Christy Mintjelungan
Universitas Sam Ratulangi

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

GAMBARAN STATUS KARIES DAN POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA ASAL TERNATE DI MANADO ., Radiah; Mintjelungan, Christy; Mariati, Ni Wayan
e-GiGi Vol 1, No 1 (2013): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.1.1.2013.1929

Abstract

Abstract: Caries status is a condition that describes a person's caries experience index is calculated by DMF-T (Decayed missing  filling theeth). Cariogenic food eating habits is the habit of a person consumes food that can cause caries, measured using questionnaires. Dental caries is one of the teeth and mouth disease most commonly found in the community.  Factors that may affect the severity of caries experience caries among other things, the use of fluoride, the number of bacteria, saliva, age, sex, socio-economic and smoking. This research is a descriptive study with cross-sectional observational study. The populations student from Ternate city in Manado city is many 93 people.  Based on the research status of caries, DMF-T index average is 3.1, and based on WHO criteria middle category. The results also showed patterns of oral health care are high category cariogenic foods and low category of non  cariogenicc foods , sometimes brushing your teeth after eating as much in middle category and low categegory of students check their teeth to the dentist. Keywords: status of caries, oral health care.     Abstrak: Status karies adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman karies seseorang dihitung dengan indeks DMF-T (Deceyed missing filling theeth). Pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Faktor-faktor  yang dapat memengaruhi keparahan karies antara lain pengalaman karies, penggunaan fluor, jumlah bakteri, saliva, umur, jenis kelamin sosial ekonomi dan merokok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional  study. Populasi yang diteliti yaitu mahasiswa asal kota Ternate di kota Manado, berdasarkan survei awal berjumlah 93 orang.  Berdasarkan hasil penelitian status karies, indeks DMF-T rata-rata yaitu 3,1 dan berdasarkan kriteria WHO berada pada kategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan  pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden yang terdiri dari kebiasaan mengonsumsi makanan kariogenik berada pada kategori tinggi dan non kariogenik pada kategori rendah, menggosok gigi setelah makan berada pada kategori sedang dan mahasiswa yang pernah ke dokter gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi berada pada kategori rendah. Hasil penelitian kebersihan rongga mulut dengan menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada gigi berjejal kedua rahang menunjukkan bahwa sebagian besar 66,67% subjek penelitian memiliki kebersihan mulut baik dan hasil penelitian status gingiva dengan menggunakan indeks gingiva pada gigi berjejal kedua rahang sebagian besar 65,22% subjek penelitian memiliki status gingiva inflamasi ringan. Kata kunci: status karies, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Gambaran konsumsi makanan kariogenik pada anak SD GMIM 1 Kawangkoan Mendur, Sheren Ch. M.; Pangemanan, Damajanty H.C.; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15548

Abstract

Abstract: Dental caries or tooth decay is commonly found in the society. It is caused by demineralization of enamel and dentin. Children usually have a habit of eating cariogenic foods that can cause cavities in their teeth. This study was aimed to obtain the profile of cariogenic foods consumed by the elementary school students of GMIM 1 Kawangkoan. This was a descriptive study with a cross sectional design conducted at SD GMIM 1 Kawangkoan, Minahasa. Samples were elementary school students of GMIM 1 Kawangkoan aged 6-11 years obtained by using total sampling method. Primary data were about cariogenic food consumption obtained by using food frequency questionnaire (FFQ). The results showed that there were six kinds of cariogenic foods consumed by the students, as follows: candy, chocolate wafer, chocolate bar, chocolate bread, donate cake, and pudding. According to the kategory of consumption frequency, candy belonged to very often (46.92%); chocolate bar, often (24.93%); chocolate bread, sometimes (20.37%); and pudding, nearly never (33.32%). Conclusion: The most common cariogenic food consumed by the students was candy which belonged to the very often category.Keywords: consumption of cariogenic food, children Abstrak: Gigi berlubang (karies gigi) merupakan masalah yang sering ditemukan di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin. Anak-anak memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan kariogenik yang dapat menyebabkan gigi berlubang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan karogenik pada anak SD GMIM 1 Kawangkoan. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Penelitian dilaksanakan di SD GMIM 1 Kawangkoan Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa. Sampel penelitian yaitu siswa SD GMIM 1 Kawangkoan berusia 6-11 tahun, diperoleh dengan menggunakan metode total sampling. Pengambilan data primer untuk melihat konsumsi makanan kariogenik melalui pengisian kuesioner menggunakan food frequency questionnaire (FFQ). Hasil penelitian menunjukkan enam jenis makanan kariogenik yang dikonsumsi, yaitu: permen, wafer coklat, coklat batang, roti coklat, donat dan puding. Berdasarkan kategori frkuensi konsumsi, permen tergolong sangat sering (46,92%); coklat batang, sering (24,93%); roti coklat, kadang-kadang (20,37%); puding, hampir tidak pernah (33,32%). Simpulan: Konsumsi makanan kariogenik paling tinggi yaitu permen yang tergolong dalam kategori sangat sering.Kata kunci: konsumsi makanan kariogenik, anak-anak
KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG Rumampuk, Monica A. V.; Anindita, P. S.; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 2, No 2 (2014): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.2.2.2014.5134

Abstract

Abstract: Orthodontic treatment need increases with the number of cases of malocclusion as one of the major problems in Indonesia and an oral health problems are sufficiently large as dental caries and periodontal disease. Orthodontic treatment need in a population is described by one measure, namely Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). The purpose of this study was to determine the needs of orthodontic treatment in the second-grade students of Junior High School 2 Bitung based IOTN consisting of Aesthetic Component and Dental Health Component. It was a cross sectional study of descriptive obsevational, conducted in Junior High School 2 Bitung at December 2013. It research was used the total population of the second grade students of Junior High School 2 Bitung, amounting to 460 students. The results showed, orthodontic care needs based on the AC is 304 people 77 % do not require nursing care or only mild, 74 people 19% of borderline and need care 18 4.5 really need treatment. While orthodontic treatment needs based DHC is 76% of 303 people do not require treatment or light treatment only, 63 people took care borderline 16%, 7.6% and 30 people really need treatment. Orthodontic treatment need by Index of Orthodontic Treatment Needs in second grade at Junior High School 2 Bitung mostly do not require or need minor maintenance in AC 77% and DHC 76%.Keywords: treatment need, IOTN, Student junior High School.  Abstrak: Kebutuhan perawatan ortodonsi meningkat seiring bertambahnya jumlah kasus maloklusi sebagai salah satu permasalahan utama di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar setelah karies gigi dan penyakit periodontal. Kebutuhan perawatan ortodonsi pada suatu populasi digambarkan dengan salah satu alat ukur yaitu Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonsi pada siswa-siswi kelas II SMP Negeri 2 Bitung berdasarkan IOTN yang terdiri dari Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC). Penelitian ini merupakan suatu penelitian Cross sectional yang bersifat deskriptif observasional, yang dilakukan di SMP Negeri 2 Bitung pada bulan Desember 2013. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total populasi pada siswa-siswi kelas II di SMP Negeri 2 Bitung yang berjumlah 460 orang. Hasil penelitian didapatkan, kebutuhan perawatan ortodonsi berdasarkan AC yaitu 304 orang 77 % tidak membutuhkan perawatan atau hanya perawatan ringan, 74 orang 18,7% butuh perawatan borderline dan 18 orang 4,5 sangat butuh perawatan. Sedangkan kebutuhan perawatan ortodonsi berdasarkan DHC yaitu 303 orang 76,5% tidak membutuhkan perawatan atau hanya perawatan ringan, 63 orang 15,9% butuh perawatan borderline, dan 30 orang 7,6% sangat butuh perawatan. Kebutuhan perawatan ortodonsi berdasarkan IOTN pada siswa kelas II di SMP Negeri 2 Bitung sebagian besar tidak membutuhkan atau butuh perawatan ringan pada AC 77% dan DHC 76%. Kata kunci: Kebutuhan Perawatani, IOTN, Siswa SMP.
GAMBARAN XEROSTOMIA PADA KELOMPOK LANSIA YANG MENGGUNAKAN GIGI TIRUAN DI KABUPATEN MINAHASA Salampessy, Gracecylia R.; Mariati, Ni Wayan; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 3, No 1 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.1.2015.6458

Abstract

Abstack: A person who has entered the elderly group will experience a change in the composition of saliva, causing the production of saliva does not function normally and lead to a complaint of dry mouth or xerostomia. This study aimed to identify and clarify the picture of xerostomia in the elderly group who use denture in Minahasa district. Xerostomia is a common problem that many occur in the elderly. Clinically, patients with dry mouth will feel dry on the lips and the corners of the mouth become irritated. This was a descriptive study using a cross sectional design. This study was carried out in all elderly nursing homes in Minahasa district. The samples of this study were all elderly who used denture in nursing homes in Minahasa district. Salivary flow rate was measured with a measuring cup. The results showed that xerostomia was found in 93.75% of the elderly, more dominant in females (96.7%), and more frequent in the age group 65-69 years (63.3%). Conclusion: Xerostomia was more common in female elderly, therefore, it is expected that the elderly have to maintain their oral health by eating nutritious foods and vitamin C.Keywords: denture, elderly, xerostomia.Abstrak: Seseorang yang sudah memasuki kelompok lansia akan mengalami perubahan dalam komposisi saliva, sehingga menyebabkan produksi saliva tidak berfungsi dengan normal dan mengakibatkan keluhan mulut kering atau xerostomia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan gambaran xerostomia pada kelompok lansia yang menggunakan gigi tiruan di kabupaten Minahasa. Xerostomia merupakan masalah umum yang banyak terjadi pada lansia. Secara klinis pasien dengan mulut kering akan terasa kering pada bibir dan bagian sudut mulut mengalami iritasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini dilakukan di seluruh panti werda di kabupaten Minahasa. Sampel penelitian ini ialah semua lansia yang menggunakan gigi tiruan di panti werda di kabupaten Minahasa. Pengukuran laju aliran saliva dilakukan dengan menggunakan metode gelas ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xerostomia ditemukan pada 93,75% dari populasi, kelamin lebih dominan pada perempuan (96,7%), dan tersering pada rentang usia 65-69 tahun (63,3%). Simpulan: Xerostomia sering terjadi pada lansia terutama yang berjenis kelamin perempuan. Diharapkan para lansia dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan mengonsumsi makanan bergizi dan kaya vitamin C.Kata kunci: gigi tiruan, lansia, xerostomia
GAMBARAN PENGGUNAAN BAHAN ANESTESI LOKAL UNTUK PENCABUTAN GIGI TETAP OLEH DOKTER GIGI DI KOTA MANADO Ikhsan, Muhammad; Mariati, Ni Wayan; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 1, No 2 (2013): e-GiGi Juli-Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.1.2.2013.2624

Abstract

Abstract: Local anesthetic agent is one of the materials most commonly used in dentistry. Local anesthetic agent used for relieving pain arising from dental procedures. Local anesthetic agent is divided into two groups, namely esters and amides. This study provides information on the availability of local anesthetic agent in Manado. The purpose of this study to describe the use of local anesthesia by a dentist in the city of Manado. This type of research is a descriptive study and sampling was performed with a total sampling method. Retrieval of data by means of questionnaires by a dentist who practiced in the city of Manado. The number of samples in this study were 31 dentists. The results found that 22 dentists (70.96%) using the amide groups lidocaine HCl 2% and 2 dentists (6,45%) procaine and benzocaine is an ester group. The effectiveness of the local anesthetic agent is a major reason in the selection of a local anesthetic agent that is 90.32% or 28 dentists. Keywords: local anesthetic agents.     Abstrak: Bahan anestesi lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Bahan anestesi lokal digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat prosedur kedokteran gigi. Bahan anestesi lokal terbagi dua golongan yaitu ester dan amida. Penelitian ini memberikan informasi ketersediaan bahan anestesi lokal di Manado. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan bahan anestesi lokal oleh dokter gigi di kota Manado. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengambilan data dengan cara pengisian kuesioner oleh dokter gigi yang berpraktik di kota Manado. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 dokter gigi. Hasil penelitian mendapati bahwa 22 dokter gigi (70,96%) menggunakan golongan amida yaitu lidokain HCl 2% dan 2 dokter gigi (6,45%) golongan ester yaitu prokain dan benzokain. Keefektifan bahan anestesi lokal merupakan alasan utama dalam pemilihan bahan anestesi lokal yaitu 90,32% atau 28 orang dokter gigi. Kata kunci: bahan anestesi lokal.
GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN Mawuntu, Maureen M.; Pangemanan, Damajanty H. C.; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.8763

Abstract

Abstract: Oral health problems are influenced by many factors, one of them is personal attitude. School aged children need special attention since they are still in growth and development process, and still depend on adult people to maintain their oral hygiene. Caries of deciduous teeth will make bad impacts on the growth of their permanent teeth. This study aimed to obtain the oral hygiene status of students in Catholic Elementary School St. Agustinus, Kawangkoan. Total respondents were 65 student. Data of oral hygiene were obtained by using OHI-S index. The results showed that there were 37% of students belonged to good category; 60% of students to fair category; and 3% to poor category. Conclusion: Most of the students in Catholic Elementary School St. Agustinus, Kawangkoan belonged to fair category of oral hygiene.Keywords: oral hygiene status, elemetary studentAbstract: Masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya ialah perilaku. Anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang, dan masih sangat bergantung kepada orang dewasa dalam hal menjaga kesehatan dan kebersihan mulut. Gigi susu yang terkena karies akan memengaruhi pertumbuhan gigi permanen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran status kebersihan misturb the development of permanent teeth.ulut siswa SD Katolik St. Agustinus Kawangkoan. Responden penelitian ialah seluruh siswa berjumlah 65 anak. Data status kebersihan mulut siswa diperoleh melalui pemeriksaan status kebersihan menggunakan indeks OHI-S. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 37% responden termasuk kategori baik; 60% kategori sedang; dan 3% kategori buruk. Simpulan: Gambaran status kebersihan mulut sebagian besar siswa SD Katolik St. Agustinus Kawangkoan termasuk dalam kategori sedang.Kata kunci: status kebersihan mulut, anak SD
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG HALITOSIS PADA BURUH DI PELABUHAN MANADO Irianti, Rizkia; Pandelaki, Karel; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 3, No 1 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.1.2015.6401

Abstract

Abstract: Halitosis is a general term used to describe bad breath odor emanating from the oral cavity that may occur in physiological and pathological. The cause of halitosis much comes from the mouth as much as 80%. People's knowledge of halitosis is needed because it can help to prevent and deal with the halitosis and may be the first step for further diagnosis of the systemic disease. This study aims to describe the knowledge of halitosis in labor at the port of Manado. This research is a descriptive study using cross-sectional approach. The sample size was obtained by using Slovin formula with a total sample obtained 77 samples and sampling techniques using simple random sampling by means of a lottery. Knowledge was measured using a questionnaire containing some questions about the causes and prevention of halitosis. The result is a total of 27 respondents who have a good knowledge, 39 respondents have sufficient knowledge and 11 respondents have less knowledge. Respondents aged 37-48 years is the most respondents had a good knowledge. Based on this study, suggested a good enough knowledge to be maintained and applied in order to maintain and improve the health of your teeth and mouth.Keywords: Halitosis, knowledge, stevedore.Abstrak: Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan bau nafas tidak sedap yang berasal dari rongga mulut yang dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penyebab halitosis paling banyak berasal dari dalam mulut sebanyak 80%. Pengetahuan masyarakat terhadap halitosis sangat dibutuhkan karena dapat membantu untuk mencegah dan menanggulangi halitosis serta dapat menjadi langkah awal untuk mendiagnosis lebih lanjut terhadap penyakit sistemik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang halitosis pada buruh di pelabuhan Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Ukuran sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dengan total sampel yang didapatkan 77 sampel dan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan cara lotre. Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tentang penyebab dan pencegahan halitosis. Hasilnya ialah sebanyak 27 responden yang mempunyai pengetahuan baik, 39 responden mempunyai pengetahuan cukup dan 11 responden mempunyai pengetahuan kurang. Responden berusia 37-48 tahun ialah responden paling banyak mempunyai pengetahuan baik. Berdasarkan penelitian ini, pengetahuan yang cukup baik disarankan untuk dapat dipertahankan dan diaplikasikan guna mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.Kata Kunci : Halitosis, pengetahuan, buruh pelabuhan.
Efektivitas dental health education dengan media animasi kartun terhadap perubahan perilaku kesehatan gigi dan mulut Siswa SD Advent 02 Sario Manado Tandilangi, Meartriecs; Mintjelungan, Christy; Wowor, Vonny N.S.
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13503

Abstract

Abstract: In Indonesia, dental health is still an issue dominated by caries and periodontal disease. The poor behavior of dental health maintenance plays an important role in the occurrence of these two diseases. Intervention through education can improve the behavior. Educational success in terms of behavior change is influenced by using auxiliary media. Animated cartoon is an auxiliary media that is more attractive than the other media because it combines sound and moving images in the delivery of information.This study aimed to obtain the effectiveness of dental health education using cartoon animation media to behavioral change of oral health maintenance among students of SD Advent 02 Sario. This was a quasi-experimental study with a nonequivalent control group design. Samples were students of SD 02 Advent Sario aged 10-12 years obtained by using the purposive sampling method. The samples were divided into two groups: the treatment group using cartoon animation media and the control group without auxilary media. The measurement of the behavior of dental and oral health care of children resulted in an increase in the scores of pre-test to post-test 2 by 633 which was categorized as good. Statistical analysis showed that the p-values (significance) of dental health education with media animated cartoons from pre-test to post-test 1 and from post-test 1 to post-test 2 both were 0.000 (<0.05). Conclusion: Dental health education using animated cartoon media effectively improved the behavior of oral health maintenance.Keywords: dental health education, cartoon animated, behaviorAbstrak: Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah yang didominasi oleh penyakit karies dan periodontal. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang buruk berperan penting bagi terjadinya kedua penyakit tersebut. Intervensi melalui pendidikan dengan menggunakan media bantu dapat dilakukan untuk merubah perilaku. Animasi kartun merupakan media bantu yang mempunyai daya tarik lebih dibandingkan dengan media lainnya karena memadukan suara dan gambar bergerak dalam penyampaian informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dental health education media animasi kartun terhadap perubahan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak SD Advent 02 Sario. Jenis penelitian ialah quasi eksperimen dengan nonequivalent control group design. Sampel penelitian yaitu siswa SD Advent 02 Sario yang berusia 10-12 tahun yang diperoleh dengan purposive sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok perlakuan menggunakan media animasi kartun dan kelompok kontrol tanpa media bantu. Hasil pengukuran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak menunjukkan adanya kenaikan jumlah skor nilai pre-test ke post-test 2, dengan selisih kenaikan sebesar 633 yang termasuk pada kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p (signifikansi) dental health education dengan media animasi kartun dari pre-test ke post-test 1 maupun post-test 1 ke post-test 2 masing-masing sebesar 0,000 (<0,05). Simpulan: Dental health education dengan media animasi kartun efektif merubah perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut menjadi lebih baik.Kata kunci: dental health education, animasi kartun, perilaku
GAMBARAN PEROKOK DAN ANGKA KEJADIAN LESI MUKOSA MULUT DI DESA MONSONGAN KECAMATAN BANGGAI TENGAH Djokja, Rizki Mulyana; Lampus, B. S.; Mintjelungan, Christy
e-GiGi Vol 1, No 1 (2013): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.1.1.2013.1928

Abstract

Abstract: Nowadays, smokers may be encountered from different social class, status, and different age groups. This is because it is very easy to get cigarettes. Many studies demonstrated the effects of smoking are influenced by the large number of cigarettes, duration of smoking, type of cigarettes smoked even depth of smoke may cause some disorders in the oral cavity. Purpose of this study was to determine the smokers and the incidence of oral mucosal lesions in the Monsongan village in Banggai district. This research method is descriptive with cross sectional study approach. Samples in this study are smokers in the Monsongan village. Calculations based on preliminary survey results obtained 264 people as smoking population and 80 people were selected as research sample. Results showed that from 80 research sample were examined, the incidence of oral mucosal lesions most often found in the sample with a smoking duration more than 20 years were 51 people (63.75%). Incidence of oral mucosal lesions most often found in smokers with number of cigarettes smoked per day 10-20 rods were 44 people (55%). Incidence of oral mucosal lesions most often found in cigarette smokers were 65 people (81.25%). Key words: smoking, oral mucosal lesions.     Abstrak: Perokok saat ini bisa kita jumpai dari berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur yang berbeda. Hal ini dikarenakan rokok sangat mudah untuk didapatkan. Banyak penelitian yang membuktikan efek dari merokok yang dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok, lama merokok, jenis rokok bahkan dalamnya hisapan merokok dapat menimbulkan beberapa kelainan rongga mulut. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana gambaran perokok dan angka kejadian lesi pada mukosa mulut di desa Monsongan kecamatan Banggai tengah. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan studi potong lintang. Sampel dalam penelitian ini yaitu masyarakat perokok di desa Monsongan. Berdasarkan perhitungan survei awal didapatkan hasil populasi perokok sebanyak 264 orang dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 80 orang. Hasil penelitian  menunjukkan dari 80 orang subjek penelitian  yang  diperiksa, kejadian lesi mukosa mulut  paling banyak dijumpai pada lama merokok > 20 tahun sebanyak 51 orang (63.75%). Kejadian lesi mukosa mulut paling banyak dijumpai pada perokok dengan jumlah rokok yang dihisap 10-20 batang per hari sebanyak 44 orang (55%). Kejadian lesi mukosa mulut paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok dengan jenis rokok putih sebanyak 65 orang (81.25%). Kata kunci: perokok, lesi mukosa mulut.
GAMBARAN TUMPATAN AMALGAM DAN SEMEN IONOMER KACA PADA MASYARAKAT KELURAHAN KALUMPANG KECAMATAN TERNATE TENGAH Marhaban, Andi I. A.; Mintjelungan, Christy; Supit, Aurelia
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2638

Abstract

Abstract: Until now, dental caries is a major issue in dental health problems. Dental restoration is a conservative effort to reduce caries index. Dental restoration is done by putting the restorative material into cavities that have been cleaned and prepared. Restorative materials vary depending on the location and function of the tooth. Restorative materials that are commonly used in community health centers are amalgam and glass ionomer cement (GIC). This study aimed to determine the description of amalgam and GIC restoration and the reason for using it, as well as evaluating the patients’satisfaction concerning the result of dental restoration at Kalumpang, Central Ternate District. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Total samples were 100 individuals who were selected by using a purposive sampling method. Data retrieval was done by physical examination and questionnaires. The results showed that from the 100 samples, there were 65% who had amalgam restoration and 35% with GIC restoration. It was found that 92.31% of the respondents were satisfied with the result of the amalgam restoration, and 82.86% of the respondents were satisfied with the result of the GIC restoration. Conclusion: The majority of the respondents at Kalumpang, Central Ternate District, were satisfied  with the aesthetics, function, strength, and durability of both the amalgam and GIC restoration results. Of those included in the study, only a small percentage of the respondents had their amalgam or GIC restorations at the local community health center at Kalumpang. Keywords: amalgam restoration, glass ionomer cement (GIC) restoration     Abstrak: Sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan yaitu kasus karies gigi dengan prevalensi yang cukup tinggi di berbagai daerah. Penumpatan gigi merupakan salah satu upaya konservatif untuk menurunkan indeks karies. Penumpatan gigi ialah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan bahan tumpat pada gigi berlubang yang sudah dibersihkan. Bahan tumpat bervariasi tergantung letak dan fungsi gigi tersebut.Tumpatan yang umum digunakan di puskesmas yaitu tumpatan amalgam dan semen ionomer kaca (SIK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tumpatan amalgam dan SIK, alasan penggunaan tumpatan, dan kepuasan terhadap tumpatan yang digunakan pada masyarakat Kelurahan Kalumpang Kecamatan Ternate Tengah. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan cross-sectional design. Jumlah sampel sebanyak 100 orang yang diambil secara purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan langsung dan pengisian kuisioner. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 100 sampel, terdapat 65% yang menggunakan tumpatan amalgam dan 35% tumpatan SIK. Sejumlah 92,31% responden puas dengan hasil tumpatan amalgam dan 82,86% yang puas dengan hasil tumpatan SIK. Simpulan: Sebagian besar responden di Kelurahan Kalumpang Kecamatan Ternate Tengah baik yang menggunakan amalgam maupun SIK menyukai estetik, fungsi, kekuatan, dan keawetan bahan tumpatan tersebut dan puas dengan hasil tumpatan. Sebagian kecil dari responden ditumpat baik dengan amalgam maupun SIK di Puskesmas Kalumpang. Kata kunci: tumpatan amalgam, tumpatan SIK