Anastasia Maurina
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENERAPAN SISTEM MODULAR PADA PERANCANGAN BANGUNAN MULTI-FUNGSI BERTINGKAT Maurina, Anastasia
TATANAN Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractVertical Multi-Use Building (called BMFB) is a single building with multiple functions therein are arranged vertically. BMFB has a high level of function complexity and the demands of change and development of each of these functions, so that it is necessary to have the design of functional space system with high flexibility. To obtain the building design with high flexibility, the functional space and the building structure system can not be seen separately, but must be designed in an integrated way. Modular building system can be a media to integrate the functional space and structure system to meet the demands of flexibility in the building. The building function on BMFB of this research is the function of parking, office functions and functions of residential and also the structure system is limited to the conventional structure system (rigid frame system and wall bearing system).Research is done in stages, starting from the analysis of basic grid module which integrating the dimensions of human activity module and the dimensions of building materials. Followed by the analysis of functional space planning grid module and analysis of structural grid module, it will be integrated into the design grid of BMFB. The result of the analysis is concluded in the form of the design guidelines of BMFB.Implementation of the modular system will facilitate and accelerate the design process to integrate the functional space system between function and to integrate the functional space system and structure system, so that it can produce a suitable design for each function in it so the design can fulfill the demands of change, development and integration of these functions. In addition, the implementation of this modular system has a positive impact on the construction process which can minimize the use of materials and can be integrated effectively with prefabrication system. Key Words: modular, grid, structure, spatial system, mixed used building                                                                                                  AbstrakBangunan Multi Fungsi Bertingkat (BMFB) adalah bangunan tunggal dengan beberapa fungsi di dalamnya yang disusun secara vertikal. BMFB memiliki tingkat kompleksitas fungsi yang tinggi serta tuntutan untuk dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan dari setiap fungsi tersebut, sehingga memerlukan rancangan sistem ruang dengan fleksibilitas tinggi. Untuk memperoleh rancangan bangunan dengan fleksibilitas tinggi, sistem ruang dan struktur bangunan tidak dapat dipandang secara terpisah, melainkan harus secara terpadu. Sistem bangunan modular dapat menjadi media untuk mengintegrasikan sistem ruang dan struktur dalam memenuhi tuntutan fleksibilitas pada BMFB. Fungsi yang diakomodasi BMFB pada penelitian ini adalah parkir, kantor, serta hunian. Sistem struktur dibatasi pada sistem struktur konvensional (rangka/dinding pemikul).Penelitian ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari analisis modul grid dasar yang mengintegrasikan modul dimensi aktivitas manusia dan dimensi material bangunan, dilanjutkan dengan analisis modul grid perencanaan fungsi ruang dan analisis modul grid struktural, kemudian diintegrasikan menjadi grid perancangan BMFB. Hasil analisis disimpulkan dalam bentuk pedoman perancangan BMFB.Penerapan sistem modular dalam perancangan akan mempermudah dan mempercepat proses perancangan dalam mengintegrasikan sistem ruang antar fungsi, serta sistem ruang dan sistem struktur sehingga dapat dihasilkan rancangan yang cocok untuk setiap fungsi (parkir, kantor dan hunian) dan dapat memenuhi tuntutan perubahan, pengembangan serta penggabungan dari fungsi-fungsi tersebut. Penerapan sistem modular berdampak positif terhadap proses pelaksanaan konstruksi, karena dapat mengefisienkan penggunaan material serta memungkinkan penerapan sistem prefabrikasi yang lebih efektif. Kata Kunci: sistem modular, grid, sistem struktur, sistem ruang, bangunan multi fungsi
PENERAPAN SISTEM MODULAR PADA PERANCANGAN BANGUNAN MULTI-FUNGSI BERTINGKAT Maurina, Anastasia
TATANAN Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractVertical Multi-Use Building (called BMFB) is a single building with multiple functions therein are arranged vertically. BMFB has a high level of function complexity and the demands of change and development of each of these functions, so that it is necessary to have the design of functional space system with high flexibility. To obtain the building design with high flexibility, the functional space and the building structure system can not be seen separately, but must be designed in an integrated way. Modular building system can be a media to integrate the functional space and structure system to meet the demands of flexibility in the building. The building function on BMFB of this research is the function of parking, office functions and functions of residential and also the structure system is limited to the conventional structure system (rigid frame system and wall bearing system).Research is done in stages, starting from the analysis of basic grid module which integrating the dimensions of human activity module and the dimensions of building materials. Followed by the analysis of functional space planning grid module and analysis of structural grid module, it will be integrated into the design grid of BMFB. The result of the analysis is concluded in the form of the design guidelines of BMFB.Implementation of the modular system will facilitate and accelerate the design process to integrate the functional space system between function and to integrate the functional space system and structure system, so that it can produce a suitable design for each function in it so the design can fulfill the demands of change, development and integration of these functions. In addition, the implementation of this modular system has a positive impact on the construction process which can minimize the use of materials and can be integrated effectively with prefabrication system. Key Words: modular, grid, structure, spatial system, mixed used building                                                                                                  AbstrakBangunan Multi Fungsi Bertingkat (BMFB) adalah bangunan tunggal dengan beberapa fungsi di dalamnya yang disusun secara vertikal. BMFB memiliki tingkat kompleksitas fungsi yang tinggi serta tuntutan untuk dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan dari setiap fungsi tersebut, sehingga memerlukan rancangan sistem ruang dengan fleksibilitas tinggi. Untuk memperoleh rancangan bangunan dengan fleksibilitas tinggi, sistem ruang dan struktur bangunan tidak dapat dipandang secara terpisah, melainkan harus secara terpadu. Sistem bangunan modular dapat menjadi media untuk mengintegrasikan sistem ruang dan struktur dalam memenuhi tuntutan fleksibilitas pada BMFB. Fungsi yang diakomodasi BMFB pada penelitian ini adalah parkir, kantor, serta hunian. Sistem struktur dibatasi pada sistem struktur konvensional (rangka/dinding pemikul).Penelitian ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari analisis modul grid dasar yang mengintegrasikan modul dimensi aktivitas manusia dan dimensi material bangunan, dilanjutkan dengan analisis modul grid perencanaan fungsi ruang dan analisis modul grid struktural, kemudian diintegrasikan menjadi grid perancangan BMFB. Hasil analisis disimpulkan dalam bentuk pedoman perancangan BMFB.Penerapan sistem modular dalam perancangan akan mempermudah dan mempercepat proses perancangan dalam mengintegrasikan sistem ruang antar fungsi, serta sistem ruang dan sistem struktur sehingga dapat dihasilkan rancangan yang cocok untuk setiap fungsi (parkir, kantor dan hunian) dan dapat memenuhi tuntutan perubahan, pengembangan serta penggabungan dari fungsi-fungsi tersebut. Penerapan sistem modular berdampak positif terhadap proses pelaksanaan konstruksi, karena dapat mengefisienkan penggunaan material serta memungkinkan penerapan sistem prefabrikasi yang lebih efektif. Kata Kunci: sistem modular, grid, sistem struktur, sistem ruang, bangunan multi fungsi
KINERJA STRUKTURAL INTERLOCKING COMPRESSED EARTH BLOCK [ICEB] DENGAN SERAT IJUK SEBAGAI STABILISATOR (Structural Performance of Interlocking Compressed Earth Block with Ijuk [Arenga pinnata] Fiber as Stabiliser) Prastyatama, Budianastas; Maurina, Anastasia
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v3i1.144

Abstract

Modular block building materials have been well-known in the design and construction of built-environment. In its simplest form, the modular block is known as brick, red brick, lime brick, conblock, etc. The modularity of its unit lends itself for  easy of production, application and transport. The drawbacks, however, are the generallyrelated to  high energy consumption and pollution level in the production process (brick burning, high temp heating of cement and lime). In the perspective of sustainable and environmentally friendly built environment, the drawbacks need to be addressed in order to minimize its carbon footprint in human habitation.  The challenge is how to obtain modular blocks with low energy consumption, while achieving stability and structural performance up to the standard. In this research, the earthen block test units were conducted  without burning or use of cement and lime. Ijuk fibre (Arenga pinnata) was chosen as replacement of cement and lime was choses as stabilizer in producing modular blocks. The main test units and their comparisons underwent a compression test in the compressive testing machine to evaluate the structural performance. The comparison test blocks were blocks with similar form, dimension and production method, while the diffrentiating factor was the mixture. The standards SNI 15-2094-2000 (Indonesia) and IS 1077 : 1992 (India) were used as reference to compressive strength of common fired brick.Keywords: earthen material, ecological material, modular block, ijuk fibre, structural performance
RUMAH BAMBU TAHAN GEMPA DESA CIKANGKARENG, CIANJUR Yasmin Suriansyah; Anastasia Maurina; Benedictus Edward; Naranda Amadea; Aisyah Andamari; Yuda Gynandra
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2009)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12707.045 KB)

Abstract

Bencana gempa disertai longsor yang menimbun permukiman warga BabakanCaringin membutuhkan pertimbangan penentuan lokasi untuk relokasi danresettlement, serta rencana tapak; dan rancangan rumah dalam waktu yangcepat dengan dana yang terjangkau. Untuk itu penelitian ini mencakup kajianperbandingan antara 2 lahan yaitu tanah desa dan tanah PERHUTANI; sertapembuatan rencana tapak dan rancangan rumah bambu bagi pengungsi ekswarga babakan Caringin yang terkena longsor di desa Cikangkareng KecamatanCibinong Kabupaten Cianjur, sesuai aspirasi mereka.Hasil kajian ini sangat penting dan berguna bagi semua pihak yang selanjutnyaberkiprah dalam pelaksanaan relokasi dan resettlement tersebut, sehinggapenanganan perumahan pengungsi dapat berjalan dengan baik.
KORELASI BENTUK, STRUKTUR DAN KONSTRUKSI PADA BANGUNAN BENTANG BESAR DENGAN STRUKTUR MEMBRAN (Studi Kasus : Convention Center Yayasan Pendidikan Telkom, Bandung) Anastasia Maurina; Nancy Y Nugroho; Ricky Kurniadi; Beni Tanaka
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7071.428 KB)

Abstract

Perkembangan bentuk arsitektur akan dipengaruhi dan mempengaruhi teknologistruktur-konstruksi serta materialnya. Material membran pratarik merupakan teknologimaterial tekstil baru yang berpotensi sebagai material struktur bangunan bentang besar.Material ini yang bersifat fleksibel akan mewujudkan bentukan baru dalam arsitektur.Penelitian ini bertujuan mengkaji korelasi-kausal antara variabel bentuk (arsitektural),struktur dan konstruksi.Convention Center Yayasan Pendidikan Telkom merupakan bangunan bentang besarpermanen pertama di kota Bandung yang dirancang dengan menggunakan strukturmembran. Bangunan ini dianggap sebagai objek penelitian yang tepat guna untukmencari korelasi antar variabel.Penelitian ini mengkaji terlebih dahulu perancangan bentuk, struktur dan konstruksimelalui observasi, lalu mengkaji hubungannya. Penelitian ini memperlihatkan bahwahubungan antara bentuk, struktur dan konstruksi yang saling mempengaruhi.Perancangan bentuk arsitektural untuk bangunan bentang besar dengan strukturmembran akan sangat dipengaruhi oleh struktur membran dan konstruksinya. Olehsebab itu perancang/arsitek harus memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenaistruktur membran dan konstruksinya ketika proses merancang bentuk arsitekturalnya.Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan mengenai struktur bentang besarmembran.Kata kunci: struktur bangunan bentang besar, membran.
KOMPARASI PENGGUNAAN MATERIAL BAMBU DALAM STRUKTUR ‘FORM-ACTIVE’ DAN ‘SEMI-FORM-ACTIVE’ PADA BANGUNAN LENGKUNG BENTANG LEBAR Anastasia Maurina; Wulani Enggar Sari; Janice Krisanti; Jati Adhisaksana
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15762.087 KB)

Abstract

Bambu merupakan material lokal yang memiliki banyak potensi. Di Indonesia, bambu sudah dikenal sebagai salah satu material konstruksi bangunan. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik. Bambu juga memiliki properti mekanikal yang baik. Teknologi seputar bambu mulai berkembang, seperti munculnya joint-joint bambu yang menambah kekuatan bambu. Teknologi pengawetan bambu mulai berkembang, sehingga bambu dapat dijadikan material konstruksi yang lebih permanen. Material yang ringan namun memiliki kekuatan yang tinggi, bambu berpotensi dijadikan material struktur untuk bangunan bentang lebar. Selain itu, karakter yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk bentuk-bentuk lengkung (bentuk yang cukup sulit dicapai dengan material konstruksi lainnya).Pada bangunan bentang lebar seringkali struktur sebagai arsitektur, dimana bentuk struktural adalah bentuk arsitekturalnya. Sehingga, seorang perancang (arsitek) sangat perlu memahami karakteristik material dan prinsip-prinsip perancangan strukturnya. Pemilihan tipe struktur ‘form-active’ dan ‘semi-form-active’ pada bangunan lengkung bentang besar akan berpengaruh pada bentuk arsitektural, bentuk struktural dan properti material bambu itu sendiri.Di Indonesia, aplikasi bambu sebagai struktur pada bangunan lengkung berbentang lebar mulai muncul di dekade terakhir ini, contohnya adalah Green School – Bali, Puri Ahimsa – Bali, dan Obi Campus – Jatiluhur (bangunan tersebut akan menjadi objek studi pada penelitian ini).Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi & komparatif yang dianalisa secara kualitatif. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan observasi multi - objek studi. Penelitian ini memperlihatkan korelasi kausal-komparasi antara bentuk arsitektural, bentuk struktural dan properti material bambu dalam perancangan bangunan lengkung bentang besar yang mengaplikasikan struktur ‘form-active’ dan ‘semi-form-active’. Pengambilan keputusan mengenai bentuk struktural dalam perancangan akan berdampak pada bentuk arsitektural dan properti material bambu yang digunakan. Oleh sebab itu perancang/arsitek harus memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai bentuk struktural dan properti material ketika proses merancang bentuk arsitekturalnya. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan mengenai bambu sebagai struktur bangunan lengkung berbentang besar lebar.Kata kunci:form active, semi form active, bambu, lengkung, struktur bentang lebar
RANCANG BANGUN BANGUNAN BAMBU: SARANA IBADAH BAGI KOMUNITAS PETANI P4S TANI MANDIRI DESA CIBODAS, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG (lanjutan) Anastasia Maurina
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (870.821 KB)

Abstract

Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri ini merupakan salah satu P4S binaan BBPP Lembang, juga merupakan salah satu tujuan kegiatan magang penyuluh/ petani Nasional maupun Internasional seperti Asia, Pasifik, dan Amerika. Visi dari P4S Tani Mandiri ini adalah menyebarluaskan ilmu dan pengalaman usaha tani dalam rangka membangun jiwa dan usaha agrobisnis insan-insan pertanian. Sedangkan misinya adalahmelaksanakan pelatihan pertanian sayuran bagi petani, siswa-siswa, dan mahasiswa pertanian serta membangun pola usaha tani spesifik dan memberikan pilihan usaha untuk masyarakat desa dalam rangka menekan urbanisasi. Dalam menunjang visi dan misinya, maka P4S mempunyai beberapa sarana yang menunjang salah satunya sarana ibadah.Dalam mendukung kegiatan kelompok tani yang tergabung dalam P4S Tani Mandiri ini Program Studi Arsitektur mempunyai kegiatan pengabdian masyarakat ini terkait erat dengan kebutuhan P4S Tani Mandiri yaitu mensosialisasikan manfaat bambu sebagai material lokalyang dapat menjadi material konstruksi yang berkelanjutan. Bambu merupakan material yang berpotensi sebagai material bangunan. Kegiatan ini diharapkan akan mengubah pandangan masyarakat mengenai material bambu dan kemudian memanfaatkan kembali dan membudidayakan material lokal ini.Kegiatan ini terdiri dari kegiatan sosialisasi, penyuluhan, memberi rancangan dan membangunkan prototipe bagi masyarakat. Dampak positif dari kegiatan pengabdian initerhadap mitra selain ketersediaan sarana yang diperlukan mitra, yaitu up-dating ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai bambu sebagai material konstruksi kekinian. Sedangkan dampak positif bagi akademisi adalah peningkatan atensi komunitas akademik terhadapkelompok masyarakat kecil serta peningkatan kegiatan pengembangan ilmu, teknologi dan seni di program studi. Selain itu, dampak bagi mahasiswa arsitektur adalah pengembangan softskills dan hardskills.Kata kunci : sarana ibadah, bambu, pengabdian masyarakat  
PEMBUATAN MASTERPLAN LINGKUNGAN GUA MARIA BUKIT KANADA RANGKASBITUNG Nancy Yusnita Nugroho; Yenny Gunawan; Franseno Pujianto; Anastasia Maurina; Irma Subagio; Santoso Sukangto; Anthony Anthony; Vanni Vanni; Paramitha Paramitha
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11516.23 KB)

Abstract

Gua Maria Bukit Kanada yang terletak di kota Rangkasbitung provinsi Banten adalah salah satu tempat ziarah umat Katolik yang berada di bawah naungan Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Keuskupan Bogor. Gua Maria ini dibangun pada tahun 1988 oleh umat dengan dukungan dariKongregasi Suster-suster Fransiskan Sukabumi. Gua Maria ini lalu diberkati oleh Uskup Bogor Mgr. Ign. Harsono, Pr. Gua ini merupakan tempat ziarah pertama di tanah Banten.Seiring dengan berjalannya waktu, Gua Maria ini telah menginjak umur 25 tahun. Paroki Santa Maria Tak Bernoda – Rangkasbitung, Banten merasa perlu untuk menata ulang kawasan ini, sekaligus membuatkan masterplan dalam rangka pengembangan kawasan ziarah dan salah satu pusat kegiatan keagamaan di Rangkasbitung seiring dengan peningkatan kebutuhan untuk pelayanan umat di Rangkasbitung. Atas permintaan pihak paroki melalui Pastor Paroki, Unpar menugaskan tim pengabdian masyarakat untuk merespon dan membantu kebutuhan tersebut.Tim pembuatan Materplan Lingkungan Gua Maria Bukit Kanada telah ditugaskan untuk membuat desain materplan sesuai dengan kondisi eksisting tapak yang ada berdasarkan survei lapangan dan juga sesuai dengan kebutuhan ruang baik sebagai pendukung kegiatan Gua Mariamaupun sebagai pendukung kegiatan Paroki setempat. Analisis terhadap potensi tapak dan kebutuhan akan fungsi telah dilakukan selama proses pengembangan desain agar desain masterplan yang dihasilkan sesuai untuk kebutuhan umat namun tetap sesuai dengan lingkunganfisik dan budaya masyarakat setempat.Proses pembuatan masterplan dibagi menjadi 3 tahap (secara garis besar), yaitu : pengumpulan data dan analisa awal (November-Desember 2013), pembuatan konsep & masterplan serta pembuatan gambar penataan rinci untuk area Gua Maria (detail), dan terakhir adalah pengembangan desain masterplan (jika diperlukan). Kegiatan ini telah menghasilkan usulan konsep penataan area Gua Maria berupa 2 alternatif desain, sesuai permintaan pihak Paroki. Hasil rancangan telah dipresentasikan kepada Uskup Bogor menjelang akhir tahun 2014,dan tim dimohon untuk melanjutkan rancangan dengan mengerucutkan menjadi satu rancangan berdasarkan masukan-masukan yang telah diberikan.
ESTETIKA STRUKTUR BAMBU PEARL BEACH LOUNGE, GILI TRAWANGAN, LOMBOK Anastasia Maurina; Danna Christina
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6016.89 KB)

Abstract

Fungsi utama sebuah struktur adalah sebagai sistem mekanikal yang berfungsi sebagai menyalurkan beban,, namun fungsi struktur suatu bangunan tidak hanya itu saja tetapi juga sebagai ekspresi keindahan dari spasial arsitekturalnya. Pada bangunan dimana strukturnya adalah arsitektur itu sendiri, maka estetika bangunan dapat dicapai melalui estetika struktur. Material yang digunakan sebagai material struktural dan non-struktural akan membawa pesan tersendiri dan keindahan akan datang ketika perancang memberikan penghargaan terhadap material itu sendiri. Dengan mengkaji estesika struktur bangunan bambu, diharapkan pesan yang dibawa oleh struktur dan material tersebut akan meningkat penilaian bambu di masyarakat. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah kaidah-kaidah untuk mengkaji estetika struktur serta peran struktur dan material bambu dalam menciptakan estetika struktur bambu pada bangunan.Pearl Beach Lounge merupakah sebuah bangunan yang dirancang dengan memanfaatkan potensi bambu sebagai material struktural dan non struktural. Seluruh strukturnya diekspose sehingga dapat dijadikan objek penelitian untuk dianalisis estetika struktur bamboo.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan didahului penelitian kepustakaan mengenai kaidah-kaidah kajian estetika struktur. Studi kepustakaan ditujukan untuk mengkaji teori-teori yang ada mengenai teori estetika umum, teori bentuk arsitektur dan teori struktur serta peran material dalam menghasilkan estetika struktur dan mengkaitkan teori-teori tersebut untuk dapat menghasilkan kaidah-kaidah kajian estetika struktur bambu, yaitu: estetika kesatuan struktur dan bentuk, estetika kesatuan struktur dan ruang, estetika kompleksitas bentuk elemen dan detail struktural serta estetika intensi struktur. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan mengenai perancangan struktur bambu yang dapat meningkatkan nilai estetika bangunan. Perancang dapat memanfaatkan keilmuan ini untuk terus mengembangkan arsitektur bambu dengan karya-karya yang estetis. Dari hasil karya-karya tersebut diharapkan dapat mengubah pandangan masyarakat mengenai material bambu dan kemudian memanfaatkannya sebagai material konstruksiKata kunci: estetika, struktur, bambu
APLIKASI RANCANGAN DAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BAMBU BILAH IKAT SEBAGAI ELEMEN STRUKTURAL Anastasia Maurina; Budianastas Budianastas; Michellina Septiana; Bernadette Sudira; Jesslyn Priscilla; Kamal A. Arif; Adhijoso Tjondro
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3237.591 KB)

Abstract

Bambu memiliki kekhususan karakteristik dibandingkan dengan material kosntruksi lainnya, yaitu memiliki keelastisan dan kefleksibelan yang cukup tinggi. Hal ini dapat membawa dampak yang positif dan negatif dalam penerapannya sebagai elemen struktur. Dampak negatifnya, bambu akan lebih mudah tekuk dan akan lebih mudah lendut. Dampak positifnya, bambu lebih mudah dibuat menjadi elemen lengkung dibandingkandengan material konstruksi lainnya. Namun, walaupun memiliki sifat elastic dan fleksibel yang tinggi, mengaplikasikan bambu utuh sebagai elemen lengkung cukup sulit untuk membuat kelengkungan yang diinginkan oleh perancang. Salah satu teknik melengkungkan bambu yang saat ini mulai digunakan di Indonesia adalah menggunakan bambu bilah ikat. Dengan teknik tersebut, dimensi dan bentuk lengkung yang dihasilkan bisa sangat beragam sesuai dengan rancangan arsitekturnya. Belum banyaknya penelitian mengenai bambu bilah ikat. Hal ini menyebabkan arsitek memakai instuisi dan logika strukturdidalam menentukan struktur bambu yang memanfaatkan bambu bilah ini dengan metoda trial and error. Sehingga peneliti bertujuan untuk mengkaji peran bambu bilah ikat di dalamaspek arsitektural dalam fungsi formal dan spasialnya serta aspek struktural dalam fungsi mekanikanya. Selain itu penelitian ini juga menguji salah satu properti materialnya, yaitukekuatan tekan.Penelitian ini merupakan penelitian yang menggabungkan 2 (dua) metode penelitian yaitu metode deskriptif – kualitatif dan metode experimental – kuantitatif. Melalui metode deskriptif – kualitatif, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan, mengidentifikasi permasalah, membandingkan dan mengevaluasi aplikasi bambu bilah ikat pada objek studidalam fungsi mekanika dan fungsi formal spasialnya secara kualitatif. Sedangkan penggunaan metode experimental – kuantitatif bertujuan untuk menguji kekuatan tekandari bambu bilah ikat secara kualitatif dengan 2 faktor pengujian, yaitu: jenis bambu dan jarak ikatan serta membandingkannya dengan bambu utuh. Objek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah Pearl Beach Lounge di Gili Trawangan dan Musholla Bambu diDesa Cibodas.Hasil dari penelitian ini adalah bambu bilah ikat lebih tepat guna diaplikasikan sebagai elemen struktural berbentuk lengkung untuk bentuk bangunan organic, asimetri, dan tidak teratur dalam dimensi serta untuk menghasilkan kualitas ruang yang natural, informal dan luwes. Jenis bambu dan jarak ikatan bambu akan mempengaruhi kekuatan bambu bilah ikat dan bambu bilah ikat ini tidak direkomendasikan sebagai elemenstruktural yang menyalurkan beban aksial searah serat.Kata kunci: bambu bilah ikat, lengkung, kuat tekan