’s coils formulation. It applied in the bedroom at night, with frequency of insecticide use is less than seven times per week in Pekanbaru and Dumai and more than seven times per week in Bengkalis. Based on entomological index, the area of study still had a risk of dengue transmission. ABSTRAKUpaya yang cenderung dilakukan masyarakat Riau dalam menanggulangi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah menggunakan insektisida komersial untuk mengendalikan infestasi Aedes spp. Kebiasaan menggunakan insektisida dalam satu golongan yang diaplikasikan terus menerus dalam waktu lama dapat meningkatkan toleransi nyamuk vektor. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kebiasaan masyarakat menggunakan insektisida komersial dalam mengendalikan infestasi Aedes spp. di Provinsi Riau. Sumber data diperoleh dari hasil penelitian “Pemetaan status kerentanan Aedes spp. terhadap insektisida di Indonesia tahun 2015”. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang pada tiga daerah endemik DBD di Provinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian insektisida komersial oleh masyarakat Bengkalis berhubungan dengan infestasi Aedes spp., sedangkan di Pekanbaru dan Dumai tidak berhubungan. Kebiasaan mayoritas responden di Pekanbaru, Dumai, dan Bengkalis lebih memilih insektisida dari golongan sintetik piretroid dengan formulasi anti nyamuk bakar, diaplikasikan pada ruang tidur pada malam hari dan frekuensi kurang dari tujuh kali (Pekanbaru dan Dumai); lebih dari tujuh kali (Bengkalis) dalam satu minggu. Indeks entomologi menunjukkan masih berpotensi terjadi penularan DBD.