Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

OPTIMASI FREKUENSI PEMBERIAN VITAMIN C PAD A PAKAN KOMERSIAL UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn.) Taukhid Taukhid; Angela Mariana Lusiastuti; Kusumasari Suryadi; Rosidah Rosidah; Gunawan Setiadharma
BERITA BIOLOGI Vol 10, No 3 (2010)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v10i3.749

Abstract

The research with objective to understand optimization frequency of supplemented ascorbic acid (microencapsulated vitamin C CFC-90) feeding to control the Koi Herpes Virus (KHV) disease infecting common carp has been done in Fish Disease Laboratory Fishes were reared in plastic container (80 litres), with density of 20 fish sized 10 gram in average. The treatments were: (A) daily application, (B) three daily application, (C) five daily application, and (D) without vitamin C as a control. Examined fishes were challenged to KHV infection after the 21 days rearing period by cohabitation method for 2 weeks. Observations been done on behaviour, clinical signs and mortality of fishes. The results showed that the highest survival rate was found on the application o vitamin C given every 3 days (50.0%); followed by every day (12.5%), every 5 days (7.5%), and the lowest was found on contro group (1.3%). Control techniques in the case of KHV carp populations through the provision of vitamin C immunostimulatory conducted regularly since well before the existence of KHV infection provides the best protective level.
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C (Ascorbic Acid) PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KETAHANAN BENIH LELE DUMBO (Clarias sp. Burchell) TERHADAP INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila Stainer Taukhid Taukhid; Hambali Supriyadi; Nenden Dalis Asmaeni
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.361 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.203-209

Abstract

Riset ini bertujuan untuk mengetahui jumlah optimal penambahan vitamin C ke dalam pakan ikan lele dumbo yang dapat memberikan ketahanan tubuh maksimal terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Perlakuan yang diterapkan terdiri atas (A) pakan komersial tanpa penambahan vitamin C sebagai kontrol, (B) penambahan vitamin C sebanyak 250 mg/kg pakan, (C) penambahan vitamin C sebanyak 500 mg/kg pakan, (D) penambahan vitamin C sebanyak 750 mg/kg pakan, dan (E) penambahan vitamin C sebanyak 1.000 mg/kg pakan. Pakan diberikan selama 62 hari, dan pada hari ke-56 dilakukan uji tantang terhadap bakteri A. hydrophila konsentrasi 1,0 x 106 cfu/mL yang diberikan melalui penyuntikan intra muskular (IM) sebanyak 0,1 mL/ekor ikan uji. Pengamatan dilakukan terhadap kadar titer antibodi spesifik, gejala klinis, dan sintasan setelah uji tantang serta kadar vitamin C dalam hati ikan. Hasil riset menunjukkan bahwa penambahan vitamin C pada pakan dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan uji terhadap infeksi bakteri A. hydrophila, dan nilai titer antibodi spesifik mengalami peningkatan yang mulai terlihat pada minggu ke-IV. Pada akhir pengamatan diperoleh sintasan ikan uji sebesar 68%, 78%, 92%, 96%, dan 92% masing-masing untuk kelompok kontrol, perlakuan B, perlakukan C, perlakuan D, dan perlakuan E. Berdasarkan analisis regresi dapat didekati bahwa jumlah optimal vitamin C untuk memperoleh level proteksi yang cukup tinggi dengan sintasan 98,86% adalah sebesar 893 mg/kg pakan.The experiment with the aim to know the amount of vitamin C added to commercial diet that could improved a maximum resistance of African catfish against Aeromonas hydrophila infection has been conducted. The treatments were (A) commercial diet without vitamin C as a control, (B) commercial diet with 250 mg/kg vitamin C, (C) 500 mg/kg, (D) 750 mg/kg, and (E) 1,000 mg/kg. The diet was given for 62 days, and at the 56th day the fish was challenged against A. hydrophila infection through intra muscular injection at the dose of 0.1 mL of 1.0 x 106 cfu bacterial suspensions. Specific antibody titer, clinical signs, survival rate, and vitamin C level on the liver of the fish were observed. The results indicated that addition of vitamin C to the diet was effective to increase the resistance of African catfish against A. hydrophila infection. Survival rates of fish test at the end of the experiment were 68%, 78%, 92%, 96%, and92% for the group of A, B, C, D, and E respectively. Based on regression analysis, the optimum amount of vitamin C add
DIAGNOSA DAN PENGENDALIAN PENYAKIT ''RED LEGS'' PADA KODOK BENGGALA Rana catesbeiana Shaw MELALUI TERAPI KIMIAWI Taukhid Taukhid; Agus Sunarto; Isti Koesharyani; Hambali Supriyadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1191.819 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.387-395

Abstract

Penelitian tentang diagnosa dan pengendalian penyakit "red legs" pada KODOK BENGGALA Rana catesbeiana Shaw telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui genus dan prevalensi bakteri patogen dalam penyakit tersebut serta pengendaliannya secara kemoterapi.
PENAPISAN ISOLAT BAKTERI Streptococcus spp. SEBAGAI KANDIDAT ANTIGEN DALAM PEMBUATAN VAKSIN, SERTA EFIKASINYA UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA, Oreochromis niloticus Taukhid Taukhid; Uni Purwaningsih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.763 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.103-118

Abstract

Riset dengan tujuan untuk memperoleh isolat kandidat yang imunogenik bagi pembuatan vaksin untuk pengendalian penyakit streptococcosis pada ikan nila telah dilakukan. Karakterisasi dilakukan secara biokimia dan API 20 STREP terhadap 15 isolat bakteri Streptococcus spp. Uji Koch’s Postulate kemudian dilakukan untuk mengetahui peran bakteri pada infeksi streptococcosis pada ikan nila. Konfirmasi taksonomis hingga level spesies isolat bakteri S. agalactiae dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan primer spesifik. Uji patogenisitas dilakukan terhadap 6 isolat yang terdiri atas 5 isolat S. agalactiae (N3M, N4M, N14G, N17O, NK1) dan 1 isolat S. iniae (N2O). Hasil penapisan menunjukkan bahwa bakteri S. agalactiae (N4M) memiliki nilai LD50 terkecil, dan nilai terbesar dimiliki oleh bakteri S. iniae (N2O). Isolat bakteri N4M digunakan sebagai sumber antigen dalam pembuatan vaksin anti streptococcosis. Vaksin disiapkan dalam bentuk sel utuh dan diinaktivasi dengan formalin, pemanasan, dan sonikasi. Nilai titer antibodi dan sintasan tertinggi diperoleh pada kelompok ikan yang divaksin dengan formalin killed vaccine dibandingkan dengan teknik inaktivasi lainnya (heat killed vaccine dan sonicated vaccine).
EFEKTIVITAS PENAMBAHAN VITAMIN C (ASCORBIC ACID) PADA PAKAN KOMERSIAL UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPESVIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio Taukhid Taukhid; Angela Mariana Lusiastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.371 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.425-436

Abstract

Riset dengan tujuan untuk mengevaluasi teknik pengendalian penyakit KHV pada ikan mas melalui penggunaan imunostimulan yaitu penambahan vitamin C pada pakan komersial dengan dosis yang berbeda telah dilakukan pada skala laboratorium. Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan vitamin C jenis CFC-90 (microencapsulated vitamin C) pada pakan komersial dengan berbagai dosis yaitu: (A) tanpa vitamin C, sebagai kontrol, (B) vitamin C sebanyak 250 mg/kg pakan, (C) vitamin C sebanyak 500 mg/kg pakan, (D) vitamin C sebanyak 750 mg/kg pakan, dan (E) vitamin C sebanyak 1.000 mg/kg pakan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Pada hari ke-15, seluruh kelompok perlakuan diinfeksi KHV secara buatan dengan teknik kohabitasi. Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku, gejala klinis, dan mortalitas ikan uji yang dilakukan setiap hari hingga akhir percobaan. Rataan persen sintasan ikan uji tertinggi pada akhir riset diperoleh pada penambahan vitamin C sebanyak 750 mg/kg pakan yaitu sebesar 82,22%; diikuti dengan penambahan vitamin C 250 mg/kg pakan sebesar 70,00%; vitamin C 1.000 mg/kg pakan sebesar 61,11%; vitamin C 500 mg/kg pakan sebesar 58,89%; sedangkan rataan sintasan terendah diperoleh pada kelompok kontrol yaitu sebesar 27,78%.Research with the aim to evaluate the technique of KHV disease control carp through the use of immunostimulatory namely the addition of vitamin C in commercial diet with different doses have been performed in a laboratorial scale. The treatment applied was the addition of vitamin C of CFC-90 (microencapsulated vitamin C) in the commercial diet with different doses, namely: (A) without vitamin C, as control, (B) Vitamin C 250 mg/kg feed, (C) vitamin C of 500 mg/kg feed, (D) Vitamin C 750 mg/kg feed, and (E) of vitamin C as much as 1,000 mg/kg feed. Each treatment was repeated three times. On day 15th, all treatment groups were artificially infected with KHV using cohabitation techniques. Observations conducted to monitor behavior, clinical symptoms and mortality of fish tests were done every day until the end of the experiment. The highest mean percent of survival rate was recorded in treatment D by adding vitamin C as much as 750 mg/kg of feed that was equal to 82.22%, followed by the addition of vitamin C 250 mg/kg diets at 70.00% (treatment B), Vitamin C 1,000 mg/kg feed amounted to 61.11% (treatment E), vitamin C 500 mg/kg diets at 58.89% (treatment C), while the lowest average of survival rate was obtained in the control group that was equal to 27.78%.
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata) BAGI PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Taukhid Taukhid; Ida Suharni; Hambali Supriyadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.374 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.407-414

Abstract

Riset ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata) bagi pengendalian penyakit koi herpes virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio). Daun sambiloto dalam bentuk sediaan kering diekstrak melalui perebusan. Pengujian efektivitas antimikrobial dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Aeromonas hydrophila sebagai model. Hewan uji yang digunakan adalah ikan mas ukuran 10--15 g/ekor yang secara definitif terinfeksi KHV. Konsentrasi ekstrak daun sambiloto yang diterapkan adalah A (100 mg/L), B (200 mg/L), C (300 mg/L), D (400 mg/L), dan E (tanpa sambiloto sebagai kontrol). Perlakuan dilakukan menggunakan cara perendaman dengan waktu eksposur tidak terbatas. Deteksi KHV pada masingmasing kelompok perlakuan dilakukan setiap minggu dan riset berlangsung selama 3 minggu. Rataan sintasan ikan uji pada kelompok perlakuan adalah A, B, C, D, dan E masing-masing adalah 11,12%, 16,12%, 31,67%, 42,22%, dan 12,78%.The research with the aim to know an efficacy of sambiloto leaf, Andrographis paniculata to control of koi herpesvirus (KHV) on common carp has been conducted in laboratory level. Sambiloto leaf in dry form was extracted by boiling technique. In vitro test of anti microbial properties of sambiloto extract was done against Aeromonas hydrophila isolate as a model. Result of the above research was used as reference for further research. Common carp with the size of 10--15 g/fish, and positively infected by KHV were used as fish test. The treatments applied were A (100 mg/L), B (200 mg/L), C (300 mg/L), D (400 mg/L), and E (without sambiloto extract as a control).Treatment conducted by immersion for indefinite time of exposure. KHV detection of each treatment was done weekly, and research was lasting for 3 weeks. Results of the research showed that mean percentages of survival rate are: A (11.12%), B (16.12%), C (31.67%), D (42.22%), and E (12.78%).
EFEKTIVITAS ANTIBIOTIKA DAN VAKSIN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Hambali Supriyadi; Taukhid Taukhid; Ani Widiyati; Desy Sugiani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.683 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.61-65

Abstract

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui antibiotik yang efektif untuk pengobatan penyakit streptococcosis, serta mendapatkan cara pencegahan penyakit secara biologis yaitu melalui penggunaan vaksin telah dilakukan di Laboratorium Riset kesehatan Ikan Pasar Minggu. Tiga jenis antibiotika yaitu Neomycin, Oxytetracyclin, dan Enrofloxacin diuji efektivitasnya terhadap 4 isolat bakteri Streptococcus iniae yaitu Y2N7, Y2N9, GM2.4, dan S1N8 melalui uji zona hambatan dan konsentrasi hambat minimum (MIC). Uji imunogenitas diuji dengan cara pembuatan vaksin dari isolat yang digunakan yang kemudian dievaluasi level titer antibodi yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enrofloxacin merupakan antibiotik yang efektif terhadap semua isolat yang diuji, sedangkan neomycin efektif hanya untuk isolat Y2N7. Isolat GM2.4 relatif memiliki sifat immunogenitas lebih baik dibanding dengan isolat uji lainnya.Research with the aims to evaluate the effectiveness of several antibiotics against 4 (four) streptococcus iniae isolates, and evaluation of immunogecity of those isolate to be used for disease control (vaccine) have been conducted at Fish Health Research Laboratory Pasar Minggu. The effectiveness of three antibiotics namely Neomycin, Oxytetracyclin, and Enrofloxacin have been tested against 4 (four) isolates Y2N7, Y2N9, GM2.4, and S1N8. The immunogenicity of those isolates were also tested by developing vaccine and evaluated through the production of antibody titer level. The results indicated that enrofloxacin was effective against all isolates tested, meanwhile neomycin only effective against isolate Y2N7. Isolate of GM2.4 was relatively immunogenic as compared to the other isolates.
INDUKSI KEKEBALAN SPESIFIK PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio Linn. TERHADAP INFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) MELALUI TEKNIK KOHABITASI TERKONTROL Taukhid Taukhid; Angela Mariana Lusiastuti; Wulan Andiyani; Rosidah Rosidah; Sriati Sriati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.28 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.257-276

Abstract

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui masa induksi kekebalan spesifik hingga level protektif terhadap KHV pada populasi ikan mas yang diinfeksi secara buatan melalui teknik pemaparan terkontrol telah dilakukan pada skala laboratorium. Pemaparan terkontrol terhadap ikan positif KHV dilakukan selama 3 hari pada suhu 24oC-26oC, selanjutnya ikan dipindahkan ke wadah volume 300 liter yang diisi ikan uji sebanyak 200 ekor/wadah dan suhu air berkisar antara 31oC-34oC. Perlakuan yang diterapkan adalah periode induksi: (A) periode induksi selama 1 minggu dari akhir masa pemaparan terhadap KHV, (B) periode induksi selama 2 minggu dari akhir masa pemaparan terhadap KHV, (C) periode induksi selama 3 minggu dari akhir masa pemaparan terhadap KHV, (D) periode induksi selama 4 minggu dari akhir masa pemaparan terhadap KHV, dan (E) tanpa periode induksi setelah dilakukan pemaparan terhadap KHV. Pada hari ke-21, seluruh kelompok perlakuan diinfeksi KHV secara buatan dengan teknik kohabitasi. Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku, gejala klinis, dan mortalitas ikan uji yang dilakukan setiap hari hingga akhir percobaan. Rataan persentase sintasan ikan uji tertinggi pada akhir riset diperoleh pada periode induksi selama 3 minggu sebesar 53,75%; diikuti oleh periode induksi selama 2 minggu sebesar 33,75%; selama 1 minggu sebesar 18,75%; selama 4 minggu sebesar 12,5%; dan kelompok kontrol sebesar 7,5%.The research with the aim to study an effective period to develop specific immunity against Koi Herpesvirus on common carp population which was obtained by cohabitation technique had been done in laboratory scale. Cohabitation of KHV infected fish at 24oC-26oC was for 3 days, and then the fish was moved to fiber glass tank at 31oC-34oC to develop specific immunity. The treatments applied in the research were: (A) a week period induction, (B) two weeks period induction, (C) three weeks period induction, (D) four weeks period induction, and (E) without period induction as a control group. Fish test were challenge to KHV infection at the end of each defined period induction by cohabitation method for 2 weeks lasting. Examination on behavior, clinical signs, and mortality of fish test were taken place daily. The results showed that the highest survival rate was found on three weeks period induction (53.75%), and followed by two weeks period induction (33.75%), one week period induction (18.75%), four weeks period induction (12.5%), and the lowest was found on the control (7.5%).
PROSPEK VAKSIN POLIVALEN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT POTENSIAL PADA PERIKANAN BUDIDAYA Angela Mariana Lusiastuti; Taukhid Taukhid
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.608 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.67-72

Abstract

Perkembangan vaksin pada ikan masih dalam tahap penelitian. Rencana strategis untuk pengembangan vaksin oleh peneliti merupakan pola dari riset yang dilakukan. Identifikasi antigen yang bersifat protektif, metode untuk produksi antigen protektif dalam kultur mikroba, metode bagaimana merubah bentuk antigen protektif menjadi bersifat imunogenik, merupakan tiga tahap yang dilakukan dalam riset tentang vaksin. Vaksin polivaleni adalah bentuk vaksin generasi baru yang memberikan perlindungan terhadap dua atau tiga penyakit pada saat yang sama jika dibandingkan dengan aplikasi satu atau dua vaksin secara terpisah. Keuntungan dari strategi ini adalah: sedikit jarum yang diinjeksikan, berkurangnya prosedur tata laksana, dan sumber daya manusia (SDM) yang digunakan. Dalam makalah ini juga dibahas keuntungan dan kerugian penggunaan vaksin polivalen serta tahap-tahap produksi vaksin tersebut.
POTENSI IMMUNOGENIK PATOGEN DAN ALGINAT DALAM MENIMBULKAN KEKEBALAN PADA IKAN PATIN JAMBAL Hambali Supriyadi; Taukhid Taukhid
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3527.808 KB) | DOI: 10.15578/jppi.9.4.2003.43-46

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi immunogenik dari Aeromonas hydrophila yang diisolasidariikan patin, untuk dapat digunakan dalam usaha pencegahan penyakittersebut.