Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha; Lilik Zabidi; Listiana Satiawati
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2015 Buku I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.238

Abstract

Semen pemboran merupakan faktor yang sangat penting dalam pemboran.Semen berfungsisebagai perekat casing dengan dinding formasi.Sifat fisik yang terdapat didalam semen juga harusdiperhitungkan guna mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu yang ekonomis dalampengerjaanya. Aditif adalah bahan yang digunakan untuk merubah sifat-sifat fisik yang terdapat didalam lumpur.Banyak sekali aditif yang dapat digunakan untuk merubah sifat fisik dari semen,salah satunya adalah Lignosulfonate.Lignosulfonate digunakan untuk memperlambat salah satusifat fisik semen yaitu waktu pengerasan. Waktu pengerasan dapat dirubah dengan caramenambahkan Lignosulfonate tersebut ke dalam komposisi semen. Studi yang disajikan iniberjudul ‘’STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE TERHADAPCOMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELASG’’,bertujuan menganalisa dan menentukan waktu maksimal yang dapat dicapai dan tekananmaksimal yang dapat dicapai oleh semen yang ditambahkan aditif Lignosulfonate kedalamnyaPercobaan dilakukan di Laboratorium Teknik Pemboran dan Produksi Jurusan TeknikPerminyakan Universitas Trisakti – Jakarta, dengan cara membuat komposisi semen yangditambahkan aditif dalam jumlah tertentu yang akan diuji kuat tekan dan waktu kerasnya. Hasilyang didapatkan akan berbeda – beda berdasarkan jumlah aditif yang ditambahkan ke dalambubur semen. Dari berbagai hasil yang didapatkan, dapat diambil kesimpulan sejauh apakah zataditif berperan dalam komposisi semen tersebut dan beerapakah kuat tekan dan waktupengerasan maksimal yang dapat dicapai oleh suspensi semen tersebut.
STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN RETARDER ( HR-7 ) TERHADAP WAKTU PENGERASAN & KUAT TEKAN PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Lilik Zabidi
PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan Vol. 2 No. 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/petro.v2i2.300

Abstract

Salah satu masalah yang dihadapi pada saat melakukan penyemenan adalah pada kondisi sumur yang dalam dan temperatur tinggi semen cepat mengeras pada saat pemompaan dari permukaan menuju annulus. Semakin bertambahnya temperatur, bubur semen akan lebih cepat kering dan mengeras. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut maka desain semen pemboran memerlukan additif yaitu retarder.Pada penelitian yang dilakukan ini, retarder yang digunakan adalah Sodium Lignosulfonate.Pada percobaan ini akan diamati bagaimana pengaruh penambahan retarder terhadap sifat fisik semen pemboran, yaitu kuat tekan (Compressive Strength) dan waktu pengerasan (Thickening Time) pada semen kelas G, sehingga akan diperoleh gambaran seberapa besar komposisi retarder yang optimal yang harus ditambahkan pada semen pemboran.Dari beberapa kali percobaan, terlihat bahwa semakin meningkatnya konsentrasi aditif retarder HR-7 pada komposisi bubur semen, maka nilai waktu pengerasan akan semakin rendah atau bubur semen akan lebih cepat mengeras akan tetapi pada penambahan konsentrasi aditif 1,5 % pada temperature 38 oC dan 1,75 % pada temperature 80 oC terjadi peningkatan atau bubur semen mulai memperlambat proses pengerasannya. Nilai kuat tekan akan meningkat, tetapi sampai dengan penambahan konsentrasi aditif 1,25 % pada temperature 38 oC dan 1,5 % pada temperature 80 oC saja, karena mulai dari konsentrasi aditif 1,5 % pada temperature 38 oC dan 1,75 % pada temperature 80 oC nilai kuat tekan akan semakin menurun. Temperatrue mempengaruhi sifat fisik semen pemboran dapat dilihat bahwa pada temperatur 38 Cmenunjukkan nilai compressive strength yang cenderung lebih kecil, kemudian thickening time yang lebih lama jika dibandingkan dengan hasil percobaan pada temperatur 80 °COleh karena itu, diperlukan komposisi semen pemboran yang sesuai dengan kondisi dari sumur pemboran
Hydraulic Evaluation on 17 ½ inch Hole in Directional Well Y-1, Field Y Using BHHP Method Apriandi Rizkina Rangga Wastu; Henry David Young; Lilik Zabidi; Suryo Prakoso
Journal of Earth Energy Science, Engineering, and Technology Vol. 5 No. 3 (2022): JEESET VOL. 5 NO. 3 2022
Publisher : Penerbitan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jeeset.v5i3.9762

Abstract

The evaluation of hydraulics carried out in a trajectory namely 17 ½ inches provides an overview of the hydraulic problems that occur with less-than-optimal pressure in the bit because it is less than the minimum percentage value that should be. which is less than 50%. it is affected by factors such as flow rate. mud weight. the rheology of the mud used and pressure loss both in the surface and sub-surface such as bit. pipe and annulus. So, optimization with the BHHP (Bit Hydraulic Horse Power) method becomes the next step to be taken in order for the drilling operation can perform better. It has been found from the optimization results that the CTR (Cutting Transport Ratio) method is a cutting analysis method that demonstrates the correct performance of the cutting transport process if the minimum percentage of 50% or higher is met. In addition, this method also takes the angle of inclination of a directional well Y-1 into one of the considerations. On the first trajectory. 17 ½ inch hole (1338.58 – 3166.01 ft) the pressure in the bit increased from around 22.83% to 31.14% at the initial condition to 56.20% until 56.59% with cutting transport results after being optimized up to 99%. The use of the BHHP (Bit Hydraulic Horse Power) method to optimize drilling hydraulics in the directional well is said to be successful because it produces an optimization value that is greater than the minimum standard which is 50%. Furthermore, the CTR (Cutting Transport Ratio) method to analyze the transport of cuttings to the surface has been running well showing the results that the cuttings have been successfully transported to the surface. Therefore, this method can be said to be successful with the acquisition of a value percentage above 50%.