Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

MODEL ESTIMASI DATA INTENSITAS RADIASI MATAHARI UNTUK WILAYAH BANTEN Munawar Munawar; Adi Mulsandi; Anistia Malinda Hidayat
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i2.4171

Abstract

Data intensitas radiasi matahari (Rs, MJ/m2/day) memiliki peran yang sangat penting dalam pemodelan cuaca dan iklim guna mengkuantifikasi panas yang dipertukarkan antara permukaan dan atmosfer. Namun, keterbatasan jumlah titik pengamatan intensitas radiasi matahari menjadikan pemodelan sebagai alternatif solusi yang relatif mudah dan murah untuk pengambilan data intensitas radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa model dalam mengestimasi nilai intensitas radiasi matahari di wilayah penelitian menggunakan dua pendekatan model yang berbeda, yaitu model empiris oleh Keiser, Arkansas (AR) dan model deterministik. Tiga variabel utama cuaca yang digunakan sebagai input data model adalah curah hujan (mm), suhu maksimum (°C), dan suhu minimum (°C). Kedua model tersebut dipilih karena dapat diterapkan dengan hanya melibatkan variabel utama atmosfer yang tersedia dalam waktu yang panjang di lokasi penelitian. Hasil prediksi yang dilakukan dengan model kemudian dibandingkan dengan data reanalisis National Centers for Environmental Prediction (NCEP) pada titik koordinat wilayah Stasiun Klimatologi Pondok Betung. Hasilnya menunjukkan performa model empirik lebih baik dalam menggambarkan variasi temporal dan prediksi variabel intensitas matahari dibandingkan model deterministik. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang cukup baik, yakni mencapai 0,72 (korelasi kuat) dan nilai Root Mean Square Error (RMSE) 2,0. Atas dasar hasil pemodelan yang cukup representatif di lokasi penelitian, analisis secara spasial kemudian diterapkan untuk skala wilayah yang lebih luas, yaitu Provinsi Banten. Berdasarkan tinjauan secara spasial di wilayah kajian, model empirik memiliki performa yang bervariasi di wilayah Provinsi Banten. Hasil prediksi intensitas radiasi matahari di wilayah bagian barat memiliki performa yang lebih baik dibandingkan wilayah bagian timur.  
VARIABILITAS INTERANNUAL HUJAN MONSUN INDONESIA: REVIEW ARTIKEL TENTANG PENGARUH GAYA EKSTERNALNYA Adi Mulsandi; Yonny Koesmaryono; Rahmat Hidayat; Akhmad Faqih; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 24 No. 2 (2023)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v24i2.1049

Abstract

The IMR variability is notorious for its hydrometeorological disasters. This paper examines recent studies on IMR and the main factors controlling its variability. The focus of this study is to investigate the impact of the atmosphere-ocean interaction that acts as the external forcing of IMR in the tropical Indian and Pacific Oceans. Specifically, the study will examine the influence of two climate phenomena, namely the El Nino Southern Oscillation (ENSO) and the Indian Ocean Dipole (IOD) and their interdecadal changes associated Pacific Decadal Oscillation (PDO), on the IMR. The review followed the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) approach. Furthermore, data sets (such as rainfall, wind field, and SST) spanning 1990-2020 were used to verify the key findings. In general, this study concludes that the majority of the authors coincided with the following conclusion: ENSO and IOD events impact IMR by changing its amplitude, duration, intensity, and frequency of mean and extreme rainfall. Additionally, it has been shown that their impacts on IMR are most substantial during the dry seasons, specifically in June, July, and August (JJA), and not as strong as during the wet seasons, specifically in December, January, and February (DJF). Spatially, the effects of ENSO and IOD on IMR variability are clearly found more eastward and westward of the region, respectively. The expansions towards the east and west directions were facilitated by the displacement of the ascending and descending of Walker circulation patterns in the Indonesian region, respectively. Given the interannual fluctuations in IMR, caused mainly by ocean-atmosphere interactions, the knowledge gap of atmospheric factors like the Quasi-Biennial Oscillation (QBO) must be investigated in the future, as suggested by previous research and our preliminary study.